Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Corona Jatim Menegangkan

Untung, Haters Khofifah Masih Minim

Minggu, 28 Juni 2020 05:15 WIB
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (Foto: Istimewa)
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Lonjakan kasus corona di Jawa Timur (Jatim) makin menegangkan. Selain paling banyak jumlah kasus positif, Jatim juga tertinggi dalam hal angka  kematian. Untung, haters (pembenci) Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa masih minim. Kalau tidak,  nasib Khofifah sama seperti Gubernur  DKI Anies Baswedan yang kerap di-bully karena corona.         

Selama 3 hari berturut-turut, Jatim menjadi jawara kasus positif corona. Jumlah kasusnya, sudah menyalip Jakarta. Data kemarin, penambahan kasus corona terbesar terjadi di Jatim sebanyak 277 kasus. Totalnya  jadi 11.178. Yang meninggal juga  meningkat menjadi 813 pasien.        

Menurut Khofifah, melonjaknya kasus corona di wilayahnya terjadi karena upaya tracing dengan cara rapid test massal terus digencarkan. Hingga Jumat kemarin, sudah ada  465.149 orang yang menjalani rapid test. Sedangkan tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) sudah dilakukan sebanyak 53.503. “Minggu ini bahkan, sudah mencapai sekitar 14 ribu tes, maka semakin banyak testing yang dilakukan tentu makin banyak muncul kasus pertambahan baru,” ujar Khofifah.         

Eks Menteri Sosial itu menyatakan, meski jumlah kasus naik, angka kesembuhannya juga naik. Per kemarin, recovery rate Jatim ada di angka 33,24 persen. Total yang sembuh Jatim sebanyak 3.619 orang. “Secara persentase kesembuhan Jatim ini tertinggi kita selama pandemi,” klaimnya.         

Baca juga : Shalat Di Halaman Masjid, Khutbah Maksimal 5 Menit

Namun jika dilihat dari data, jumlah kasus sembuh di Jatim lebih rendah ketimbang DKI Jakarta. Di Ibu  Kota, total pasien sembuh mencapai 5.610 orang.  Dia pun mengaku telah membuat rencana A, B dan C pengendalian penanganan Covid-19 di Jatim sesuai dengan arahan Presiden Jokowi.       

Pemprov Jatim akan membentuk Tim Gabungan Forkopimda Jawa Timur dan Gugus Tugas Surabaya  Raya yaitu Kota Surabaya, Kabupaten  Sidoarjo, Kabupaten Gresik. Tiga daerah tersebut menjadi wilayah penyebaran tertinggi di Jatim dalam koordinasi Pangkogabwilhan II. “Sesuai arahan pak Presiden bahwa  kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, maka dengan dibentuknya  Tim Gabungan Surabaya Raya ini nantinya akan bisa dilakukan sharing  sumber daya dan komitmen yang  terukur,” tuturnya.        

Rencana selanjutnya, yaitu dengan terus memassifkan tes, pelacakan, isolasi hingga treatment atau perawatan dengan jumlah yang lebih  banyak. Salah satunya yaitu dengan menerjunkan Tim Gabungan Covid-19 Hunter Dinkes lokal khususnya  di kluster utama Surabaya Raya untuk melakukan testing dan isolasi massif. Kemudian tracing minimal 20 orang per kasus positif. Serta, penyediaan ruang isolasi yang lebih  besar supaya isolasi menjadi nyaman. Dalam hal ini keberadaan RS Darurat  bisa dioptimalkan.         

“Beban RS juga harus dievaluasi  dan relaksasi, pasien ringan harus benar-benar dipisahkan. Terapi harus selalu update dengan para pakar,”  kata Ketua Muslimat Nahdlatul  Ulama ini.        

Baca juga : Alpha Research Harap Indonesia Jadi Penentu Harga Timah Dunia

Saat ini, lanjut Khofifah, mesin PCR yang ada di Jawa Timur kapasitas totalnya 2.250 tes per hari dan  selama seminggu tesnya mencapai 13.500 spesimen. Pekan depan akan dimaksimalkan lagi dengan tambahan mesin PCR serta reagen sesuai  kebutuhan.        

Khofifah juga menegaskan pentingnya rencana membendung rumah sakit yang overload. Hal ini  penting karena dapat berdampak  pada menurunnya kualitas yang dapat menyebabkan meningkatnya  kematian.        

Sekalipun daerahnya jadi yang tertinggi corona, Khofifah tak kena bully. Ini berbeda dengan Gubernur  DKI Anies Baswedan yang jadi  bulan-bulanan ketika wilayahnya  menempati urutan pertama terbanyak  corona.       

“Ya haters Khofifah masih minim,  sedikit, makanya dia gak kena bully. Beda dengan Anies atau Risma (Wali Kota Surabaya) yang banyak haters-nya,” ujar Pengamat Politik UI Prof  Budyatna.        

Baca juga : Tak Pernah Direkomendasikan KPK, Nazaruddin Kok Bisa Bebas?

Lagi pula, selama ini Khofifah dianggap tak pernah macam-macam atau banyak tingkah. Beda dengan  Risma yang terkesan meledak-ledak dan nyeleneh. “Itu bikin Risma banyak nggak disukai,” imbuhnya. Sementara haters  Anies, “lahir” dari Pilkada 2017.  “Kalau Khofifah kan perjalanan politiknya meski terjal, tapi tanpa  kontroversi, sedikit musuh,” tandasnya. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.