Dark/Light Mode

Kolaborasi Petani Dengan Pabrik AQUA Sukses Atasi Masalah Pengairan Sawah

Selasa, 5 September 2023 19:01 WIB
Saluran irigasi tujuh desa di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah kini teraliri air untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah. (Foto: Ist)
Saluran irigasi tujuh desa di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah kini teraliri air untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengairan sawah petani di tujuh desa di sekitar Bendung Bagor, Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, kini terjamin berkat sistem gotong royong dalam memelihara saluran irigasi. 

Dulu, petani sering kekurangan pasokan air. Hingga akhirnya para petani mendapatkan solusi apik setelah berkolaborasi dengan Pabrik AQUA Klaten. 

Ketua Forum Relawan Irigasi (FRI), Sumartono menceritakan bagaimana FRI dibentuk untuk mengatur pengaliran air dari Bendung Bagor secara merata ke semua lahan pertanian di Juwiring. 

"Pabrik AQUA Klaten yang bermitra dengan Gita Pertiwi memfasilitasi pembentukan Forum Relawan Irigasi (FRI) untuk membantu pengaturan air dari Bendung Bagor agar terbagi merata ke semua lahan pertanian yang ada di Juwiring," katanya.

Sebelum itu, ingat Sumartono, banyak petani di wilayah hilir Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur yang tidak kebagian air. Hal itu disebabkan karena petani di tujuh desa yang ada di Kecamatan Juwiring bisa dengan seenaknya menutup dan membuka saluran air yang ada di Bendung Bagor. 

Setelah FRI terbentuk, kata Sumartono, semua bersepakat untuk memelihara jaringan saluran irigasi khususnya di daerah irigasi Bagor.

Selain itu, ada juga kesepakatan untuk menangani keluhan petani secara swadaya dan gotong-royong dengan melibatkan tujuh desa. 

Baca juga : Berkontribusi Sosial Pada Ekosistem Halal, Waroeng Steak And Shake Raih Penghargaan

Forum Relawan Irigasi yang sudah berdiri hampir dua tahun ini terdiri dari berbagai unsur mulai dari petani pengguna air, camat hingga kepala desa yang ada di Kecamatan Juwiring. Pembentukan FRI itu dilegalisasi melalui peraturan bersama kepala desa (Perkades) tujuh desa. 

Dalam perkades bersama itu dituangkan banyak hal. Salah satunya agar setiap desa menerima hak masing-masing dalam pengelolaan saluran irigasi, termasuk melakukan pembersihan sedimen dan sampah di saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. 

"Hal itu untuk memastikan air dapat terdistribusi dengan baik hingga ke wilayah hilir yang memiliki panjang 3,6 kilometer," jelasnya.

Di sisi lain, dalam perkades itu juga menyebutkan agar masing-masing desa memberikan stimulan kepada FRI setiap tahunnya. "Kini petani tidak lagi khawatir tidak kebagian air untuk mengairi lahan pertaniannya di musim kemarau sekalipun," imbuhnya.

Sebenarnya, kata Sumartono, sebelumnya sudah terbentuk Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) yang mengelola irigasi di tingkat desanya masing masing dan Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A) dari tujuh desa yang sudah berjalan puluhan tahun. Tetapi di dalamnya cuma berisikan petani pengguna air saja. 

Dia mencontohkan Desa Bulurejo yang semula wilayahnya saat musim hujan saja harus menyedot air dengan pompa untuk mengairi persawahannya. Banyak petak-petak sawah yang kering karena kekurangan air. Pasalnya, petani ketika itu malas untuk mengurus saluran irigasi.

Tapi, sejak terbentuknya FRI, saat musim kemarau saja sangat sedikit petani di Desa Bulurejo yang menyedot air dengan pompa. Kemudian di Desa Kaniban, para petaninya juga sudah mulai membersihkan saluran tersier. 

Baca juga : Moeldoko Bahas Biaya Logistik Dengan Perusahaan Perancis

"Selain membersihkan sedimentasi, kami juga memperbaiki plengseng yang ambrol supaya lebih kuat dan fungsional. Artinya, FRI yang baru hampir dua tahun berdiri, hasilnya sudah dirasakan para petani," tandasnya.

Anggota FRI dari P3A Desa Bulurejo Agus Riyono, menambahkan saat ini sudah 90 persen persawahan di desanya yang terairi dari sebelumnya hanya 15 persen saja. 

"Alhamdulillah, saluran-saluran sekunder kita pun juga bisa tersentuh dan sudah 95 persen saluran tersier kita jalan semua dalam kondisi sehat dan berfungsi," ucapnya.

Dengan asupan air irigasi yang cukup ke semua persawahan, dia mengatakan kelembaban tanah bisa terjaga dan kesuburan tanaman pun bisa lebih bagus.

Bendung Bagor dibangun tahun 1954 berfungsi untuk mengaliri irigasi sawah petani di hilir. Meski umurnya sudah 67 tahun namun hingga kini bendung tersebut masih berfungsi dengan baik.

Agus Riyono menambahkan, FRI masih memerlukan pendampingan dari pabrik Aqua, karena masih terdapat sedimentasi pada Bendung yang perlu untuk dibersihkan lagi, sehingga aliran air akan lebih baik. 

Selain itu beberapa saluran tersier juga telah mengalami kerusakan sehingga terdapat petak petak sawah yang mengalami kebocoran dan kelebihan air. 

Baca juga : Pamitan Sebagai Gubernur, Ganjar Diberi Gitar Tua Oleh Pengamen Jalanan

"Kami berharap pendampingan ini jangan dihentikan dulu, karena masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan seperti kerusakan saluran tersier dan sedimentasi bendung," tambahnya.

Sementara itu Stakeholder Relation Manager AQUA Klaten Rama Zakaria menyampaikan bahwa pihaknya mendukung aksi kolaboratif yang ada. Secara berkala pihaknya mengajak semua pemangku kepentingan untuk bergerak bersama. 

Selain masyarakat pengguna air seperti petani dan warga desa, dari elemen TNI yaitu Kodim 0723/Klaten dan akademisi juga ikut dilibatkan.

"Upaya di hilir ini melengkapi pendekatan komprehensif dari manajemen air kami dari Hulu Merapi hingga di Hilir, di Juwiring ini. Sekali lagi kami tidak bekerja sendiri dan selalu akan mengedepankan semangat kolaborasi dan bersinergi," tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.