Dark/Light Mode

Pemikiran Denny JA Tentang Beragama Di Era Google Dibukukan

Senin, 3 April 2023 09:44 WIB
Bedah buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google. (Foto: Ist)
Bedah buku Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemikiran dari peneliti dan penulis, Denny JA soal beragama di era Google dibukukan oleh Ahmad Gaus. Ada sembilan pemikiran pendiri LSI ini yang dibedah. 

Buku Ahmad Gaus itu berjudul Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Cerah Budaya Indonesia, 2023. 

Pada akhir pekan lalu digelar bedah bukunya. Acara yang berlangsung di Rumah Kearifan (House of Wisdom), Banguntapan, Bantul, Yogyakarta itu dihadiri puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta. Hadir dosen Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Euis Nurlaelawati dan pakar pendidikan nilai dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Muqowim.

Gaus mengawali pembahasannya dengan menguraikan pandangan-pandangan Denny JA sebagai seorang ilmuwan yang bergelut dengan riset-riset kuantitatif. Selama ini, ujarnya, kita lebih banyak mendengar isu-isu keagamaan dinarasikan oleh para ulama, mubaligh, dan sarjana-sarjana Islam. Jarang sekali 

Baca juga : Moeldoko Jempolin Donasi Jepang Buat Sekolah Di Cipanas

mempertimbangkan pandangan ilmuwan non-agama. Padahal pandangan mereka tidak kurang pentingnya karena menawarkan perspektif yang berbeda.

“Pandangan para agamawan itu cenderung apologetik dan subjektif karena tujuannya dakwah. Sedangkan pandangan ilmuwan sosial seperti Denny JA itu objektif dan empirik karena didasarkan pada hasil riset kuantitatif,” ujar Gaus.

Ia mengapresiasi, pemikiran Denny JA yang menawarkan solusi jalan tengah. Alih-alih dipahami sebagai kebenaran mutlak yang rawan menimbulkan benturan, agama sebaiknya diterima sebagai warisan kekayaan kultural milik bersama umat manusia.

"Itu beberapa contoh data-data kuantitatfi yang ditemukan Denny JA. Fakta-fakta itu menjadi hukum besi yang, perlahan tapi pasti, mendorong kita untuk menghormati dan menikmati agama yang kini jumlahnya 4.300 itu sebagai kekayaan kultural milik bersama," katanya.

Baca juga : Kemiskinan Ekstrem Hingga Kasus Stunting Di Muba Menurun

Dalam hal ini, ia mencontohkan, perayaan hari besar agama, seperti Ramadan. Momen satu bulan itu, dan hari raya di ujungnya, tak hanya dirayakan oleh penganut Islam. Penganut agama lain, dan bahkan yang tak beragama ikut merayakannya. 

Sementara itu, Dr. Muqowin mengupas, secara rinci gagasan Denny JA dalam buku yang ditulis oleh Gaus. Menurut dia, buku tersebut menghadirkan isu-isu keagamaan berbasis riset kuantitatif. Ia mencontohkan index Islamicity yang menempatkan kota-kota yang disebut islami itu ternyata bukan kota-kota di negara-negara Islam, melainkan di negara-negara non-Islam.

“Apa yang dapat kita pelajari dari riset semacam itu, artinya kita umat Islam gagal mewujudkan nilai-nilai Islam itu sendiri. Persis kata-kata Syeikh Muhammad Abduh, al-islam mahjub bil muslimin(Islam itu tertutup oleh kaum Muslim),” tegasnya.

Muqowin juga membahas gagasan Denny JA mengenai spiritualitas baru abad 21 yang didasarkan pada riset ilmu pengetahuan. Spiritualitas yang dimaksud dirumuskan dalam formula  3P + 2S  = Personal Relationship, Positivity, dan Passion. Dan prinsip 2S yakni Small Winning dan Spiritual Blue Diamonds.

Baca juga : Denny JA: Mungkinkah Beragama Tanpa Ulama, Pendeta Dan Biksu?

Menurut Muqowim, apa yang dilakukan oleh Denny JA merupakan sumbangan terhadap trend spiritualitas yang belakangan mulai lesu akibat agama hadir dengan wajah yang terlalu formal. Karena itu ia menyambut baik pemikiran Denny JA yang berusaha mengembalikan agama ke spiritnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.