Dark/Light Mode

Aneh, Tapi Nyata

Beras Naik, Petani Rugi

Minggu, 3 Maret 2024 09:50 WIB
Pedagang menata karung berisi beras sebelum dijual di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, (Jumat 1/3/2024). (Foto: Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay/tom)
Pedagang menata karung berisi beras sebelum dijual di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, (Jumat 1/3/2024). (Foto: Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay/tom)

RM.id  Rakyat Merdeka - Melambungnya harga beras di pasaran, harusnya membuat petani sebagai produsen meraih untung. Namun, yang terjadi saat ini, justru sebaliknya. Beras naik, tapi petani masih rugi. Ini aneh, tapi nyata.

Sejak sebulan terakhir ini, harga beras di pasaran melonjak gila-gilaan. Kalau pun saat ini udah mengalami penurunan, tapi harganya masih terbilang tinggi.

Harga beras premium dibandrol di kisaran Rp 16 ribu sampai Rp17 ribu per kilogram. Sementara beras medium masih anteng di level Rp 14 ribu per kilogram. Padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) tertinggi beras premium adalah Rp 13.900 per kilogram dan beras medium hanya Rp 10.900.

Baca juga : Mahfud Akan Gugat Ke MK, Yusril Sudah Siap Hadapi

Meskipun harga beras dijual lebih mahal dari biasanya, ternyata tak berdampak signifikan bagi petani. Pendapatan petani tetap tidak berubah. Justru petani banyak ngeluh soal permasalahan yang membuat biaya produksi pertanian tinggi.

Hal ini dibenarkan anggota Serikat Petani Indonesia (SPI) Jawa Timur, Kusnan. Kata dia, tingginya harga beras di pasaran tak berdampak signifikan terhadap kesejahteraan petani. Kata dia, harga gabah saat ini fluktuatif, kadang naik kadang turun.

Pada Januari harga gabah Rp 7.500 per kilogram kemudian turun dan naik lagi sebelum pencoblosan yaitu Rp 8.200 per kilogram. Setelah Pemilu turun lagi menjadi di kisaran Rp 7.300 per kilogram.

Baca juga : Nadiem, Ke Mana Ya..?

Sementara harga beras stabil tinggi di harga Rp 15 ribu sampai 16 ribu per kilogram.

“Jadi apakah petani menikmati keuntungan dari kenaikan harga beras, yah tidak juga. Karena biaya produksi naik, ongkos tenaga kerja naik, biaya irigasi naik, ditambah lagi biaya pupuk juga naik,” kata Kusnan, saat dikontak Rakyat Merdeka, Sabtu (2/3/2024) malam.

Persoalan lain, kata dia, pupuk subsidi pada 2023 mulai berkurang. Jadi pada saat musim tanam di musim kemarau sudah habis. Jadi petani memakai pupuk non subsidi.

Baca juga : Grace Diceramahin Para Senior Politik

Kusnan mengakui pemasukan petani bertambah. Namun petani harus menambah ongkos untuk membeli pupuk yang sulit didapat.

Kusnan berharap, harga gabah tetap di kisaran Rp 7 ribuan selama Puasa dan Lebaran. Meski kata dia, biasanya setelah Lebaran harga gabah turun menjadi Rp 6.500 per kilogram. Menurut dia, harga segitu petani belum merasakan keuntungan karena biaya produksi petani di kisaran Rp 6.200.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.