Dark/Light Mode

Sumut Jadi Titik Awal, Forum Keberagaman Nusantara Siap Melangkah ke Nasional

Minggu, 12 Mei 2024 10:14 WIB
Syeikh Ali Akbar Marbun didampingi oleh para tokoh lintas agama, suku, dan budaya dari Aceh hingga Papua, di Hotel Grand Aston City Hall di Medan, Sabtu (11/5). (Foto: Ist)
Syeikh Ali Akbar Marbun didampingi oleh para tokoh lintas agama, suku, dan budaya dari Aceh hingga Papua, di Hotel Grand Aston City Hall di Medan, Sabtu (11/5). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Forum Keberagaman Nusantara (FKN) resmi diluncurkan di Hotel Grand Aston City Hall, Medan, Sumatera Utara pada hari Sabtu, 11 Mei 2024. Acara peluncuran ini diawali dengan pemutaran video yang menggambarkan keberagaman budaya dan etnis di Indonesia. 

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan penandatanganan Nota Kesepakatan yang melibatkan tokoh-tokoh penting dari berbagai agama, suku, dan budaya dari Aceh hingga Papua. Syeikh Ali Akbar Marbun, sebagai salah satu tokoh utama, secara simbolis memukul gong, menandai dimulainya inisiatif baru ini untuk mempromosikan dan mempertahankan keragaman di Indonesia.

Nota Kesepakatan ditandatangani penggagas FKN yaitu Arif Rahmansyah Marbun, serta puluhan tokoh pendiri dari berbagai latar belakang etnis dan agama.

Tokoh-tokoh tersebut termasuk Buya Syekh Ali Akbar Marbun dari Sumatera Utara, Sultan Deli Tuanku Lamantjiji Perkasa, Dr. Rahmat Shah, RE Nainggolan yang mewakili suku Batak Toba, serta H. Ruslan dari PB Pandawa dan Eko Sofyanto dari Pujakesuma.

Para tokoh lain yang turut serta dalam penandatanganan ini meliputi Nabari Ginting dari Karo, Zahri Piliang dari MABSI (Pesisir), Mahyani Muhammad dari Aceh Sepakat, Muslim Linggouw dari MATAKIN (Konghucu), Nasir Ibrahim yang mewakili suku Bugis, dan Mashul dari Aliansi Sasak Lombok. 

Daftar ini juga mencakup Pasu Pathi dari komunitas Hindu, Albert Masli dari komunitas Buddha, dan Ince Weya dari Papua. 

Baca juga : Rayakan Hari Jadi ke-9, PT Solusi Energy Nusantara Menanam 500 Mangrove Jenis Rhizophora Mucronata

Dari FKUB, Dr. Anshoruddin ikut serta, bersama dengan Prof Dadan Ramdan dari Sunda, Sultan Rusdal Inayatsyah dari Kesultanan Inderapura Minangkabau, Datuk Sri Adil Freddy Haberham, serta dr. Fadhlani Putri dan Rudy Wu yang mewakili komunitas Tionghoa, Stenly Mahury dari Maluku, dan Brilian juga dari komunitas Buddha.

Kegiatan ini juga diikuti oleh tokoh-tokoh muda seperti Mochtar dari Angkatan Muda Siliwangi, Agus Mulyana, Dr. Yohy, perwakilan pemuda Batak, perwakilan Horas Bangsa Batak, Goh Kiat Tie dari Paguyuban Suku Tionghoa Indonesia, Pdt. Jhon Sedudun dari Maluku Tenggara, Dr. Irfan Simatupang, Martinus Lase yang mewakili tokoh Nias, Fitri Octavia Noya dari Pemuda Maluku Indonesia Bersatu, Ir Muhamad dari Himpunan Masyarakat Aceh Serantau, F. Alfansury Simanjuntak dari JBMI, dan Aripay Tambunan, bersama dengan perwakilan dari 22 kabupaten dan kota di Sumatera Utara dan Keluarga Besar Jam’iyah Batak Muslim Indonesia.

