Dark/Light Mode

HUT ke-78 RI, Haedar Ajak Syukuri Kemerdekaan dengan Bangun Jiwa Raga Bangsa

Rabu, 16 Agustus 2023 21:13 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir (Foto: Instagram Haedar)
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir (Foto: Instagram Haedar)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menyambut HUT ke-78 RI, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengajak seluruh komponen bangsa untuk mensyukuri hari kemerdekaan yang dilaksanakan rutin pada 17 Agustus. Menurutnya, cara perayaan kemerdekaan adalah mensyukuri nikmat termahal dari Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus juga mengenang perjuangan para pejuang bangsa dan negara yang tanpa pamrih dengan jiwa dan raga mereka. Perjuangan mereka bagian dari lembar-lembar sejarah Indonesia yang tidak boleh dilupakan.

“Ketika hari ini kita merayakan kemerdekaan Indonesia yang ke-78, selain kegembiraan, kita perlu berefleksi secara mendalam, baik bagi seluruh elite maupun warga bangsa di struktur pemerintahan, komponen bangsa, dan kekuatan-kekuatan bangsa,” ungkap Haedar, seperti keterangan yang diterima redaksi, Rabu (16/8).

Agar kemerdekaan menjadi momentum kolektif, lanjut Haedar, bangsa Indonesia perlu melakukan empat hal. Pertama, melakukan refleksi atas segala perjuangan para pejuang sekaligus pendiri Indonesia yang telah berkorban banyak hal, termasuk nyawa mereka.

Haedar menyatakan, bangsa Indonesia saat ini, termasuk elite bangsa dan seluruh warga bangsa, hendaknya mendalami dan meresapi setiap pengorbanan para pendahulu. Penyerapan semangat tersebut diharapkan menjadi pondasi dalam berjuang dengan tulus untuk membangun, mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai negara merdeka, adil dan makmur, seperti dalam UUD 45.

Baca juga : Peringati HUT ke-78 RI, Damri Bagikan Promo Tiket Hingga Ratusan Ribu

“UUD 45 sebagai pesan konstitusional untuk generasi pasca-kemerdekaan. Itulah tasyakur kita, bentuk kesyukuran kita lebih dari sekadar kegembiraan dan hal-hal simbolik semata," imbuhnya.

Kedua, merekonstruksi nilai-nilai UUD 45 dan Pancasila yang menjadi pondasi, alam pikiran, dan orientasi tindakan dari bangunan dasar Indonesia merdeka. Haedar berpesan supaya nilai-nilai luhur tersebut dihayati, dipahami, dan tidak kalah penting dijalankan, serta menjadi bingkai dan arah dalam menyelenggarakan kebangsaan dan kenegaraan.

“Jangan sampai kita membawa Indonesia maju secara fisik, tetapi keropos rohani dan jiwanya. Kehilangan makna dari pembukaan, batang tubuh, UUD 45 dan Pancasila dengan lima silanya yang mendasar, dan spirit perjuangan para pendiri bangsa. Kita boleh merekonstruksi itu, di saat boleh jadi saat ini kita mengalami distorsi, penyimpangan dan peluruhan,” ucapnya.

Guru Besar Sosiologi ini menegaskan, jangan sampai perayaan kemerdekaan hanya simbolis dan seremonial, tanpa dibarengi dengan pemaknaan kembali nilai-nilai mendasar yang menjadi pondasi, bahkan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia menyatakan, pemaknaan itu penting agar Indonesia jelas arah dan tidak berbelok.

Baca juga : HUT Ke-78 RI, Mentan Dorong Kekuatan Pangan Lokal

Ketiga, melakukan konsolidasi kebangsaan. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila harus dikonsolidasikan menjadi nilai yang hidup dalam seluruh proses penyelenggaraan berbangsa dan bernegara, termasuk kewajiban konstitusional dari pusat sampai bawah. Bersama melindungi bangsa dan seluruh tanah air Indonesia.

“Melindungi bangsa dan seluruh Tanah Air Indonesia, memajukan kehidupan, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia, semuanya harus menjadi kewajiban konstitusional. Jangan sampai ada satu warga bangsa dan tanah air yang kita abaikan hak-haknya.” Kata Haedar.

Keempat, melakukan transformasi kehidupan kebangsaan. Haedar menerangkan, tantangan dunia saat ini dan ke depan yang kian kompleks memerlukan transformasi, termasuk untuk merespons daya saing, perubahan global dengan berbagai masalah seperti perubahan iklim, tata geopolitik ekonomi, dan budaya yang bersifat kompleks.

Dengan segala bentuk tantangan yang dihadapi Indonesia, menurut Haedar, Indonesia harus mampu berdiri tegak dengan yang disampaikan Bung Karno yakni Trisakti; Indonesia punya kepribadian, kemandirian – berdikari, dan dengan nilai agama, Pancasila, dan budaya luhur bangsa, Indonesia bisa menjadi bangsa yang sejati di tengah persaingan yang tinggi.

Baca juga : OSO: Peringatan Hari Kemerdekaan Momentum Bangun Kebersamaan

“Bangun fisik, tetapi juga bangun jiwanya. Jangan sampai Indonesia kuat ragat fisiknya, tapi lemah jiwanya. Apalagi fisiknya tidak kuat, fisiknya rapuh. Kita mampu bangkit untuk menjadi negara maju jika kita bersatu, jika kita menyerap nilai-nilai luhur itu sekaligus mentransformasikan Indonesia ke depan, Indonesia Emas yang berdiri tegak di atas konstitusi,” ucapnya.

Selain berpatok pada konstitusi dan nilai-nilai utama bangsa dan negara, Indonesia akan maju dan berjati diri jika disertai dengan teladan kenegarawanan elite di Indonesia tercinta. Kemerdekaan 78 tahun Indonesia akan menjadi tonggak Indonesia unggul-berkemajuan bersama bangsa dan negara lain, di atas pondasi bangsa Indonesia.

“Semoga seluruh rakyat dan elite bangsa di negeri tercinta ini diberi hidayah Allah untuk terus membawa Indonesia sejalan dengan jiwanya, dan membawa Indonesia benar arah dan tujuannya,” tandas Haedar.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.