Dark/Light Mode

Soal Belanja Alutsista Bekas, Pengamat: Kenapa Nggak Beli Yang Baru

Jumat, 5 Januari 2024 17:13 WIB
Ilustrasi parade alutsista/Dwi Pambudo RM
Ilustrasi parade alutsista/Dwi Pambudo RM

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggaran besar yang kerap digunakan Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk membeli Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia (Alutsista) bekas, mendapat sorotan dari sejumlah pengamat. 

“Sekarang gini, pertanyaan besarnya adalah pembelian pesawat-pesawat itu tujuannya apa? Kalau katanya ini untuk mengganti pesawat TNI karena masa baktinya sudah habis, kenapa membeli pesawat bekas?” tanya pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti di Jakarta, Jumat (5/1/2024). 

Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), belanja modal Kemhan sepanjang tahun 2023 mencapai Rp 70,9 triliun atau naik 36 persen dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 52,1 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sebelumnya menyebutkan, di luar anggaran yang diberikan pemerintah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Kemhan juga melakukan belanja alutsista dari pinjaman luar negeri untuk periode 2020-2024 senilai 25 miliar dolar AS atau setara Rp 385 triliun. 

Lebih lanjut, Ikrar juga mempertanyakan, apakah benar pembelian Alutsista bekas karena dinamika geopolitik di Laut China Selatan. Padahal, situasi sedang tidak perang. 

Baca juga : Pemenang Pilkada 2020 Nggak Ngotot

“Harus diingat, Indonesia bukan negara preclaimed seperti Filipina. Walaupun kita mempunyai Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Kepulauan Natuna, hubungan Indonesia dan China sangat baik, tidak bermusuhan. Indonesia juga menentang ketegangan di Laut China Selatan,” ujar mantan Dubes Republik Indonesia untuk Republik Tunisia itu.

Menurut Ikrar, pertanyaan besarnya adalah apa tujuan pembelian pesawat bekas? Kalau hanya untuk mengganti armada pesawat tempur TNI yang masa baktinya sudah habis, kenapa membeli pesawat bekas. 

Pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Indonesia pernah menolak hibah pesawat Mirage bekas dari Qatar atas pertimbangan biaya perawatan yang mahal dan besar kemungkinan Indonesia menjadi tergantung pada ketersediaan suku cadang pesawat di  negara itu. 

“Daripada memperbaiki kenapa tidak beli pesawat tempur F16 yang baru. Mungkin harganya mahal, tapi masih baru. Daripada empower pesawat tua,” ujar dia.

Sesuai Kemajuan Teknologi

Baca juga : Firli Tak Berakhir Baik

Founder Makara Strategic Insight (MSI Research) Andre Priyanto mengungkapkan keprihatinannya atas keputusan Pemerintah membeli alutsista bekas. 

Menurutnya, sistem pertahanan negara baik dalam keadaan perang atau tidak berperang, tetap harus dilengkapi alutsista sesuai kemajuan teknologi.

“Seharusnya, yang kita beli alutsista baru, bukan yang bekas. Namanya saja teknologi, ya kita harus ikut perkembangan. Perkembangan teknologi itu sebuah keniscayaan, pasti berubah,” kata Andre di Jakarta, Jumat (5/1/2024).

Alumni Kajian Strategic Intelligence SKSG Universitas Indonesia (UI) ini menyatakan, pembelian alutsista bekas sebaiknya menjadi peluang Indonesia untuk belajar dan mereplikasi.

“Beli bekas untuk alih teknologi, kemudian kita produksi sendiri. Kan kita punya PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia. Mengapa kita tidak meniru cara China? Kita ambil barang dari luar, kita amati, tiru dan modifikasi, lalu produksi di dalam negeri,” ujarnya.

Baca juga : Perang Israel-Hamas Meluas Ke Irak, Pesawat Tanpa Awak Gempur Pasukan AS

Andre berpendapat, memproduksi alutsista di dalam negeri akan memiliki sejumlah keuntungan, baik secara pertahanan, maupun ekonomi.

“Itu kan malah bagus Secara pertahanan, teknologinya kita punya sendiri. Kedua, bisa dijual ke negara lain, dapat keuntungan. Ini lebih masuk akal dibanding beli Alutsista bekas,” ujarnya.

Seperti Amerika Serikat, untuk membangun sistem kedirgantaraannya, mereka memproduksi pesawat tempur melalui teknologi militer yang dijual untuk publik.

"Seharusnya kita meniru itu. Karena secara SDM, di Indonesia banyak orang pintar,” kata Andre.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.