Dark/Light Mode

Literasi Fondasi Pembentuk Karakter SDM Menuju Indonesia Emas 2045

Selasa, 12 Desember 2023 09:13 WIB
Gelar wicara Bincang Literasi Kini dan Nanti, di Jakarta, Senin (11/12). (Foto: Dok. Perpusnas)
Gelar wicara Bincang Literasi Kini dan Nanti, di Jakarta, Senin (11/12). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekosistem literasi yang dibentuk melalui literasi keluarga dapat menjadi fondasi pembentukan karakter yang baik menuju Indonesia Emas 2045. Keluarga merupakan unit terkecil dan harus menjadi perhatian bersama dalam hal peningkatan literasi masyarakat.

“Karena literasi sekarang bersifat inklusi. Tidak hanya terkait infrastruktur, tapi juga pemberdayaan manusia,” ujar Ketua Umum Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB) Herlina Mustikasari, pada gelar wicara Bincang Literasi Kini dan Nanti, di Jakarta, Senin (11/12).

Literasi adalah kemampuan seseorang memilah dan memanfaatkan informasi yang diterimanya untuk meningkatkan kualitas hidup. Semua orang bisa melakukan hal tersebut jika ada keinginan dan mengaplikasikannya sehingga bermanfaat untuk hidupnya.

Baca juga : Ravindra: Hilirisasi Digital Syarat Menuju Indonesia Emas 2045

Literasi tidak selalu berkaitan dengan kefasihan baca-tulis. Karena banyak anak-anak di dunia yang memiliki kebutuhan khusus atau disabilitas tapi punya kecakapan lainnya, seperti keterampilan melukis.

Ketua Umum Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) T Syamsul Bahri menegaskan, literasi menjadi tujuan besar pemerintah untuk peningkatan sumber daya masyarakat. Penopang dari infrastruktur literasi tidak lepas dari faktor perpustakaan, sumber daya manusia, serta lingkungan.

Bicara tentang perpustakaan dan pustakawan di masa kini dan yang akan datang, erat kaitannya dengan teknologi informasi. Pustakawan harus menyadari dirinya kalau perkembangan teknologi informasi sudah mengalir sangat cepat. Sudah tidak berlaku lagi kompetensi pustakawan yang hanya menunggui pemustaka berkunjung. Mereka wajib beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk menunjang kinerjanya.

Baca juga : Darmizal: Gibran Siap Wujudkan Indonesia Emas 2045

Perpustakaan sudah mengubah paradigma dirinya yang tidak sekadar menjalankan fungsi deposit dan layanan. Paradigma baru perpustakaan juga mesti diimbangi pustakawan yang mesti paham dengan informasi atau pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat,” kata Syamsul.

Perlakuan terhadap literasi juga harus sama di sektor pendidikan. Pemahaman guru kepada siswa jangan sebatas ‘yang penting siswa bisa baca dan tulis’ melainkan digiring untuk mencoba memahami yang tersirat dan tersurat dari teks sehingga siswa paham.

“Orang harus terus belajar. Dan tidak hanya agar bisa baca tulis tapi juga paham. Dimulai dari mereka bisa mengungkapkan dirinya dan juga berpikir,” urai akademisi pendidikan Adiyati Fathu Roshonah.

Baca juga : Pakar Otda Sebut Kriteria Pemimpin Untuk Cegah Korupsi Di Indonesia

Sudah menjadi keharusan pemerintah menyiapkan seluruh sarana dan prasarana, layanan, pengelolaan, serta tenaga perpustakaan sebagai pendamping literasi di masyarakat. Meski ini masih butuh kerja keras, namun merupakan tantangan bagi pustakawan dan pegiat literasi lainnya.

"Literasi bukan hanya perihal baca-tulis-hitung tapi terkait kecakapan hidup. Namun, perlu kolaborasi dan kerja nyata dari seluruh stake holder literasi, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan Pemerintah dalam peningkatan literasi di masyarakat,” jelas Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.