Dark/Light Mode

Nataru Berjalan Damai Wujud Toleransi Tinggi Masyarakat Indonesia

Rabu, 27 Desember 2023 13:16 WIB
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo (Foto: Istimewa)
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pesan damai dan harmoni perlu terus digaungkan, terlebih lagi pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). Di tengah keprihatinan atas insiden terorisme dan narasi intoleransi, semangat menebar kasih menjadi penawar yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo menjelaskan, seluruh anak bangsa perlu menguatkan pentingnya kesadaran akan keberagaman dengan berusaha menghormati perbedaan. Melalui akar sejarah dan budaya yang kaya, seharusnya masyarakat sudah memiliki tradisi yang kuat akan hal ini.

“Bangsa ini sudah biasa dalam cara berpikir, bertindak, bernalar, dan berhubungan dengan menghargai perbedaan. Hal ini ditunjukkan ketika banyak masyarakat yang gotong royong menyelenggarakan perayaan hari besar keagamaan secara bersama-sama. Sikap masyarakat kita yang cenderung mudah membaur inilah yang memengaruhi perilaku saling toleransi,” terangnya, dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (27/12).

Ia menilai, sikap toleransi yang merupakan budaya luhur bangsa Indonesia perlu terus dipupuk dan diperkuat. Dengan perilaku toleransi yang tinggi, ia yakin bangsa Indonesia pasti kebal dengan serangan paham radikal terorisme yang bertujuan ingin memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca juga : BPIP Dan Kementerian PPPA Ajak Perempuan Majukan Indonesia

Menurut Romo Benny, paham radikal terorisme sejatinya tidak mengenal agama. Mereka hanya ingin menyebarkan ketakutan serta kebencian di antara manusia, terlebih lagi seperti pada perayaan Nataru. Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada dan bersatu melawan paham radikal terorisme.

Ia melanjutkan, walaupun seringkali masyarakat dilanda kekhawatiran akan potensi serangan terorisme menjelang Nataru, kekuatan cinta kasih dan perdamaian dalam diri masing-masing individu selalu bisa melahirkan optimisme dan suka cita. Cinta kasih adalah fitrah kehidupan manusia.

“Kita semua diciptakan untuk saling mencintai dan mengasihi, tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras, atau latar belakang lainnya,” tuturnya.

Romo Benny menambahkan, keragaman dan kemajuan di Indonesia sebenarnya tidak pernah mengalami masalah yang berarti. Sayangnya, gesekan antarkelompok masyarakat seringkali disebabkan karena para elite politik yang memanipulasi perbedaan untuk kepentingan politik mereka.

Baca juga : TPN Ganjar-Mahfud Sosialisasikan Program KTP Sakti ke Masyarakat Karawang

Untuk mengatasi hal tersebut, lanjutnya, Pancasila dapat menjadi ideologi yang menyatukan segala perbedaan anak bangsa. Hal ini dibuktikan dengan Indonesia yang terdiri dari 714 suku, etnis, dan ratusan agama serta budaya, dapat bersatu dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Pancasila mampu menyatukan bangsa ini karena digali oleh Bung Karno dari bumi Indonesia. Pancasila akhirnya menjadi ideologi yang memengaruhi cara berpikir, bertindak, dan berelasi kita. Meskipun kita berbeda agama, keyakinan, suku, profesi, atau ideologi, kita dapat bersatu karena memiliki ikatan kebangsaan yang satu, yaitu Pancasila,” tegas Romo Benny.

Dia menambahkan, kolaborasi antarumat beragama juga dibutuhkan. Kolaborasi ini tidak hanya untuk menjaga ketertiban umum dan rasa aman, tetapi juga untuk mewujudkan sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sila Keadilan Sosial, masing-masing umat beragama harus berupaya mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial. Dengan kerja sama lintas golongan dan kepercayaan, diharapkan masyarakat dapat merasakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca juga : Langkah Berbagai Elemen Masyarakat Perangi Hoaks di Pemilu 2024

Penerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Jokowi (2019) ini menerangkan, penafsiran teks keagamaan haruslah bersifat inklusif, bukan eksklusif. Dengan begitu, umat beragama dapat menghargai semua hari besar keagamaan karena di dalamnya terdapat kebajikan bagi semua.

“Dalam beriman dan beragama, kita harus memiliki sikap belas kasih, cinta kasih, dan saling menghargai perbedaan. Inilah wujud dari toleransi di Indonesia," tutupnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.