Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cerita Terpaksa Nyapres Dan Raih Restu Megawati

JK: Saya Masih Mau Sama SBY

Rabu, 24 Februari 2021 07:27 WIB
Mantan Wapres Jusuf Kalla (Foto: Istimewa)
Mantan Wapres Jusuf Kalla (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah lebih dari satu dekade, misteri cerainya Jusuf Kalla (JK) dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009, akhirnya terkuak. Ternyata, saat itu JK masih kepingin berpasangan dengan SBY. Hanya saja, SBY sudah punya pilihan lain.

Kisah itu diceritakan JK dalam program wawancara BEGINU #15 di akun YouTube Kompas.com, yang diunggah Senin (22/2). Banyak hal diungkap JK dalam obrolan sepanjang 1 jam lebih itu. Mulai dari penanganan konflik, seni berpolitik, Covid-19, pidato tanpa teks, batik atau jas, Palang Merah Indonesia (PMI), hingga nostalgia dengan mantan pasangannya, SBY, saat memimpin Indonesia periode 2004-2009.

Mula-mula, JK bercerita soal keteraturan tahapan dalam kehidupannya. Misalnya, karier di dunia politik. Dia memulainya dari anggota DPRD, kemudian naik menjadi anggota DPR, lalu Menteri, Menteri Koordinator, hingga kemudian jadi Wakil Presiden. Hanya Presiden yang belum, meskipun sudah ikut nyapres di Pilpres 2009.

Baca juga : Prabowo: Kalau Saya Penjahat, Tangkap Saya

JK mengungkapkan, langkahnya maju di Pilpres 2009 dan pecah kongsi dengan SBY, bukan semata-mata karena kebelet jadi presiden. Sebelum nyapres pun, JK sudah berhitung. Dirinya akan sulit menang ketika itu. Tapi, ia tetap maju. Alasannya, harga diri dan harkat martabat partai.

"Sebenarnya saya ingin tetap sama-sama dengan SBY," kisah JK. Namun, SBY malah mencari calon lain. Presiden keenam itu tidak mengajak JK kembali berduet di periode kedua. 

"Malah minta ke Golkar agar Golkar kasih 5 nama. Wah, ini berarti menghina saya kan," sambungnya.

Baca juga : Jakarta Diprediksi Akan Banjir, Riza Patria Minta Warga Siaga

Diperlakukan begitu, JK, yang ketika itu menjabat sebagai Ketum Golkar, langsung memutuskan jadi rival SBY di Pilpres 2009. "Akhirnya, timbul harga diri Golkar," terang JK.

Ia sadar akan sulit mengalahkan SBY, yang saat itu memang sangat populer. Namun, ada secercah harapan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang juga nyapres. Hitungannya, jika lebih dari dua calon, akan akan dua putaran. Nah, di putaran kedua tersebut, rencananya, JK dan Mega akan saling mendukung. "Kita ada perjanjian dengan Ibu Mega, siapa pun yang kalah, kita saling bantu kalau putaran kedua," kata pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan 78 tahun yang lalu ini.

Namun, hitungan JK dan Mega saat itu keliru. Ternyata, SBY mampu menang satu putaran dengan perolehan suara di atas 60 persen. 

Baca juga : Data Terbaru, 6 Daerah Di Jabar Masuk Zona Merah

Lima tahun berselang, ternyata jatah Wapres datang kembali. Ia dipinang Jokowi, atas persetujuan Mega. Lagi-lagi, bos Banteng itu membuka pintu untuknya. “Walaupun saya tidak pernah minta," ceritanya. Karena itu lah, ia selalu menaruh rasa hormat kepada Mega.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.