Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pendidikan dan Pembelajaran Sejarah

Senin, 5 Oktober 2020 14:16 WIB
Dr. Muhtadi, Kaprodi PMI Fidikom, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Dr. Muhtadi, Kaprodi PMI Fidikom, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagi sebagian mereka yang mengagungkan paradigma positivistik dan materialistik di mana kehidupan itu nyata, berwujud dan bersifat bendawi adalah hal yang penting. Sehingga, hal di luar itu semua, akan tertolak atau tidak penting.

Demikian pula halnya, pendidikan atau pembelajaran sejarah yang kurang kongkrit atau tidak kasat mata output-nya bagi peserta didik. Akhirnya, pendidikan dan pembelajaran sejarah sedikit terabaikan. Karena pendidikan kita sepertinya terjebak pada hal-hal yang materialistik. Keterampilan teknis, dianggap lebih penting daripada ketrampilan non teknis, seperti misalnya kemampuan empati, kepedulian, semangat berkorban untuk sesama, bermanfaat untuk sesama dan lainnya.

Baca juga : Pesona Alam Jaminan Kebersihan dan Kesehatan Tamu

Padahal, pendidikan dan pembelajaran sejarah sesungguhnya adalah tentang memaknai para tokoh dan peristiwa-peristiwa di masa lalu itu. Makna ini, sesungguhnya pula, akan memberikan pengayaan pada karakter peserta didik kita. Mohammad Hatta dalam buku Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan (1960) mendefinisikan sejarah berikut ini:

“Sedjarah wujudnya memberi pengertian dari masa lalu... ia menggambarkan di muka kita suatu ideal tipe, bentuk rupa dari pada masa itu, bukan gambaran yang sebenar-benarnya, tetapi gambaran yang dimudahkan, supaya kita mengenal rupanya... ia bukan melahirkan ceritra dari pada kejadian yang lalu, tetapi memberikan pengertian tentang suatu kejadian atau satu masa lalu dengan mengemukakan kedjadian itu”. (R. Moh. Ali 2005;36).

Baca juga : Pertama Di Indonesia, Moncong Pesawat Garuda Bermasker

Sejarah itu tentang makna dari tokoh dan peristiwa. Bukan deretan nama tokoh, tanggal dan peristiwa belaka. Karena tokoh dan peristiwa memiliki makna yang dapat menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya, termasuk peserta didik di sekolah. Inilah kenapa, pendidikan sejarah itu menjadi penting. Pembelajaran sejarah berkontribusi penting bagi penguatan karakter siswa.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.