Dark/Light Mode

Good News, Badan Geologi Temukan Hidrogen Alami di Sulawesi Tengah

Selasa, 25 Juni 2024 16:22 WIB
Gelembung-gelembung gas yang muncul di bawah permukaan laut atau kolam mata air adalah gas hidrogen yang berasal dari proses serpentinisasi. (Foto: dok. ESDM)
Gelembung-gelembung gas yang muncul di bawah permukaan laut atau kolam mata air adalah gas hidrogen yang berasal dari proses serpentinisasi. (Foto: dok. ESDM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perubahan iklim adalah tantangan besar yang harus dihadapi oleh seluruh umat manusia. Kenaikan suhu global, cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan perubahan ekosistem adalah masalah serius yang dihadapi dunia saat ini.

Terkait hal tersebut, upaya global terus-menerus dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber energi yang lebih bersih.

Pengembangan dan pemanfaatan energi bersih seperti hidrogen, menjadi langkah penting dalam mengatasi perubahan iklim.

Bahan bakar hidrogen adalah bahan bakar revolusioner yang saat ini menjadi perhatian global, karena berpotensi menyediakan sumber energi bersih, tanpa menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.

Namun, produksi hidrogen konvensional seringkali mahal dan memerlukan konsumsi energi yang besar.

Selain dari proses manufaktur, hidrogen juga dapat terbentuk secara alami oleh proses geologi.

Baca juga : Jadi Energi Masa Depan, PLN Terus Kembangkan Ekosistem Hidrogen di Indonesia

"Selama ini, hidrogen alami dianggap tidak dapat terakumulasi di alam. Tetapi, temuan akumulasi hidrogen alami di Bourekebogou, Mali, mematahkan asumsi tersebut. Hal ini mendorong perlombaan untuk menemukan hidrogen yang terakumulasi secara geologis di berbagai belahan dunia," ujar Kepala Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, Edy Slameto di Bandung, Selasa (25/6/2024).

Edy menjelaskan, hidrogen alami dapat dihasilkan dari beberapa proses geologi, salah satunya adalah serpentinisasi.

Proses ini terjadi akibat reaksi batuan ultramafik dengan air pada suhu dan tekanan tertentu, untuk menghasilkan mineral serpentin dan gas hidrogen.

"Batuan ultramafik merupakan bagian dari ofiolit yaitu fosil kerak samudera yang terangkat ke permukaan, akibat proses tektonik jutaan tahun yang lalu. Sebaran batuan ofiolit yang luas di Indonesia terdapat di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi, Halmahera, dan Papua," papar Edy.

Survei awal yang dilakukan Badan Geologi menemukan potensi hidrogen alami di Sulawesi Tengah, dengan sebaran batuan ultramafik paling luas di Indonesia.

Tahun 2023, Badan Geologi melakukan survei pendahuluan di daerah One Pute Jaya, Kabupaten Morowali, dan Tanjung Api, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah untuk mengidentifikasi adanya potensi hidrogen alami.

Baca juga : Kaesang Usung Ahmad Ali Di Pilgub Sulawesi Tengah

Hasil survei tersebut tidak hanya mengejutkan, tetapi juga membawa kabar baik bagi masa depan energi bersih.

"Tidak seorangpun yang menyangka bahwa api abadi Tanjung Api yang telah dicatat oleh Belanda pada tahun 1869 (sebelumnya dinamai "Kaap Api") dan lokasi pemandian air panas yang biasa dikunjungi untuk berwisata ini menyimpan bukti kemunculan hidrogen alami di permukaan," beber Edy.

Dia bilang, api abadi di Tanjung Api dan mata air panas di daerah One Pute terbukti mengandung gas hidrogen alami, sebesar +- 20-35 persen dan +- 8,5 persen.

Gelembung-gelembung gas yang muncul di bawah permukaan laut atau kolam mata air adalah gas hidrogen yang berasal dari proses serpentinisasi, yang terjadi di bawah permukaan bumi.

"Diperkirakan, munculnya gas hidrogen ini berhubungan dengan Patahan Balantak dan Patahan Matano, yang menjadi jalur migrasi gas ke permukaan. Fenomena inilah yang menyebabkan gas hidrogen keluar di Tanjung Api dan muncul bersama mata air panas One Pute," terang Edy.

Kisah api abadi Tanjung Api dan mata air One Pute mengingatkan kita akan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Bukan hanya dalam bentuk minyak bumi, gas alam, dan mineral, tetapi juga dalam bentuk sumber energi bersih yang dapat menjadi game changer dalam mengatasi perubahan iklim.

Baca juga : Perkasa, Canelo Alvarez Raja Kelas Menengah

Keberadaan hidrogen alami ini bisa menjadi tonggak, dalam mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Potensi sumber hidrogen alami di Indoneisa cukup besar. Sebab, selain terbentuk oleh proses serpentinisasi, hidrogen alami juga dapat terbentuk akibat proses radiolisis pada batuan mengandung unsur radioaktif, kematangan tinggi pada bahan organik (overmature) dan magma degassing pada lapangan panas bumi.

Semoga penyelidikan ini terus berkembang dan mampu memberikan manfaat besar dalam mendukung Program Net Zero Emission, yang telah dicanangkan Indonesia pada tahun 2060.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.