Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cebong-Kampret Tenggelam Muncul Kadrun VS Komunis

Senin, 22 Juni 2020 07:00 WIB
Ilustrasi : Mice
Ilustrasi : Mice

RM.id  Rakyat Merdeka - Istilah Cebong dan Kampret mulai ditinggalkan warga dunia maya. Sekarang yang lagi ngetop adalah Kadrun, singkatan dari Kadal Gurun. Bahkan kemarin, kata Kadrun sempat trending dengan memakai tagar PKSsarangKadrun. Tagar ini muncul setelah heboh tagar PDIPSarangKomunis.

Entah siapa yang memulai menaikkan tagar tersebut. Yang pasti, setelah PDIP, gantian PKS yang jadi sasaran serangan. Namun, kedua tagar tersebut tak lepas dari polemik RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang tengah digodok DPR.

Baca juga : Barcelona 2-0 Leganes, Ansu Fati Tenggelamkan Para Senior

Apa penyebab perang tagar di Twitter? Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari menganggap, RUU HIP hanya salah satu pemantik pertikaian yang pada dasarnya bersifat ideologis.

“Jadi, ideologis politik Indonesia kalau dibagi dalam spektrum kiri ke kanan. Kanan itu adalah Islam atau santri, kiri nasionalis atau nonsantri,” cetusnya.

Baca juga : Bamsoet Ajak Generasi Muda Wujudkan Kemandirian Ekonomi

Dijelaskan Qodari, dari dua kutub itu, Islam terbagi dua. Yang tradisional posisinya di kanan rada ke dalam. Sedangkan yang modernis paling ujung kanan. Begitu juga nasionalis. Yang populis itu paling kiri. Sedangkan yang kapitalis di kiri rada ke tengah. Jika disematkan, PDIP itu di kiri ujung. Kemudian PKS di kanan ujung. Sehingga rentang ideologisnya sangat jauh. Hal ini melahirkan perbedaan, terutama jika terjadi peristiwa politik tertentu, seperti pemilu atau pembahasan Undang-Undang.

Kata Qodari, istilah kadrun dan sebagainya bukanlah hal baru. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak pembahasan dasar negara ini. Tepatnya tahun 1955 lantaran ada pengelompokan politik. “Inilah realitanya. Dan itulah PR bangsa ini. Bagaimana kemudian perbedaan ideologi tersebut tidak membuat kita menjadi pecah belah. Tapi bisa menemukan persamaan,” imbuhnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.