Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Banyak pahlawan berdatangan di tengah pandemi virus corona yang mematikan ini. Dokter dan perawat terpaksa menghembuskan napas terakhir untuk mengobati pasien. Ada warga, baik kaya maupun miskin, berbondong-bondong, bahu-membahu saling membantu. Tapi, ada juga bajingan yang muncul. Dia nekat manfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Rame-rame nyakitin rakyat yang sudah sakit.
Dampak virus corona memang tak hanya menggangu kesehatan. Tapi juga mendatangkan krisis yang berdampak pada masalah sosial dan ekonomi. Pemerintah memperkirakan akan ada 5 juta orang kena PHK dan 3 juta orang jatuh ke jurang kemiskinan.
Baca juga : Imin Ingat Garong BLBI
Dampak sosial ekonomi ini sudah terasa sejak kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) diterapkan, sebulan lalu. Pabrik-pabrik mulai tutup, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di mana-mana, ujungnya daya beli masyarakat turun. Sektor UMKM yang biasa kuat menghadapi krisis, ikut kolaps. Kondisi ini membuat keadaan seolah diliputi ketidakpastian. Orang miskin baru terus bertambah.
Melihat kondisi ini, sebagian orang terpanggil menjadi pahlawan. Di baris terdepan tentu saja dokter, perawat, dan tenaga medis yang berjibaku merawat dan berusaha menyembuhkan pasien penderita corona. Banyak yang turut jadi korban. Data Gugus Tugas Penanganan Covid-19, sampai pekan kemarin, tercatat ada 38 dokter dan 17 perawat meninggal dunia saat bertugas melawan corona.
Baca juga : Di Laut, Kita Jaya, Bukan Ditindas
Sebagian orang juga terpanggil menggalang donasi dan memberi bantuan. Aksi ini tak hanya dilakukan perusahaan besar, partai politik, atau pesohor yang memberikan bantuan dengan jumlah besar. Aksi simpatik juga dilakukan warga dengan bantuan yang sangat terbatas dan seadanya. Seperti menggantungkan nasi atau bumbu dapur di pagar-pagar rumah, membagikan nasi bungkus keliling, berbagi sembako, serta aksi simpatik yang lain.
Sayangnya, tak sedikit yang memanfaatkan situasi yang tak karuan ini. Tengok saja, dalam sebulan terakhir, para bajingan muncul melakukan tindak kriminal.
Baca juga : Khofifah Minta Malang Raya Terapkan PSBB
Yang paling mengenaskan, muncul dugaan mafia alat kesehatan. Satu kasus yang disorot adalah pembelian 10 ribu boks atau 300 ribu unit alat Rapid Test merek Biozek dari Belanda oleh Kimia Farma. Belakangan, investigasi OCCRP dan rekanannya menemukan bahwa produk yang diklaim buatan Inzek International Trading BV Belanda itu ternyata buatan Hangzhou All Test Biotech Co Ltd, Cina.
Mereka mengklaim, alat Rapid Test tersebut memiliki akurasi sampai 92,9 persen untuk mendeteksi Immunoglobulin M (IgM) dan 98,6 persen untuk Immunoglobulin G (IgG), jenis antibodi yang diproduksi tubuh ketika terinfeksi bakteri, kuman, dan virus. Akan tetapi, sejumlah penelitian justru menunjukkan hasil yang bertolak belakang. Bahkan Inggris, India, Ceko, Spanyol dan Slovakia akhirnya memutuskan untuk mengembalikan alat Rapid Test buatan China yang dikemas ulang dengan berbagai merek beberapa perusahaan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya