Dark/Light Mode

Direktur PCRP: Milenial Dan Generasi Z Kurang Kenal Pancasila

Minggu, 4 Juni 2023 14:10 WIB
Direktur Paramadina Center For Religion and Philosophy (PCRP), Budhy Munawar Rachman. (Foto: Ist)
Direktur Paramadina Center For Religion and Philosophy (PCRP), Budhy Munawar Rachman. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Paramadina Center For Religion and Philosophy (PCRP), Budhy Munawar Rachman prihatin, Pancasila sekarang tidak lagi dikenali dengan baik terutama oleh generasi milenial dan generasi Z. Hal ini seiring dihapusnya Pendidikan Pancasila.

“Pendidikan Pancasila tidak lagi berdiri sendiri tetapi masuk dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan,” ujarnya dalam diskusi Kajian Islam dan Nusantara yang digelar Paramadina Center For Religion and Philosophy (PCRP), bekerjasama dengan Lembaga Studi Agama Dan Filsafat (LSAF), Silapedia dan Universitas Paramadina, Sabtu (3/6).

Baca juga : Sekjen LHK Ajak Pimpinan Bangsa Teladani Nilai Pancasila

Menurut dia, yang paling memprihatinkan Pancasila hilang dalam praktik berbangsa dan bernegara. Selain itu, ada praktik-praktik politik yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang dulu telah dibangun dengan susah payah dikembangkan.

Menurut dia, jika didalami lebih jauh, persoalan Islam dan Pancasila sangat mendalam dan banyak detailnya. Mulai dari bagaimana pandangan Soekarno tentang Islam dan Pancasila.

Baca juga : BPIP: Jokowi Akan Hadiri Harlah Pancasila Di Monas

“Sayangnya akhir-akhir ini terdapat kelompok-kelompok garis keras yang coba menafsirkan Pancasila dengan cara berbeda, atau disebut dengan “Pancasila yang bersyariah”,” bebernya.

Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila/CEO Silapedia, Syaiful Arif mengatakan, terdapat hubungan dari tiga rumusan ide tentang Pancasila yang menjadi awal dari pembentukannya. Yakni Pertama rumusan 1 Juni dari Soekarno, lalu rumusan dari panitia 9 dan rumusan 18 Agustus 1945 dari PPKI.

Baca juga : Kepala BPIP Ajak Masyarakat Ikut Upacara Harlah Pancasila

Pancasila 1 Juni adalah konsep yang mengalami transformasi awal untuk membentuk rumusan yang kompromistik di dalam Piagam Jakarta. Di antara ke 3 rumusan Pancasila (1 Juni, 22 Juni, 18 Agustus 1945) yang berbeda secara tematik dan gagasan dari Pancasila 1 Juni adalah Piagam Jakarta. Karena, sila Ketuhannya tidak bersifat inklusif melainkan bersifat syar’i dan Islamis. Jadi itu rumusan antara. Ketika Sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa kembali menjadi bagian dari Pancasila, maka secara tematik kembali ke 5 sila yang diusulkan Soekarno.

Menurut Syaiful, Soekarno mengusulkan rumusan sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa karena Ketuhanan YME merupakan rumusan yang dapat diterima oleh semua agama yang berbeda beda. Tanpa adanya lobi bung Hatta kepada 4 tokoh Islam dalam sidang PPKI yang bersedia menghapus 7 kata dalam Piagam Jakarta, maka tidak akan pernah ada rumusan Pancasila resmi. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.