Dark/Light Mode

JEC Hadirkan Teknologi Terbaru dalam Operasi Katarak

Kamis, 27 Juni 2024 22:27 WIB
Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya Setiyo Budi Riyanto. (Foto: Istimewa)
Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya Setiyo Budi Riyanto. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Katarak masih menjadi momok terbesar gangguan penglihatan di dunia. Pada 2020, secara global, lebih dari 100 juta orang menderita katarak dan 17 juta di antaranya mengalami kebutaan. Di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menyebut. penyandang kebutaan berjumlah 1,6 juta orang, dengan sekitar 80 persen disebabkan katarak.

Meski bisa menyebabkan buta, katarak sebenarnya sangat bisa direhabilitasi, yakni dengan operasi. Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan, selain alasan utama tidak menyadari menyandang katarak (51,6 persen); keengganan pasien juga lantaran ketidakmampuan membiayai (11,6 persen) dan takut operasi (8,1 persen). Artinya, edukasi mengenai katarak belum optimal, dan harus kian digalakkan.

Memahami situasi tersebut, eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals and Clinics bersama PERDAMI terus menggiatkan sosialisasi mengenai katarak kepada masyarakat. Yang terkini, melalui Peringatan Bulan Kesadaran Katarak 2024 yang berlangsung sepanjang Juni, berupa kegiatan JEC Eye Talks bersama para jurnalis media di Tanah Air.

Tak hanya dalam tataran peningkatan kesadaran, JEC akan memberikan tindakan operasi katarak gratis kepada masyarakat pada Oktober 2024; bagian dari inisiatif berkelanjutan Bakti Katarak yang telah berjalan selama lebih dari empat puluh tahun terakhir.

Sejak PERDAMI lahir pada 1964, komitmen pemberantasan kebutaan terus gelorakan. Pemerintah melalui PERDAMI berpesan agar kita bisa bersama-sama menekan angka kebutaan minimal 25 persen pada 2030.

Baca juga : Good News, Badan Geologi Temukan Hidrogen Alami di Sulawesi Tengah

Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya Setiyo Budi Riyanto mengatakan, kesadaran tentang katarak yang masih terbatas memunculkan anggapan bahwa penyakit ini hanya diderita lansia. Padahal, katarak dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia.

“Kami di JEC terus menekankan pentingnya pemeriksaan mata secara berkala sebagai langkah antisipatif yang jitu untuk penanganan gangguan mata sedini mungkin, termasuk katarak. Bukan hanya lansia, tetapi justru semua kalangan usia,” ucapnya, Kamis (27/6/2024).

Dengan mengetahui kondisi katarak lebih awal, kata dia, penyandang bisa terhindar dari risiko semakin menurunnya kualitas hidup akibat pandangan yang semakin kabur. “Bagi penderita katarak yang sampai tahap buta, tak perlu berkecil hati. Tindakan operasi katarak dengan beragam opsi merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi pandangan seperti semula-sebelum terserang katarak. Dengan catatan, tidak ada kelainan pada saraf mata pasien,” ucapnya.

Selain kualitas hidup terganggu, karena penyandang mesti bergantung pada orang lain, perubahan aktivitas karena terbatasnya pandangan, sampai ancaman kesehatan mental, katarak yang tak ditangani dapat mengakibatkan produktivitas terhambat, sampai kerugian finansial yang signifikan. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa pengeluaran rata-rata pasien yang mengalami kebutaan mencapai hampir dua kali lipat dari biaya lainnya. Sementara, pasien yang buta pada kedua mata diperkirakan mengeluarkan biaya Rp 170-Rp 196 juta. Belum lagi ditambah biaya tidak langsung yang cukup besar karena kerugian produktivitas.

Pemerintah telah menetapkan penurunan prevalensi gangguan penglihatan akibat katarak sebagai prioritas dalam “Program Penanggulangan Gangguan Penglihatan pada Peta Jalan Penanggulangan Gangguan Penglihatan di Indonesia Tahun 2017-2030”. Berbagai upaya terus dijalankan oleh pemerintah, termasuk memperluas edukasi terkait katarak serta meningkatkan kualitas dan cakupan deteksi dini dan operasi katarak secara cepat dan optimal.

Baca juga : Aset Rusun Marunda Dijarah Oknum PJLP

Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) PERDAMI Ahmad Ashraf Amalius menambahkan, problem pelayanan katarak adalah awareness (A), barriers of surgery (B), cost (C), dan distance (D). Kerja sama lintas sektoral sangatlah penting.

“Kami di PERDAMI selalu berdampingan dengan pemerintah dan stakeholder lainnya, seperti JEC, dalam membantu masyarakat Indonesia terbebas dari gangguan penglihatan dan kebutaan akibat katarak. Ini selaras dengan visi kami untuk meningkatkan kualitas kesehatan mata rakyat Indonesia,” ucapnya.

Salah satu langkah penting adalah edukasi mengenai pemeriksaan mata rutin, yang krusial untuk pencegahan dan penanganan dini. “Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat menekan angka kebutaan akibat katarak. Sinergi antara edukasi dan layanan medis yang optimal adalah kunci mengatasi masalah ini,” sambungnya.

Sejalan itu, JEC sebagai pionir penyedia layanan kesehatan mata di Indonesia, telah konsisten selama empat dekade menggelar Bakti Katarak, yakni tindakan operasi katarak gratis kepada kalangan yang membutuhkan. Sejak 1984, inisiatif ini telah memfasilitasi tindakan operasi katarak kepada lebih dari 3.206 orang penerima manfaat.

Khusus tahun ini, JEC akan melaksanakan Bakti Katarak bertepatan dengan momen World Sight Day pada pekan kedua Oktober 2024. Pelaksanaan Bakti Katarak akan melibatkan cabang-cabang JEC yang tersebar di berbagai kota. 

Baca juga : PLTGU Jawa-1 Beroperasi Lebih Efisien dan Ramah Lingkungan

“Operasi katarak adalah tindakan medis minim risiko dan merupakan investasi terbaik untuk kesehatan mata. Program Bakti Katarak ini menjadi wujud kepedulian JEC terhadap akses layanan kesehatan mata yang memadai bagi mereka yang membutuhkan. Lebih luas, Bakti Katarak juga merupakan kontribusi aktif JEC dalam mendukung upaya pemberantasan kebutaan di Indonesia,” jelas Setiyo Budi Riyanto. 

Bagi kalangan umum, JEC memiliki layanan terpadu untuk menangani katarak secara komprehensif: Layanan Katarak, Lensa dan Bedah Refraktif - yang telah hadir sejak awal berdiri. Layanan ini menawarkan beragam modalitas pemeriksaan berteknologi mutakhir untuk mendiagnosis katarak pasien.

Untuk tindakan penanganan, JEC menawarkan berbagai pilihan terapi operasi katarak; meliputi: extracapsular cataract extraction (ECCE), phacoemulsification, Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS). Hingga saat ini, sepanjang berkiprah, JEC telah menjalankan lebih dari 200.000 tindakan operasi katarak pada pasien-pasiennya. 

Khususnya FLACS, sebagai terobosan terkini dalam penanganan katarak di Indonesia, teknologinya memberikan akurasi tinggi dan proses pemulihan yang cepat. FLACS saat ini telah tersedia di RS Mata JEC @ Kedoya dan RS Mata JEC @ Menteng sejak 2019. Teknologi ini akan segera hadir di RS Mata JEC @ Makassar pada semester kedua tahun ini. Selama lima tahun terakhir, JEC telah melaksanakan operasi katarak berbasis FLACS sejumlah 14.415 tindakan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.