Dark/Light Mode

Prof Didik: Perlu Gerakan Bersama Selamatkan Bumi

Sabtu, 20 Mei 2023 10:49 WIB
Ilustrasi penyelamatan bumi. (Foto: Ist)
Ilustrasi penyelamatan bumi. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bumi manusia mengalami krisis. Ancaman pemanasan global dan perubahan iklim di depan mata.

“Tidak cukup kesadaran individual. Dibutuhkan tindakan kolektif dalam mengatasi krisis lingkungan,“ kata Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini dalam diskusi publik “Ekologi Integral untuk Kita dan Pemimpin Yang Peduli Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Paramadina Center for Religion and Philosophy (PCRP), Jumat (19/5).

Hal senada dikatakan Direktur PCRP, Budhy Munawar Rachman. Dia menekankan, keharusan gerakan kolektif, terutama dari kelompok agama dengan kolaborasi antar iman menyuntikan  kesadaran pada publik untuk peduli pada lingkungan. 

Baca juga : Kembangin Peternakan Sapi Modern, Bos Bapanas Belajar Ke Brazil

“Pemerintah pun perlu bertindak menuntut tanggung jawab sosial, dalam menjaga ekologi,  dari perusahaan-perusahaan besar yang potensial melakukan destruksi ekologis,” katanya.

Budhy menawarkan, model gerakan Laodatu Si yang memulai pertobatan ekologis dimulai dari individu menuju gerakan kolektif menjaga bumi. “Para calon pemimpin negeri ini perlu mengerti ekologi integral yang mengajarkan kesalingterhubungan Tuhan, alam dan manusia yang bisa jadi basis spiritual gerakan kolektif menjaga dan merawat alam,” ujarnya.    

Aktivis lingkungan, Swary Utami Dewi memaparkan, tiap tahun, PBB mengadakan konferensi untuk mengajak negara-negara di dunia menyelamatkan bumi. “Kerusakan ekologis bumi ini karena tangan manusia sejak revolusi industri. Efek rumah kaca menciptakan pemanasan global. Alih fungsi hutan memperparah kondisi,” ujarnya.

Baca juga : Bertambah, Politisi NasDem Dalam Pusaran Korupsi

Swary juga mengingatkan dampak suhu bumi yang panas. “Terjadi perubahan iklim  musim hujan tidak teratur, wilayah NTT semakin kering, misalnya. Di Kalimantan Selatan terjadi kemarau basah, petani tidak tahu kapan musim tanam dan panen akibatnya, ancaman kerawanan pangan,” ujarnya.

Selain itu, lanjut swary, semakin sering badai hebat, kebakaran hutan, mencairnya glasier dan es di kutub membuat permukaan laut semakin tinggi, mengancam kota-kota pantai dan pulau-pulau, dan wabah penyakit. 

Ia memberi tips menghadapi ancaman ekologis. Pertama, mengurangi pemakaian bahan bakar fosil, seperti minyak dan batubara. Kedua, memperbanyak penanaman, mengurangi penebangan pohon. Dengan begitu, Co2 akan terserap oleh tumbuhan dan mengurangi dampak pemanasan global. 

Baca juga : Survei Indikator: 83 Persen Pemudik Puas Dengan Pelayanan Polisi Jaga Rumah Selama Mudik

Ketiga, mengurangi sampah, penghasil gas metana. Perlu daur ulang sampah. “Terakhir, mengubah gaya hidup agar lebih ramah lingkungan,” katanya.

Sedangkan praktisi Yoga, Yudhi Widyantoro mengatakan, manusia perlu membangun ulang relasi kosmik persaudaraan dengan alam, tidak ekploitatif. “Alam telah menghidupi manusia. Karena itu, jangan membuat duka alam dan makhluk lain dengan gaya hidup yang merusak,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.