Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gus Yahya: Piagam PBB Tak Bertentangan dengan Syariat Islam

Senin, 27 Maret 2023 22:36 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Foto: Patra/RM)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Foto: Patra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyatakan, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sah mewakili umat Islam dan tidak bertentangan dengan syariat. Ia menuturkan, Piagam PBB sah dari segi penandatanganan karena melibatkan entitas politik yang sah secara de facto dan de jure.

“Mereka sah secara niscaya karena kepala negaranya dianggap sah. Walaupun non-Muslim, mereka sah mewakili warga negara Muslim,” ucap Gus Yahya saat berbicara di Seminar Nasional Bertema "Prospek dan Tantangan Fiqih Peradaban sebagai Solusi Krisis Tata Dunia Global", di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (27/3), seperti dikutip Antara.

Gus Yahya menegaskan, Piagam PBB ini sah dengan titik tolak imperatifnya adalah perdamaian yang secara syariat adalah sah. “Kalau tidak ada itu, ya tidak ada landasannya. Tanpa landasan itu, kita semua wajib perang,” terangnya.

Baca juga : PAPDESI Bali Berkomitmen Perjuangkan Kesejahteraan Masyarakat Desa

Isi perjanjian Piagam PBB itu, bagi Gus Yahya, lebih bersifat visioner ketimbang sesuatu yang langsung diterapkan. Piagam PBB merupakan visi walaupun belum bisa sepenuhnya diterapkan untuk saat ini.

Oleh karena itu, menurutnya, sebuah tugas bagi semua pihak untuk melanjutkan imperatifnya. Jika Piagam PBB diterima sebagai kesepakatan, maka harus ada imperatif ikutan.

Dalam perspektif Islam, lanjutnya, sudah ada landasan syariat tentang alasan tidak boleh bermusuhan dengan kelompok yang berbeda, yaitu perjanjian ini. “Harapannya, ke depan wawasan terkait ini bisa dikembangkan lebih lanjut dan dijabarkan ke dalam berbagai produk akademik yang kita perlukan. Termasuk bahan ajar untuk anak-anak kita,” kata Gus Yahya.

Baca juga : Gus Yahya: Orang NU Justru Keberatan, Kalau Diundang Bukber

Untuk itu, ia mengajak seluruh pihak untuk mempersiapkan generasi selanjutnya dalam mengemban misi perdamaian. Dengan demikian, misi perdamaian tersebut tidak hidup dalam mulut manis para imam dan pendeta saja, tetapi hidup dalam diri seluruh umat beragama.

“Mulai hari ini, bisa kita siapkan untuk anak-anak kita sehingga visi perdamaian tidak hanya mulut manis dari para imam dan pendeta saja, tetapi hidup dari umat beragama,” ujarnya.■

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.