Dark/Light Mode

Perang Israel-Hamas Meluas Ke Irak, Pesawat Tanpa Awak Gempur Pasukan AS

Rabu, 27 Desember 2023 06:55 WIB
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin III mengunjungi Pangkalan Militer Erbil di Kurdistan, Irak, 7 Maret 2023. (Foto File Dephan AS)
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin III mengunjungi Pangkalan Militer Erbil di Kurdistan, Irak, 7 Maret 2023. (Foto File Dephan AS)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perang Israel-Hamas meluas ke Irak. Pesawat tanpa awak yang diduga didalangi sekutu Iran, menggempur pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak.

Dilansir Channel News Asia, kemarin, Presiden AS Joe Biden memerintahkan serangan udara di Irak, Senin, 25 Desember 2023. Perintah Biden tersebut menyusul kejadian beberapa jam sebelumnya, pesawat tak berawak menyerang pangkalan militer AS di Erbil, Irak. Akibat serangan itu, satu anggota militer AS kritis dan dua personel AS lainnya, luka-luka.

Atas perintah Biden, militer AS telah melancarkan serangan balasan terhadap tiga fasilitas yang digunakan milisi yang didukung Iran. AS mengklaim, kemungkinan besar serangan itu menewaskan sejumlah milisi dari kelompok Kataib Hizbullah. Serangan ini juga menghancurkan beberapa fasilitas yang digunakan kelompok tersebut.

Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih (NSC) mengatakan, Presiden AS telah memerintahkan Pentagon (Departemen Pertahanan AS) untuk menyiapkan opsi respons terhadap mereka yang bertanggung jawab.

Baca juga : Gara-gara Perang Israel Vs Hamas, Ujaran Kebencian Di AS Dan Eropa Naik Tajam

“Presiden tidak memberikan prioritas yang lebih tinggi selain perlindungan personel Amerika yang berada dalam bahaya. Amerika Serikat akan bertindak pada waktu dan cara yang kita pilih, jika serangan ini terus berlanjut,” kata Juru Bicara NSC, Adrienne Watson, dalam pernyataan Gedung Putih, Selasa (26/12/2023).

Pentagon tidak mengungkapkan identitas anggota militer yang terluka parah. Mereka juga tidak merinci bagaimana drone tersebut bisa menembus pertahanan udara pangkalan militer AS.

Pangkalan Erbil ini bukan pertama kalinya menjadi target serangan. Dilansir Reuters, serangan serupa terjadi pada 26 Oktober 2023. Tetapi drone atau pesawat tanpa awak itu gagal meledak.

Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Michael Erik Kurilla, mengatakan, serangan balasan AS dimaksudkan untuk meminta pertanggungjawaban atas serangan terhadap pasukan koalisi Iran di Irak dan Suriah. Namun, masih belum jelas apakah pembalasan terbaru AS ini akan menghalangi tindakan di masa depan terhadap pasukan AS, yang dikerahkan di Irak dan Suriah untuk mencegah kebangkitan milisi ISIS.

Baca juga : Ganjar Bakal Hapus Kredit Macet, Nelayan Sambut Gembira

Militer AS telah diserang setidaknya 100 kali di Irak dan Suriah sejak perang Israel-Hamas dimulai awal Oktober lalu. Serangan biasanya dilakukan dengan menggunakan roket dan pesawat tak berawak.

Kompleks kedutaan besar AS di Baghdad, Irak, juga diserang dengan mortir pada awal Desember, yang merupakan serangan untuk pertama kalinya dengan eskalasi besar dalam lebih dari satu tahun terakhir.

Serangan terbaru ini terjadi kurang dari seminggu setelah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin kembali dari perjalanan ke Timur Tengah (Timteng). Untuk diketahui, perjalanan Austin ke Timteng untuk menahan upaya kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran memperluas perang Israel-Hamas.

Kunjungan Menhan Austin juga sebagai upaya membentuk koalisi maritim yang dipimpin AS untuk melindungi perdagangan di Laut Merah, setelah serangkaian serangan pesawat tak berawak dan rudal milisi Houthi di Yaman, menargetkan kapal-kapal komersial.

Baca juga : Kejurnas PBSI, Persaingan Ketat Di Ganda Campuran

Pentagon mengklaim pada pekan lalu, lebih dari 20 negara telah setuju untuk berpartisipasi dalam koalisi baru yang dipimpin AS, yang dikenal sebagai Operasi Penjaga Kemakmuran.

Petinggi Garda Revolusi Iran Tewas

Sebelum serangan terjadi di Pangkalan Militer Erbil, Irak, serangan udara Israel di Suriah, menewaskan seorang penasihat senior Garda Revolusi Iran (IRGC), Sayyed Razi Mousavi. Ia bertanggung jawab untuk mengoordinasikan aliansi militer antara Suriah dan Iran.

Iran menggambarkan Mousavi sebagai salah satu pejabatnya yang paling berpengalaman di Suriah, dengan pangkat brigadir jenderal. Media Pemerintah Iran juga menggambarkan Mousavi sebagai sekutu Qassem Soleimani, mendiang pemimpin Divisi Pasukan Quds, IRGC.

Soleimani terbunuh dalam serangan udara AS di Irak pada awal tahun 2020 setelah serangkaian bentrokan antara kedua negara. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.