Dark/Light Mode

Rakyat Merdeka Gelar ToT Tes Penguji Kompetensi Wartawan

Masyarakat Cari Berita Yang Pasti Dan Akurat

Sabtu, 23 September 2023 08:30 WIB
Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Pers Dewan Pers Tri Agung Kristanto (kedua kanan), dan Wakil Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Suprapto Sastro Atmojo (kiri) bersama Direktur Utama Rakyat Merdeka Kiki Iswara (kedua kiri), dan para peserta Training Of Trainer (TOT) Tes Penguji Kompetensi Wartawan, di Kantor Rakyat Merdeka, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Foto: Patrarizki Syahputra/RM)
Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Pers Dewan Pers Tri Agung Kristanto (kedua kanan), dan Wakil Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Suprapto Sastro Atmojo (kiri) bersama Direktur Utama Rakyat Merdeka Kiki Iswara (kedua kiri), dan para peserta Training Of Trainer (TOT) Tes Penguji Kompetensi Wartawan, di Kantor Rakyat Merdeka, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Foto: Patrarizki Syahputra/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kompetensi di media cetak saat ini menjadi salah satu cara agar media bisa bersaing dalam dunia digitalisasi, seperti media online, konten kreator atau podcast. Era digitalisasi tidak bisa diklaim sebagai mesin penghancur bisnis media massa ke depan. Justru era digitalisasi ini akan menjadi titik balik kembalinya bisnis media cetak ke depan.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komisi Pendidikan Dewan Pers, Tri Agung Kristanto dalam sambutan Pembukaan Training of Trainer (TOT) Tes Penguji Kompetensi Wartawan, di Gedung Graha Pena, Jakarta, kemarin.

TOT yang digelar 2 hari dari Jum'at-Sabtu (22-23/9/2023) ini diikuti oleh tujuh Wartawan Utama yang berasal dari internal redaksi Rakyat Merdeka dan anak usaha seperti Tangsel Pos dan Satelit News.

Tri mengatakan, bisnis digital seperti konten kreator, online atau podcast telah membentuk ekosistem bisnis tersendiri. Karena itu, mereka bukan saingan media cetak. “Justru harus dilihat sebagai peluang untuk membentuk bisnis baru,” ujarnya.

Menurut dia, jurnalisme saat ini tumbuh dan bercabang, seperti jurnalisme data, jurnalisme kebencanaan, jurnalisme presisi, jurnalisme budaya, jurnalisme solusi, dan jurnalisme warga.

“Wartawan dalam era sekarang ini tengah menghadapi tantangan serius dengan berkembangnya berbagai macam model jurnalisme. Namun, semua itu kuncinya ada di kompetensi. Tanpa hal ini, maka semua bentuk produk digitalisasi akan tergusur. Lihat saja konten kreator yang dibuat dengan mengabaikan prinsip-prinsip jurnalistik, lambat laun akan ditinggalkan masyarakat,” cetus mantan penyiar radio ini.

Baca juga : Komitmen BNPT Bangun Ketahanan Masyarakat Dari Radikalisme Didukung Komisi III

Tri menyebut, dua hal yang bisa membunuh media cetak saat ini. Pertama, ketidakmampuan insan pers beradaptasi dengan bisnis digitalisasi. “Ada sekitar 119 media online dan cetak yang sudah tutup ketika bisnis digitalisasi ini merebak,” ujarnya, seraya menambahkan dari data Dewan Pers ada sekitar 43.000 media online yang ada di Indonesia.

Kemudian, faktor kedua yang mematikan pers yakni wabah Covid-19. Sebab, selama wabah tersebut merebak, daya beli masyarakat untuk membeli koran maupun perusahaan yang akan memasang iklan langsung rontok.

Tapi, saran dia, kalangan jurnalis dari media cetak tidak perlu takut dengan tantangan bisnis media. Karena di beberapa negara saat ini, bisnis media cetak sudah bangkit kembali. Contohnya di Singapura, kini bisnis koran ternama The Straits Times justru makin moncer. Hal sama terjadi di Amerika dan negara-negara Skandinavia.

“Untuk itu, TOT ini akan menjadi instrumen untuk meningkatkan kualitas jurnalisme termasuk menjaga marwah media cetak. Coba rasakan saat ini masyarakat sudah cenderung mencari informasi yang pasti dan akurat. Tanpa perbaikan kompetensi wartawan, bisa membuat berita yang independen dan akurat,” ujar Tri Agung.

