Dark/Light Mode

Ini Kata Prof. Tjandra Soal Antrax, Penanganan Dan Vaksinasi

Jumat, 7 Juli 2023 11:03 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti kejadian penyakit antraks di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah memakan korban jiwa.

Terkait hal ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian telah menggelar jumpa pers virtual, Kamis (5/7).

"Penanggulangan tentu sudah dilakukan di lapangan, termasuk pengobatan dan mungkin juga vaksinasinya. Sehingga, masalah benar-benar dapat diatasi dengan baik," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Jumat (7/7).

Mengenai pengobatan antraks, WHO menyarankan, pasien dengan antraks perlu dirawat di rumah sakit, dan diberikan antibiotika.

Baca juga : Australia Mitra Strategis ASEAN Dalam Perdagangan Dan Investasi 

Mereka yang berpotensi terpapar spora antraks dan belum memunculkan gejala, dapat diberikan pengobatan pencegahan (prophylactic treatment).

Dalam hal ini, pencegahan penyakit antraks pada hewan, akan melindungi kesehatan manusia.

"Pemutusan rantai penularan merupakan kunci utama pengendalian antraks. Karena itu, jika diketahui bahwa potensi penularan masih terjadi, maka harus segera dieliminasi," ujar Prof. Tjandra.

Antibiotika

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Amerika Serikat (CDC) memaparkan, dalam pengobatan antraks, antibiotika bekerja dengan membunuh bakterinya dan membuat antraks tidak berkembang.

Ada dua jenis antibiotika yang dapat digunakan untuk menangani antraks, yakni siprofliokasin dan doksisiklin.

Baca juga : Soroti Kasus Antraks, Prof Tjandra Bagi Pengalaman Di Maros Dan Boyolali

"Dua antibiotika ini juga digunakan, setelah seseorang terpapar bakteri/spora antraks, atau post-exposure prophylaxis (PEP)," jelas Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

"Antibiotika dapat diberikan sampai 7 hari, bahkan 60 hari," imbuhnya.

Vaksinasi Antraks

Saat ini, tersedia vaksin antraks dalam bentuk Anthrax Vaccine Adsorbed (AVA).

Vaksin ini memang bukan untuk masyarakat luas, dikhususkan untuk mereka yang berisiko tinggi. Kelompok belum terpapar yang berisiko tinggi, mendapat 5 suntikan vaksin antraks ke dalam otot (intramuscular) dalam kurun waktu 18 bulan. Selain itu, juga mendapat booster vaksin.

Baca juga : Sikapi Masalah PTSL, Kantah Tangsel Konsolidasi Dengan Pemda Dan Warga

Mereka yang diduga sudah terpapar, atau masuk kategori post-event emergency use, mendapat vaksin tiga kali dalam waktu 4 minggu. Ditambah pemberian antibiotika selama 60 hari.

Sebagai kesimpulan akhir, Prof. Tjandra mengingatkan, berhubung antraks adalah zoonosis dan sporanya ada di tanah, maka penanganan terhadap kasus ini harus melalui pendekatan One Health.

"Ini merupakan kerja bersama kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan," pungkas eks Dirjen Pengendalian Penyakit serta mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes).

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.