Dark/Light Mode

Pemikiran Denny JA Dipandang Sebagai Mazhab Baru Sosiologi Agama

Jumat, 15 Desember 2023 21:01 WIB
Denny JA. (Foto: Ist)
Denny JA. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gagasan Denny JA tentang “agama sebagai warisan kultural bersama” dapat dipandang sebagai mazhab baru dalam sosiologi agama.

Ini disiplin ilmu yang dirintis oleh Emile Durkheim dan Max Weber. Kemudian muncul dalam karya-karya Peter L. Berger, Robert N. Bellah, dll. Mereka melihat agama sebagai realitas sosial, sementara Denny JA melihatnya sebagai warisan kultural.

Demikian dikatakan Ahmad Gaus dalam diskusi buku "Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama:  Sembilan Pemikiran Denny JA Soal Agama di Era Google" yang diadakan oleh Laboratorium FISIP Universitas Bangka Belitung (UBB), Kamis (14/12).

Selain Gaus, tampil pula sebagai narasumber Michael Jeffri S.. dosen Sosiologi UBB, dan Rozi, dosen Agama Islam UBB sebagai moderator. Diskusi yang dihadiri puluhan peserta dan berlangsung di Balai Besar Peradaban itu dibuka oleh Dr. Diana selaku Wakil Dekan FISIP dan Abdul Fatah, MA selaku Kepala Laboratorium FISIP.

Baca juga : LSI Denny JA: Prabowo Di Ambang Kemenangan, Anies Atau Ganjar Yang Tersingkir?

Menurut Gaus, Denny JA menawarkan paradigma yang utuh mengenai cara beragama di era baru yang ia sebut sebagai era Google. Cara beragama di era Google jelas berbeda dengan cara beragama di era sebelumnya. Sebab Google mengubur realitas lama, melahirkan realitas baru. Dan, agama harus menyesuaikan diri.

Sebagai sebuah paradigma, ungkapnya, pandangan Denny JA menawarkan cara pandang yang sama sekali berbeda dengan cara pandang yang pernah ada dalam sejarah perjumpaan agama-agama.  Cara pandang lama mengedepankan agama sebagai kebenaran mutlak. Masing-masing agama mengklaim keselamatan sebagai miliknya sendiri. Di luar agama mereka semuanya sesat dan masuk neraka.

Cara pandang lama seperti ini, lanjut Gaus, kini telah mengalami anomali. Ia  tidak bisa lagi menjelaskan realitas di era Google yang memberi tempat kepada semua tradisi keimanan untuk muncul dan menegaskan diri dengan dukungan nilai-nilai baru seperti toleransi, kesetaraan, kebebasan dan hak asasi manusia.

“Saat ini yang paling cocok dengan era sekarang ialah pandangan Denny JA, yang menarik agama dari wilayah dogma yang tertutup ke ranah budaya yang terbuka," tegasnya.

Baca juga : Firli Masih Bisa Tersenyum

Ia menambahkan, selama ini agama dilihat sebagai sesuatu yang multak, final, dan tidak dapat berubah. Maka kehidupan beragama menjadi kaku. Tidak rileks.

Bahkan agama menjadi mudah ditransformasikan menjadi kekuatan konfliktual. "Sebaliknya, pandangan Denny JA membuat wajah agama menjadi lebih humanis. Ini yang relevan untuk kehidupan beragama saat ini," imbuh Gaus lagi.

Sementara itu Michael Jeffri S mengatakan, di dalam tradisi agamanya sendiri, Kristen, terjadi pergulatan dalam memosisikan keimanan Kristen ketika bertemu dan berinteraksi dengan tradisi keimanan yang lain. Bahkan di dalam internal Kristen sendiri, ujarnya, muncul denominasi dan pandangan yang berbeda-beda. Namun sejauh ini perbedaan-perbedaan itu dibiarkan saja.

"Saya tidak tahu apakah ini lahir dari pandangan teoogis atau kesadaran kultural," tegasnya.  Ia menambahkan, gagasan Denny JA menawarkan jalan baru.

Baca juga : Gencatan Senjata Diperpanjang, Semoga Israel-Hamas Sepakati Solusi 2 Negara

Gagasan itu mempertemukan segala sesuatu yang dulu dianggap berbeda, ternyata sebenarnya tidak. Asalkan kita mau masuk dari pintu yang sama, yaitu pintu budaya, alih-alih pintu teologi yang secara apriori menegaskan perbedaan.

Menurut Jeffri, pemikiran Denny JA menerobos pemahaman umum yang meyakini agama sebagai milik komunal. Padahal banyak nilai-nilai agama yang bisa di-share dan diperjuangkan bersama seperti keadilan, kesetaraan, toleransi, perdamaian. dsb.

“Dengan pemahaman seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa agama memang warisan kultural milik bersama," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.