Sedangkan, Dirut Rakyat Merdeka Kiki Iswara menjelaskan, mulai tumbuhnya bisnis jurnalisme keseimbangan di publik. Semua masyarakat menginginkan berita serba instan, minim akurat. Namun, kini berbeda.

“Publik kini lebih membutuhkan berita yang akurat dan komplet. Karena itu, dalam bisnis media online Rakyat Merdeka sudah meninggalkan cara-cara mencari berita secara gegabah hanya mengejar kecepatan. Pengambil keputusan di pemerintahan pun justru mengambil data dari koran sebelum memutuskan sebuah kebijakan,” ujar Kiki sambil menyebut mencari keuntungan lewat media online itu tidak mudah.

Baca juga : Jawa Barat, Asal Mula Kerja Sama Jepang Dan Indonesia

Dalam dua-tiga tahun terakhir, masyarakat Indonesia disuguhi perkembangan industri media massa konvensional yang cukup berdarah-darah. Sejumlah nama besar yang telah memiliki basis pembaca loyal dan malang-melintang sejak belasan, bahkan puluhan tahun, dipaksa tutup karena tidak bisa mengikuti arus informasi digital. Harian Soccer, Jurnal Nasional, Sinar Harapan, The Jakarta Globe, Tabloid Bola, Majalah HAI dan terakhir awal tahun 2023, Koran Republika, memilih beralih ke bisnis digital.

Mayoritas manajemen media massa tersebut memilih menutup edisi cetak dan melakukan transformasi atau migrasi menuju laman digital. Taktik ini menjadi favorit mengingat pertumbuhan pembaca via daring yang diklaim melesat cepat dalam satu dasawarsa terakhir.

PricewaterhouseCoopers (PwC), lembaga audit dan konsultan global yang berbasis di London, melansir riset menarik bertajuk ‘Perspectives from the Global Entertainment and Media Outlook 2017–2021: Curtain up! User experience takes center stage’.  Dari riset yang sama, PwC menyebutkan proyeksi pertumbuhan hasil investasi rata-rata sepanjang 2017-2021 untuk radio, TV, buku, majalah dan koran minus.

Terparah, pertumbuhan pendapatan dari koran yang mencapai minus 8,3 persen. Artinya, pebisnis dan investor media massa konvensional untuk jenis-jenis tersebut harus berasumsi kalau dirinya merugi sekitar 4-8 persen per tahun.

Training of Trainer (TOT) Rakyat Merdeka digelar di Gedung Graha Pena, Jakarta, selama dua hari pada Jumat (22/9/2023) dan Sabtu (23/9/2023). Pada hari pertama ada empat materi yang disampaikan.

Materi pertama tentang “Pemahaman tentang Standar Kompetensi Wartawan. Pemahaman SKW (Siapa Pelaksana, Siapa Peserta UKW dan Apa Program ToT)” yang disampaikan oleh Ketua Komisi Pendidikan Dewan Pers Tri Agung Kristanto.

Baca juga : Gardu Ganjar Ajak Masyarakat Berlomba Ambil Ikan Dalam Kolam

Materi kedua tentang Persiapan dalam menguji UKW: Kriteria Penguji, yang akan disiapkan untuk menguji, wawasan yg diperlukan penguji, prinsip penguji, sistem menguji, Pakta Integritas Penguji. Materi ini disampaikan oleh Marah Sakti Siregar, Pokja Komisi Pendidikan.

Materi ketiga tentang “Persiapan dalam menguji UKW: Kriteria Penguji, yang akan disiapkan untuk menguji, wawasan yg diperlukan penguji, prinsip penguji, sistem menguji, Pakta Integritas Penguji” oleh Pokja Komisi Pendidikan Dewan Pers Marah Sakti Siregar. Sedangkan materi keempat tentang “Tata cara pengujian UKW (Cetak dan Siber)” oleh Tenaga Ahli Komisi Pendidikan Dewan Pers Suprapto.

Sedangkan, pada hari kedua akan diberikan materi tentang “Simulasi/Praktik Pengembangan Materi Uji (Kerja Kelompok)” oleh Pokja Komisi Pendidikan Dewan Pers Marah Sakti Siregar. [MAS]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.