Dark/Light Mode

I2: Nilai Rapor Kinerja Polri 2020 Capai 79

Rabu, 1 Juli 2020 08:06 WIB
Gedung Mabes Polri (Foto: Istimewa)
Gedung Mabes Polri (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Persepsi publik dan media massa terhadap kinerja Polri sepanjang 2020 terus menguat. Indonesia Indicator (I2), berdasarkan analisis framing pemberitaan media online di Tanah Air, memberi nilai rapor kinerja Polri pada tahun ini sebesar 79 dari angka 100.  

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2) Rustika Herlambang mengatakan, berbagai aktivitas Polri di media massa dan media sosial selama ini bisa diukur untuk mengetahui agenda publik dan agenda masyarakat pada Polri. "Sepanjang 2020, Polri diberitakan dalam 331.308 berita dari 2.647 media online berbahasa Indonesia," ujar Rustika kepada media, Rabu (1/7).

Dari keseluruhan berita terkait kinerja Polri itu, sekitar 79 persennya memiliki sentimen netral dan positif. Sementara, pemberitaan terkait Polri yang memiliki sentimen negatif sebanyak 21 persen. 

Sebanyak 57 persen pemberitaan tentang Polri, kata Rustika, terkait upaya Polri dalam menangani Covid-19. Isu yang menarik bagi media online adalah Maklumat Kapolri terhadap kerumunan, protokol kesehatan, bantuan beras, pengawalan bansos, mengawal BLT, dapur umum Bersama TNI, dan operasi ketupat. "Isu tersebut banyak mendapatkan atensi positif di media dan masyarakat," kata Rustika.

Baca juga : Menteri Yasonna Yakin Target Kinerja Tercapai

Menurut Rustika, isu terbesar kedua yang menjadi perhatian media adalah keberhasilan Polri dalam menangangi kasus narkoba. Pernyataan tegas Kapolri agar anggota tak segan menembak mati bandar membuat penanganan kasus menjadi lebih kuat.

Sampai pertengahan 2020, Polri mencetak berbagai prestasi, seperti menggagalkan penyelundupan sabu seberat 1,15 ton, menggerebek bandar narkotika di Sukabumi dan menyita 359,57 kilogram sabu, dan menemukan sabu seberat 797,11 kilogram di Serang. Selain itu, kinerja Polri dalam penanganan banjir, persiapan pilkada serentak, karhutla, dan Papua juga menjadi isu turut membetot perhatian media.

Sekali pun catatan keseluruhan mengesankan, menurut Rustika, Polri masih membukukan angka merah sebanyak 21 persen. Ada beberapa kinerja Polri mendapat framing negatif dari media, di antaranya datang dari penanganan kasus Novel Baswedan, Harun Masiku, dan penangkapan aktivis. "Jadi bisa dikatakan bahwa rapor Polri sepanjang 2020 adalah 79 dari angka 100," kata Rustika.      

Media Sosial

Baca juga : Indef Menilai Isu Impor Beras Tidak Tepat

Rustika menambahkan, di media sosial rapor kinerja Polri sedikit berbeda. Menurut dia, sentimen negatifnya sebesar 23 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa agenda media dan agenda media sosial sama, namun memiliki tingkat perhatian yang berbeda. 

Sepanjang 1 Januari-29 Juni 2020 terdapat sebanyak 1.766.022 percakapan dari 667.398 akun non-Polri di Twitter. "Sengaja penghitungan ini dipisahkan untuk mengetahui respons masyarakat pada Polri secara keseluruhan, mengingat akun-akun Polri cukup aktif dalam mensosialisasikan kebijakan Polri, dari level nasional hingga level Polsek," kata dia.

Isu terbesar di Twitter adalah soal penanganan dan informasi terkait Covid-19. "Di sini terlihat bagaimana Polri menjadi salah satu rujukan, solusi, sekaligus sasaran keingintahuan hingga kejengkelan atas berbagai isu terkait penanganan dan kebijakan pemerintah terkait Covid," papar Rustika. 

Isu terbesar berikutnya di Twitter adalah isu kriminalitas, kemanusiaan, terorisme radikalisme, penangkapan aktivis, Papua, dan Novel Baswedan. Menurutnya, beberapa isu terakhir inilah yang membuat framing negatif pada Polri sepanjang 2020.

Baca juga : Jumlah Penumpang Commuter Line Pagi Tadi Capai 150 Ribu

Berdasarkan tangkapan sistem Intelijen Perception Analysis (IPA), kata Rustika, isu Polri direspons oleh netizen milenial sebanyak 83,4 persen. Dari sisi gender, terdapat 58,2 peren netizen laki-laki, dan 41,8 persen netizen perempuan, dengan persebaran lokasi yang hampir menyeluruh. "Emosi yang dimunculkan adalah Anticipation dan Trust," ujar dia.

Beberapa emosi disgust atau marah dari netizen beberapa kali bergolak di antaranya karena kasus pernikahan Kapolsek di sebuah hotel mewah yang sempat jadi trending topic, Ravio Patra, Novel Baswedan, dan isu Papua. "Isu ini memberikan sentimen negatif sebesar 23 persen di Twitter. Inti dari emosi ini adalah adanya ketidakpuasan dari netizen atas penanganan Polri," kata Rustika. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.