Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Muhammadiyah Minta Negara Perhatikan Isu Kesehatan

Senin, 23 Desember 2019 18:47 WIB
Anggota DPR RI Komisi IX/ Global TB Caucus Putih Sari (kedua dari kiri) dan Ketua Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, Mohammad Agus. Keduanya menjadi pembicara dalam dialog bersama media seputar TBC di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (23/12). (Foto : Fajar El Pradianto/RM)
Anggota DPR RI Komisi IX/ Global TB Caucus Putih Sari (kedua dari kiri) dan Ketua Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, Mohammad Agus. Keduanya menjadi pembicara dalam dialog bersama media seputar TBC di kawasan Cikini, Jakarta, Senin (23/12). (Foto : Fajar El Pradianto/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Organisasi Muhammadiyah menilai isu radikalisme memang perlu diselesaikan namun itu bukan satu-satunya masalah yang mesti mendapat perhatian khusus. Ormas besar tersebut berharap, perhatian negara terhadap isu kesehatan juga harus diutamakan.

Ketua Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah Mohammad Agus Samsudin mengingatkan, selain radikalisme, isu kesehatan dinilai tidak kalah penting. Mulai dari kesehatan fisik hingga kesehatan jiwa.

Terkait kesehatan fisik, menurutnya persoalan penyakit tuberculosis (tuberkulosis) atau yang juga dikenal dengan singkatan TBC sangat berbahaya.Penyakit tersebut sudah memakan banyak korban dan rentan penularannya.

"Isu-isu paham radikal itu terlalu politis, kami menilai bahwa bangsa Indonesia juga harus memberikan perhatian dan konsentrasi terhadap kesehatan layanan penanganan sampai pencegahan penyakit," ujar Agus dalam diskusi seputar penanggulangan penyakit di kawasan Cikini Jakarta, Senin (23/12).

Baca juga : Sambangi Gandul, Menteri ESDM Pastikan Listrik Nataru Aman

Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut antara lain Anggota DPR RI Komisi IX/ Global TB Caucus Putih Sari, Psikolog PP Aisyiyah Rohimi Zamzam, dan Dokter Spesialis Paru RS Islam Jakarta Erlina Burhan.

Agus mengatakan, Di Indonesia saat ini, berdasarkan data Tahun 2018 (WHO, 2019), ada sekitar 845 ribu orang menderita TBC dengan 569,879 kasus sudah ternotifikasi. Sementara sisanya 33 persen masih belum terlaporkan. Ini berarti ada sekitar 316 kasus TB per 100 ribu penduduk di Indonesia.

Kematian akibat TB di Tahun 2018 juga turun dari 107.000 menjadi 98 ribu orang. Di tahun 2017, setiap jam ada 13 orang meninggal atau sekitar 300 orang per hari karena TBC (Kemenkes, 2018). TBC juga menyerang sekitar 60.686 anak (atau 11 persen dari yang ternotifikasi); 37 persen (sekitar 211 ribu) menyerang perempuan dan 52 persen (297 ribu) menyerang laki-laki.

"Karena itu, dari sisi gender, jauh lebih banyak laki-laki di tingkat global maupun di Indonesia yang menderita TBC dibandingkan perempuan," paparnya.

Baca juga : PSSI Minta PSN Ngada Hormati Keputusan Pandis

Untuk pencegahan TBC pada anak, saat ini, baru 10 persen (dengan rentang 9.3-11 persen) dari anak yang tinggal bersama pasien yang terkonfirmasi TBC yang mendapatkan obat pencegahan TBC (Terapi INH). Upaya yang dilakukan Muhammadiyah melalui kampanye preventif dan kuratif yang ditujukan untuk semua kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa bersinergi dengan program kesehatan lain, misalnya anti tembakau.

Pasalnya, rokok juga berpotensi menurunkan daya tahan tubuh sehingga bisa mempermudah penularan penyakit TBC. "Makanya yang merokok dikurangi saja sampai berhenti. Di sekolah-sekolah juga di rumah sakit kami sosialisasikan area dilarang merokok," katanya.

Selain masalah penyakit TBC, Muhammadiyah juga consern untuk penyakit diabetes dan gagal ginjal. Dia menegaskan kembali bahwa Ormas Muhammadiyah sangat mengkhawatirkan persoalan kesehatan di Indonesia. Terutama akibat gaya hidup. "Kami ingin katakan sekali lagi bahwa kami tidak hanya memperhatikan isu huru-hara hura-hura itu. Tapi memang ada esensi yang penting untuk diperhatikan," tegasnya.

Muhammadiyah dalam konteks ini memang ingin agar masyarakat bisa peduli kepada kesehatan. Negara diajak turun tangan untuk memastikan adanya pelayanan yang maksimal, mengawasi pelayanan rumah sakit terhadap seluruh lapisan masyarakat hingga melakukan penyuluhan masalah kesehatan.

Baca juga : Menag Minta PTKIN Inovasi Hidupkan Kajian Keislaman di KampusĀ 

Bahkan dia mengungkapkan, anak yang masih duduk di bangku SMP sudah ada yang terkena gagal ginjal. Banyak penyebabnya, salah satunya akibat pola makan yang salah. "Makanya kami mengadakan penyuluhan edukasi di sekolah-sekolah. Termasuk untuk penyakit TBC ini kami juga mengadakan penyuluhan atau edukasi," paparnya.

Komisi IX DPR Putih Sari menilai, saat ini pemerintah dalam penanganan TBC masih berjalan sendiri-sendiri. "Masih Kementerian Kesehatan saja, padahal seharusnya lintas Kementerian. Termasuk Kementerian Pemuda dan Olahraga bagaimana caranya agar bisa bersinergi agar para pemuda bisa terhindar dari TBC," kata dia.

Dia menilai TBC ini tidak kalah serius dari masalah stunting. Tapi sayangnya anggaran stunting dengan TBC sangat timpang. Anggaran stunting mencapai Rp 29 triliun sementara anggaran TBC sangat jauh di bawahnya. "Saya tidak bisa mengkalkulasi angka sekarang berapa anggaran yang dibutuhkan untuk penanganan TBC, tapi saya pikir ini tidak kalah serius dari stunting," tegasnya. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.