Dark/Light Mode

Penjelasan Nuning Soal Alutsista yang Dibahas dalam Debat Capres

Minggu, 7 Januari 2024 22:29 WIB
Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)
Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar pertahanan dan keamanan Susaningtyas Kertopati memberikan penjelasan mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) yang dibahas dalam Debat Capres, Minggu malam (7/1/2024). Nuning, sapaan akrab Susaningtyas, membahasnya secara detail dan rinci. 

Ketua DPP Partai Perindo ini menjelaskan, berdasarkan pengalaman sejarah perang kemerdekaan yang kemudian diamanatkan dalam UUD 1945, RI menganut Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Sistem ini terbukti memadamkan berbagai pemberontakan dan gerakan separatis. Sistem ini jua andal mendeteksi sekaligus mengatasi aksi terorisme.

Berdasarkan Sishankamrata, pola operasi militer TNI baik pada masa damai maupun masa perang menggunakan paradigma defensif-aktif. “Artinya, pola operasi tidak ditujukan untuk tujuan menyerang negara lain tapi untuk bertahan dari serangan negara mana pun. Meskipun demikian, pola operasi pertahanan tidak bersifat pasif, melainkan harus aktif,” jelas mantan anggota Komisi I DPR ini, Minggu malam (7/1/2024).

Untuk Alutsista, kata Nuning, meskipun proses pemilihan dan pengadaannya sudah menggunakan mekanisme yang benar, tetapi negara lain sebagai produsen tidak selalu bisa menjual produknya yang dibutuhkan Indonesia. Beberapa kali proses pemilihan dan pengadaan Alutsista menginginkan produk yang betul-betul baru, tetapi kenyataannya hanya tersedia produk bekas.

“Produk Alutsista yang baru memiliki harga yang sangat mahal dan proses konstruksi bisa 4 sampai 5 tahun. Itulah mengapa kita terpaksa membeli Alutsista bekas. Tuntutan waktu dan alokasi anggaran acapkali lebih menonjol dibandingkan mutu Alutsista,” terang peraih gelar doktor bidang intelijen ini.

Baca juga : Sarapan Bareng, Jokowi Dan Airlangga Bahas Ekonomi-Pilpres

Oleh karenanya, kata Nuning, Indonesia harus mampu membeli Alutsista yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan anggaran dan ketersediaan dari negara produsen. Pada akhirnya, kemandirian produksi Alutsista merupakan elemen vital dalam mencapai efektivitas Sishankamrata. “Dibutuhkan riset yang berkelanjutan untuk inovasi produk Alutsista di masa mendatang,” imbuhnya.

Mengenai sistem keamanan siber, Nuning menjelaskan, infrastruktur kritis merupakan sistem dan aset yang berpengaruh terhadap keamanan nasional, ekonomi, komunikasi, sumber energi, kesehatan, dan keselamatan publik. “Diperlukan pendekatan keamanan dan ketahanan infrastruktur melalui kolaborasi dan integrasi, termasuk integrasi teknologi informasi dan komunikasi untuk mendeteksi kerentanan melalui pendekatan lintas sektoral,” ucapnya.

Nuning melihat, dalam Debat Capres tersebut, Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, tampil prima. “Beberapa hal yang disampaikannya dibenarkan oleh Prabowo,” ucapnya.

Dalam debat itu, lanjut Nuning, Ganjar menyampaikan, dalam restrukturisasi TNI yang diutamakan TNI AL dan TNI AU. “Itu betul, karena risiko tinggi bagi para pengawak alutsista,” ucapnya.

Dalam pembenahan Alutsista TNI, kata Nuning, terbagi ke dalam 2 program, yaitu untuk Alutsista yang dimiliki sebelum Minimum Essential Force (MEF) ditetapkan pemerintah dan setelah MEF berjalan. Alutsista sebelum MEF dibenahi untuk mempertahankan life cycle agar tetap dapat digunakan sesuai pasokan rantai logistik dan keahlian prajurit TNI yang mengawakinya.

Baca juga : Pakar Keamanan Siber Warning Staf KPU, Akses Bisa Dijebol Kalau Teledor

“Dari analisa Operation Research, biasanya pembenahan Alutsista tersebut dituntut mencapai level yang maximin, yaitu yang maksimal dan semua kondisi minimal. Sedangkan Alutsista yang pengadaanya setelah MEF berlaku, pembenahannya diutamakan untuk interoperability dan communability,” terangnya.

Pembenahan yang bersifat interoperability, kata Nuning, dilakukan agar seluruh Alutsista ketiga matra dapat digunakan secara terintegrasi. Contohnya, meskipun jenis alat komunikasi yang diadakan masing-masing angkatan berbeda, tetapi tetap terintegral ketika operasi gabungan digelar.

Pembenahan yang bersifat communability agar suku cadang dan/atau logistik Alutsista yang diadakan suatu angkatan dapat memenuhi kebutuhan angkatan lainnya. Contoh ,suku cadang tank milik Angkatan Darat dapat digunakan panser Korps Marinir. Amunisi meriam kaliber 40 mm Angkatan Laut dapat mendukung kebutuhan pesawat tempur Angkatan Udara.

“Menggunakan Operation Research, maka pembenahan Alutsista tersebut dituntut mencapai level yang Minimax, yaitu yang minimal dari semua kondisi maksimal,” ucapnya.

Pada prinsipnya, lanjut Nuning, pembenahan Alutsista sebelum MEF ditujukan untuk efisiensi. Sedangkan pembenahan Alutsista setelah MEF ditujukan untuk optimalisasi (efektif dan efisien).

Baca juga : Media Asing Soroti Gibran Saat Debat Cawapres

Pembenahan Alutsista TNI setelah MEF membutuhkan profesionalitas prajurit TNI dari ketiga angkatan yang terintegrasi. Artinya, sistem pendidikan dan latihan (Diklat) prajurit TNI harus dibenahi sesuai dengan operational requirement dan technical specification Alutsista yang diadakan setelah MEF. 

“Diklat TNI harus menerapkan standar dan kriteria profesionalitas prajurit TNI yang baru sesuai parameter Alutsista yang terintegrasi. Pembenahan Alutsista yang terintegrasi dan pembenahan kompetensi dan kapasitas tempur prajurit TNI sesuai Alutsista baru tersebut berujung pada pembenahan organisasi TNI,” terangnya.

Nuning menjelaskan, organisasi TNI dapat dibenahi agar benar-benar berada kondisi siap-siaga tempur. Dari perspektif ilmu pertahanan, tuntutan kondisi tersebut harus dijawab dengan menganalisa sejauh mana efektivitas dan efisiensi organisasi TNI saat kondisi perang atau saat operasi gabungan berlangsung.

“Jadi, organisasi tempur TNI adalah organisasi yang bersifat permanen dan bukannya organisasi bentukan (ad hoc). Organisasi TNI tidak berubah baik pada masa damai maupun pada masa perang. Idealnya organisasi TNI adalah organisasi tempur permanen yang dapat digunakan secara optimal pada masa damai sekaligus pada masa perang. Pembenahan organisasi TNI adalah konsekuensi logis dari pembenahan Alutsista TNI,” terangnya.

Nuning jung mengungkapkan pentingnya Dubes Siber. “Dubes Siber sudah jadi keharusan segera karena di Kementerian Luar Negeri belum menjadi prioritas,” ucapnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.