Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menjaga Peradaban Dunia dengan Perlindungan Kawasan Kars Maros-Pangkep

Sabtu, 18 Maret 2023 20:19 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kanan) menerima buku Menjaga Warisan Peradaban Dunia dari Ketua Komisi E DPRD Sulawesi Selatan Andi Muhammad Irfan, dalam peluncuran, di Gedung Teater Lantai 2, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Sabtu (18/3). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kanan) menerima buku Menjaga Warisan Peradaban Dunia dari Ketua Komisi E DPRD Sulawesi Selatan Andi Muhammad Irfan, dalam peluncuran, di Gedung Teater Lantai 2, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Sabtu (18/3). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kawasan Kars Maros-Pangkep dikenal sebagai penghasil batu marmer dan semen dengan kualitas tinggi. Sudah banyak daerah serta negara-negara asing menggunakannya. Namun, eksploitasi yang membabi buta dikhawatirkan berdampak besar bagi Kawasan Kars Maros-Pangkep.

Hal ini pun mendorong Ketua Komisi E DPRD Sulawesi Selatan Andi Muhammad Irfan AB menulis buku berjudul 'Menjaga Warisan Peradaban Dunia', yang kemudian diluncurkan dalam diskusi publik, di Gedung Teater Lantai 2, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Sabtu (18/3).

"Penulisan buku ini merupakan langkah berani saya, karena sebenarnya banyak yang berkompeten. Saya memberanikan diri karena hal ini harus terus diwacanakan. Pasti akan ada pertanyaan maupun kritik di dalamnya. Itu sudah menjadi konsekuensi penulis," ujar Irfan.

Ia melanjutkan, Kawasan Kars Maros-Pangkep menyimpan banyak hal dan termasuk yang terbesar kedua di dunia setelah China. Bahkan, Negeri Tirai Bambu itu kini telah menutup pintu bagi korporasi-korporasi, untuk melakukan eksploitasi.

Baca juga : Iran Mau Baikan Sama Mesir

"Kini Pemerintah Tiongkok memberikan insentif bagi BUMN dan perusahaan swastanya untuk melakukan eksploitasi di luar. Bisa saja saat ini sudah terjadi di Indonesia," duganya.

Kemudian, sambung Irfan, kars Indonesia termasuk unik di dunia. Karena memiliki flora dan fauna khas, yang tidak ditemui di negara-negara lain di dunia. Banyak warga negara asing menghabiskan waktu mereka untuk menetap berminggu-minggu hanya ingin mendengarkan suara hewan seperti burung tiap malam.

"Untuk kars kawasan Maros-Pangkep, belum lama ini ditemukan gua terdalam di dunia, dengan kedalaman sekitar 2 kilometer. Bahkan, baru saja ditemukan batu cadas yang usianya diperkirakan mencapai 45 ribu tahun," tambahnya.

Irfan mengakui, berbagai potensi tersebut cepat atau lambat akan punah. Apalagi Kars Maros-Pangkep dikenal sebagai produsen marmer dan semen. Proses eksploitasi akan berdampak buruk. "Bukan tak mungkin sejarah kita yang berusia 45 ribu akan musnah di beberapa tahun kemudian," ungkapnya.

Baca juga : Buka Puasa Dengan Menu Legendaris Nusantara di Aston Kartika Grogol

Hal ini yang kemudian mendorong Irfan untuk menginisiasi terbitnya peraturan daerah (Perda) tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Esensial Pangkep-Maros.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengapresiasi Irfan yang telah mengejawantahkan isi bagaimana menjaga warisan peradaban dunia melalui Perda Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Esensial Maros-Pangkep. "Berbicara warisan peradaban dunia di Kars Maros-Pangkep, kalau tak ada visi seperti Irfan, takkan lahir buku yang mengupas isi dari perda tersebut," pujinya.

Sebab, ini menjadi sekelumit aturan yang akan menjadi pondasi di Kawasan Kars Maros-Pangkep. Syarif teringat bagaimana sulitnya menggunakan bahan baku lokal karena dieksploitasi asing.

Baca juga : 57 Mitra Deradikalisasi di Jateng Dibekali Wawasan Kebangsaan oleh BNPT

“Waktu pembangunan gedung di Salemba tahun 1997, seluruh keramik menggunakan marmer dari Maros. Saya ditunjuk menjadi penghubung pemerintah dengan pengelola yang berada di Australia. Ternyata pemilik tambang marmer berasal dari Filipina. Maka, saya terbang ke Manila untuk bernegosiasi," ungkap Syarif.

Menurut Syarif, tidak mudah bagi Irfan yang seorang politisi muda, merumuskan buku dengan legitimasi parlemen tingkat provinsi. Jika tak ada visi ke depan tentang sumber daya alam dan sumber daya manusia.

"Masih diperlukan langkah perjuangan yang besar ke depan untuk mengangkat poin-poin penting di mata internasional. Bukan tidak mungkin, kawasan ini bakal jadi bagian yang akan membuat para investor terus membuka mata, karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi," imbuhnya.

Turut hadir dalam peluncuran dan bedah buku “Menjaga Warisan Peradaban Dunia” ini aktivis lingkungan Muhammad Ikhwan, arkeolog dan peneliti dari Universitas Hasanudin Irwan Sumantri, Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah M Irfan Mahmud, serta aktivis literasi Nirwan Arsuka.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.