Dark/Light Mode

Ketua Dewan Pers: M.Nuh

Pers Jadi Oksigen Di Tengah Hoaks

Sabtu, 8 Februari 2020 08:16 WIB
Ketua Dewan Pers M.Nuh. (Foto: Istimewa)
Ketua Dewan Pers M.Nuh. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri media menghadapi tantangan dahsyat menyusul adanya disrupsi atau perubahan mendasar pada dunia digital. Kondisi ini menjadi perhatian serius Dewan Pers. Soalnya, jika media-media resmi “almarhum”, masyarakat akan dibanjiri hoaks yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Makanya, pers harus tetap hadir. “Ibaratnya, pers itu oksigen. kalau oksigennya bagus, fresh, kita sehat. Kalau terkontaminasi, sampeyan hirup, sesak, menjadi tidak sehat.

Pers harus jadi oksigen fresh di tengah kontaminasi berita hoaks,” ujar Ketua Dewan Pers, M. Nuh, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, Rabu (5/2). Berikut wawancara lengkap dengan mantan Mendikbud ini:

Di era disrupsi teknologi sekarang, apa tantangan terberat pers?

Sekitar 10-15 tahun lalu, kita masih ada di physical space yang semuanya serba fisik. Sekarang, sedang migrasi ke cyber space. Ibarat migrasi penduduk, pindah dari sini ke sana. kalau masih jualan di sini (physical space), jualannya nggak laku. Nggak ada orangnya. karena orangnya sudah migrasi ke sana (cyber). Itu ilustrasinya. Tantangan terberat adalah bagaimana mengawal migrasi dari physical space ke cyber space.

Baca juga : Metabolik dan Bedah Bariatrik Bisa Jadi Solusi Penderita Obesitas

Apa yang harus dilakukan?

Jika media tidak berinovasi, akan banyak yang “almarhum”. Contohnya sudah banyak. Di era ini, semua orang sudah bisa menjadi sumber berita atau menjadikan dirinya sebagai sumber berita.

Kalau media resmi tutup, apa yang akan terjadi?

Ya, kalau media-media profesional tutup, akan terjadi layoffs, buyouts. Mereka tidak bisa lagi membuat berita yang bagus. Akhirnya, berita-berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan yang keluar. Susah nanti. Itu menjadikan masyarakat kita tidak tambah cerdas. Karena berita-berita yang ke luar adalah berita yang isinya tidak masuk akal.

Kalau media yang profesio nal, yang sudah verified, tidak hadir, ya diisi berita hoaks. Padahal orang-orang sedang haus informasi. Maka, ada berita apa saja ya ditelan.

Baca juga : KPK Tetapkan 10 Tersangka Kasus Korupsi Proyek Jalan di Bengkalis

Peran pers dibutuhkan untuk menangkal berita-berita hoaks itu?

Ya. Berita-berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan itu akan mengontaminasi pikiran kita. Saya berkali-kali menyampaikan, ibaratnya oksigen.

Pers bisa menangkal hoaks?

Tentu. Kalau pers hadir, orang akan bisa memilah, mana yang benar, mana yang tidak. Di sini yang juga penting adalah kecerdasan publik. Kalau publik semakin cerdas, maka akan dengan mudah memilah, ‘ini hoaks, ini benar, ini oke, ini enggak’.

Bagaimana masyarakat membedakan berita hoaks dan tidak?

Baca juga : KPK Jadi Geledah Markas Banteng

Cari tahu apakah berita yang diba canya berasal dari media yang benar. Masyarakat harus tahu, sudah ada media-media yang terverifikasi di Dewan Pers yang bekerja sama dengan Kemenkominfo. Tiap media yang sudah diverifikasi, di halaman webnya, ada semacam electric stamp (stempel elektronik), bahwa (media) ini sudah verified.

Sejak media online menjamur, pengelola media diminta mendaftarkan medianya di Dewan Pers. Yang fisik dan konvensional seperti koran dan majalah juga. Supaya Dewan Pers bisa memayungi dan mencari yang bertanggung jawab terhadap informasi yang disampaikan. Kalau ada sengketa, bisa dilacak. Kalau tidak terdaftar itu yang repot.

Apa media bisa tetap bertahan di tengah perubahan zaman ini?

Perubahan bisnis media pada era digital merupakan hal yang wajar. Asal kan perusahaan media tetap mendapat keuntungan agar dapat menyajikan karya jurnalistik yang bagus.

Di dalam dunia media, kata kuncinya itu. Meskipun berubah-ubah begitu, di mana kita bisa menghadirkan informasi yang mencerdaskan, menyehatkan, akurat, dan ada basis datanya atau dalam bahasa lain good journalism. Itu ruhnya. Media akan semakin kuat jika memberikan sesuatu yang bermutu. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.