Penggagas FKN, H Arif Rahmansyah Marbun, mengungkapkan, inspirasi untuk merajut keberagaman ini pertama kali muncul bertepatan dengan hari pertama pendaftaran calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilihan Presiden Indonesia 2024. 

"Hingga hari ini, pemilihan presiden telah selesai, dan kekuatan toleransi serta komitmen kita dalam menjaga harmonisasi keberagaman telah terbukti berhasil. Ini berperan sangat penting dalam menjaga iklim politik yang kondusif saat ini, dan insya Allah, ini adalah sesuatu yang akan terus kita jaga ke depannya," ujar Marbun, dalam keterangan tertulis Minggu (12/5/2024).

Menurut Arif Rahmansyah Marbun yang juga Ketua Umum Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI), dasar pembentukan FKN adalah fakta bahwa Indonesia yang kaya akan keberagaman suku dan budaya yang memerlukan perhatian khusus untuk menjaga keberlangsungan dan harmoni antarkelompok.

“Keberagaman suku dan budaya adalah aset yang harus dijaga, dipelihara, dan dirawat bersama demi membangun bangsa yang lebih kuat dan bersatu. Untuk itu diperlukan langkah kongkret guna mewujudkan kerja sama antarsuku dan budaya dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa,” ujarnya.

Baca juga : Sekjen KLHK: Nilai IKLH Meningkat, Sudah Capai Target Nasional

Keberadaan FKN, menurut Arif Rahmansyah Marbun, akan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa melalui pemeliharaan dan peningkatan apresiasi terhadap keberagaman suku dan budaya Nusantara, di samping juga akan menjadi jejaring kerja sama antarsuku dan budaya untuk memajukan pembangunan nasional yang berkelanjutan dan inklusif.

“FKN juga akan menjadi wadah bagi pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan ide antarsuku dan budaya guna mendorong inovasi dan pengembangan potensi lokal. Meski dilahirkan di Sumut, namun wadah FKN ini akan terus kita kembangkan hingga ke tingkat nasional,” ujar Arif yang kini menempati posisi sebagai Staf Khusus Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin sekaligus juga Ketua PBNU itu.

Sebelumnya, tokoh keberagaman Sumatera Utara Buya Syekh Ali Akbar Marbun mengajak para tokoh agar menggaungkan semangat dan konsensus kebangsaan yang telah digagas para pendiri bangsa.

“Ini anugerah yang perlu disyukuri dengan saling menghormati dan menghargai sesama anak bangsa. Mari kita rayakan perbedaan dengan memperkuat persaudaraan,” ujarnya.

Syekh Ali Akbar Marbun bahkan mengusulkan agar pertemuan serupa dijadikan layaknya perwiridan, tempat berkumpul berbagai suku dan budaya. 

“Jadi jangan hanya sekali setahun, tapi harus lebih sering semacam wiridan dan semua itu kita mulai dari Sumatera Utara,” katanya.

Baca juga : Telin Tingkatkan Kelola Layanan Suara & SMS Internasional

Sementara Sultan Deli Sultan Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Shah Alam mengatakan Sumatera Utara merupakan miniatur Indonesia yang harus dijaga keberagamannya.

“Kita memimpikan Sumatera Utara menjadi negeri yang ‘baldatun thayyibatun warabbun ghofur’ yang tidak pernah terpecah belah sampai kapan pun,” katanya.

Sedangkan tokoh nasional dari Sumatera Utara Dr Rahmat Shah mengajak semua pihak untuk melepas semua embel-embel yang melekat pada diri masing-masing dan bersatu membangun bangsa yang merupakan warisan dari anak cucu.

“Akan sangat luar biasa kalau kita bisa bersatu merajut kebersamaan, berbeda tapi hidup berdampingan dan bersama-sama menjaga keberagaman,” katanya.

Acara silaturahim keberagaman dan halal bihalal tokoh lintas agama, suku dan budaya serta keluarga besar Jam’iyah Batak Muslim Indonesia yang mengambil tema “Bersama Untuk Indonesia Tangguh” itu ditutup dengan makan siang bersama.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.