Dark/Light Mode

Mengenal Kanker Limfoma Hodgkin, Pencegahan, Penanganan, dan Terapi yang Tepat

Senin, 5 Februari 2024 00:07 WIB
Dari kedua kiri: Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia Cabang Jakarta Raya Prof Ikhwan Rinaldi, Pejuang Limfoma Hodgkin Ibu Ni Made Ari Anggasari, perwakilan Tim Kerja PKKD (Penyakit Kanker dan Kelainan Darah) Kementerian Kesehatan dr. Theresia Sandra Diah Ratih. (Foto: Istimewa)
Dari kedua kiri: Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia Cabang Jakarta Raya Prof Ikhwan Rinaldi, Pejuang Limfoma Hodgkin Ibu Ni Made Ari Anggasari, perwakilan Tim Kerja PKKD (Penyakit Kanker dan Kelainan Darah) Kementerian Kesehatan dr. Theresia Sandra Diah Ratih. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam rangka Hari Kanker Sedunia yang diperingati setiap 4 Februari setiap tahunnya, Perhimpunan Onkologi Indonesia Cabang Jakarta Raya (POI Jaya) menggelar serangkaian kegiatan World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’ dengan puncak acara dilakukan pada Minggu (4/2).

Kanker merupakan salah satu tantangan kesehatan global yang memerlukan perhatian serius, karena menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Terhitung hampir 10 juta kematian pada 2020 atau hampir 1 dari 6 kematian. Di 2020, kasus kanker yang paling umum ditemui adalah kanker payudara (2,26 juta), paru-paru (2,21 juta), usus besar dan rectum (1,93 juta), prostat (1,41 juta), kulit/non-melanoma (1,2 juta), dan kanker perut (1,09 juta).  

Dalam sambutannya, Ketua POI Jaya Prof Ikhwan Rinaldi memaparkan, kanker adalah masalah kesehatan dengan urgensi yang tinggi. Secara global, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak, dengan hampir 10 juta orang meninggal setiap tahunnya.

“Untuk itu, POI Jaya secara berkelanjutan melakukan edukasi dan peningkatan kesadaran terkait penyakit kanker kepada masyarakat. Seperti yang dilaksanakan tahun ini, kami bekerja sama dengan berbagai mitra dalam mengangkat tema Hope, Faith, Love (Harapan, Keyakinan, Cinta), tiga hal yang sangat krusial bagi para pasien kanker dan keluarganya,” ujarnya.

Prof Ikhwan menambahkan, dari sekian banyak kanker, limfoma Hodgkin adalah kanker dengan diagnosis yang masih rendah. “Kanker kelenjar getah bening jenis Limfoma Hodgkin adalah salah satu kanker yang tingkat diagnosisnya masih rendah. Penyakitnya ada, tapi sayangnya, pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelah berada di stadium lanjut. Untuk itu, salah satu topik yang kita bawah hari ini adalah Mengenal Limfoma Hodgkin,” jelasnya.

Baca juga : Pneumonia Merebak, Optimalisasi Pencegahan dengan Vaksinasi dan PHBS

Limfoma Hodgkin (LH) adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari sel darah putih yang disebut limfosit. Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Menurut data Globocan tahun 2020, di Indonesia terdapat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti menyambut baik inisiatif yang dilakukan POI Jaya. “Kami mengapresiasi segala bentuk kolaborasi untuk mengedukasi masyarakat mengenai penyakit kanker di Indonesia. Seperti yang dilakukan POI Jaya bersama para mitra ini. Sebab akses terhadap informasi dan edukasi seputar penyakit kanker di Indonesia harus terus dilakukan oleh semua pihak. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” ucapnya.

Dia melanjutkan, kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen. Apalagi saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan. “Untuk itu, masyarakat jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini,” sambung Eva.

Ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin. Pertama, Infeksi virus Epstein-Barr. Satu dari 1.000 orang yang terinfeksi virus Epstein-Barr berisiko terkena limfoma Hodgkin.

Kedua, sistem imun. Risiko meningkat pada orang yang terinfeksi HIV (virus penyebab AIDS), orang yang mengonsumsi obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh, dan orang dengan penyakit autoimun.

Baca juga : Prabowo: Kami Ingin Anak Indonesia Produksi Barang Bagus dengan Gaji yang Baik

Ketiga, riwayat keluarga. Saudara laki-laki dan perempuan dengan penyakit ini memiliki risiko lebih tinggi terkena LH. Risiko ini sangat tinggi untuk kembar identik dari seorang pasien LH.

Keempat, jenis kelamin. Kasus limfoma Hodgkin lebih banyak terjadi pada pria daripada Wanita. Kelima, usia. Limfoma Hodgkin umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas usia 55 tahun. 

Menurut Prof Ikhwan, gejala yang ditimbulkan dari penyakit kanker limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai yaitu muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha; terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38°C tanpa penyebab yang jelas, berkeringat berlebihan pada malam hari, turun berat badan lebih dari 10 persen dalam 6 bulan berturut-turut.”

“Untuk itu, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa memiliki gejala tersebut. Walaupun penyakit kanker limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30 persen. Jadi, semakin dini limfoma Hodgkin dapat dideteksi, semakin cepat dapat ditangani, dan semakin tepat sasaran pengobatan yang diberikan,” lanjut Prof Ikhwan.

Di kesempatan yang sama, Head of Patient Value Access PT Takeda Indonesia, Shinta Caroline, berterima kasih atas kesempatan bekerja sama yang diberikan POI Jaya dalam meningkatkan kesadaran tentang gejala, diagnosis, dan pengobatan limfoma Hodgkin. Pihaknya menyadari beban yang ditimbulkan penyakit ini. Oleh karena itu, Takeda berkomitmen memperkuat kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk POI dan Kementerian Kesehatan, dalam memastikan akses obat-obatan.

Baca juga : Pj Gubernur Sumsel Terima Bantuan Penanganan Darurat Banjir dari Deputi BNPB

“Vaksin kami tersedia bagi para pasien di Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang pengobatan inovatifnya saat ini telah tersedia di JKN. Melalui acara talk show kesehatan hari ini, kami juga berharap dapat mendorong deteksi dini dari masyarakat dan memberikan harapan kepada pasien untuk kehidupan yang lebih berkualitas,” jelas Shinta.

Secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin dalam 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 89 persen. Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional. Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan sulit diobati, menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Sayangnya, kebanyakan kasus limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), beberapa jenis pengobatan Limfoma Hodgkin antara lain Kemoterapi; Radioterapi; Imunoterapi; dan Terapi Target, yang menargetkan protein pada sel kanker yang mengendalikan pertumbuhan sel kanker, tanpa mempengaruhi sel normal lain.

Selain acara Senam Sehat Fun Move dan Pemeriksaan Kesehatan (PAP SMEAR, USG payudara, dan mamografi) yang digelar bertepatan dengan moment car free day di 4 Februari 2024, POI Jaya juga melakukan serangkaian kegiatan lainnya seperti: kompetisi video edukasi kreatif yang berlangsung pada tanggal 15-31 Januari 2024; penyuluhan kesehatan di sekolah dan tempat kerja yang telah dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2024.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.