Dark/Light Mode

Kampanye Radikalisme Menggila di Medsos, Ini Upaya Polri Menangkalnya

Jumat, 21 Februari 2020 21:41 WIB
Karo Multimedia Divisi Humas Polri Brigjen Budi Setiawan (kiri) seusai memberikan pengarahan pada pers dan mahasiswa soal menangkal radikalisme di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (21/2). (Foto: Oktavian Surya Dewangga/RM)
Karo Multimedia Divisi Humas Polri Brigjen Budi Setiawan (kiri) seusai memberikan pengarahan pada pers dan mahasiswa soal menangkal radikalisme di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (21/2). (Foto: Oktavian Surya Dewangga/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Karo Multimedia Divisi Humas Polri Brigjen Budi Setiawan mengungkapkan, kampanye kelompok penganut radikalisme dan intoleransi di era digital seperti sekarang, banyak memanfaatkan media sosial (medsos).

Berbagai produk propaganda bertebaran di medium tersebut. Tema yang paling sering disampaikan, menurut Budi, menyudutkan pemerintah serta mengusung ideologi khilafah.

"Kelompok pro khilafah tersebut menjadikan hoaks sebagai strategi yang efektif. Karena mereka berprinsip sedang berperang sehingga boleh melakukan tipu daya dan tipu muslihat termasuk penyebaran berita bohong atau hoax," kata Budi dalam diskusi 'Upaya Peran Pers Mahasiswa dan Generasi Millenial dalam Membendung Paham Radikalisme', di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (21/2).

Berita-berita hoaks itu menjadi sumber ujaran kebencian alias hate speech yang bertebaran di media sosial. Isinya, hujatan, hinaan dan provokasi. Akibatnya, masyarakat menjadi marah, takut dan gelisah.

Baca juga : Garuda Select Bersiap Kembali ke Inggris, Ini Lawan Pertamanya

Mereka pun mudah digerakkan untuk kepentingan kelompok tadi. Ketika kebencian yang timbul akibat paparan hoax dan ujaran kebencian itu sudah "merasuki" seseorang, dia akan cenderung bersikap intoleran, rasis, radikalis, serta merasa benar sendiri.

Akibatnya, apabila mendapati orang atau pihak yang tidak sepaham, dianggapnya sebagai lawan yang harus diserang atau dimusnahkan.

"Tidak lagi ada rasa damai dalam hatinya, kebencian terus menjadi penyakit yang membutakan mata kemanusiaan," bebernya.

Karena itu, Polri sebagai pihak yang bertanggung jawab memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat melakukan pencegahan dan menangkal kampanye pro khilafah di berbagai media.

Baca juga : Sambangi Nadiem, Mendes Ingin Seluruh Kades Raih Sarjana

"Termasuk media sosial yang tampaknya seolah-olah bebas menyebarkan berbagai hoaks dan hasutan," ungkap Budi.

Upaya pencegahan dilakukan Polri dengan melakukan patroli cyber, penyuluhan/sosialisasi, pelatihan dan kampanye pemanfaatan internet dengan bijak. Kemudian, melakukan edukasi dan komunikasi ke penggiat medsos, para netizen alias warganet, perguruan tinggi, media massa, lembaga yang terkait, provider seluler dan lainnya.

Dengan begitu, mereka bisa turut berperan mengkampanyekan anti hoaks dan menjaga ketertiban bersama.

"Juga bersama pihak-pihak yang memiliki kepedulian dan kepentingan yang sama untuk menjaga ruang publik internet agar sehat," imbuh perwira lulusan terbaik Sespimti Lembaga Administrasi Negara (LAN) pada 2016 ini.

Baca juga : Hasil Survei Ipsos, OVO dan Gopay Paling Banyak Dipakai

Melakukan upaya pembendungan konten negatif itu, korps baju cokelat bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Mereka akan melakukan patroli cyber.

Jika ditemukan akun-akun penyebar kampanye pro khilafah dan penyebar hoax, akun-akun itu akan langsung diblokir dan dinonaktifkan. Di samping upaya pencegahan, Polri juga senantiasa melakukan upaya penegakan hukum dengan menangkap dan memproses hukum pelaku.

Budi mengharapkan masyarakat turut serta dalam upaya Polri memberantas hoaks dan ujaran kebencian. Peran masyarakat sangat penting dalam upaya tersebut.

"Dengan menolak hoaks tidak menyebarkan, meneruskan apalagi memproduksi. Juga melaporkan segera jika menemukan adanya sebaran berita bohong dan kampanye pro khilafah di media sosial. Dan yang terpenting menjalankan fungsi kontrol saling mengingatkan kepada orang terdekat untuk bijak dalam mengelola informasi," imbaunya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.