Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Susah Bersaing Di Tingkat Nasional

Politik Orang Sunda Populis, Tapi Tidak Kosmopolitan

Jumat, 21 Mei 2021 20:07 WIB
Webinar bertajuk Politik Sunda: Relasi Kuasa dan Kepemimpinan yang digelar Pusat Studi Politik dan Demokrasi Unpad. (Foto: Ist)
Webinar bertajuk Politik Sunda: Relasi Kuasa dan Kepemimpinan yang digelar Pusat Studi Politik dan Demokrasi Unpad. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Representasi politik Sunda di tingkat nasional cenderung rendah jika dibandingkan dengan wilayah Jawa bagian tengah dan timur. Hal ini disebabkan perbedaan pola masyarakat Sunda dengan Jawa yang sudah tercirikan sejak zaman dahulu.

Dosen Antropologi Universitas Padjadjaran Dr. Budi Rajab menjelaskan, struktur masyarakat Jawa bagian tengah dan timur cenderung memusat. Salah satu yang melatarbelakanginya adalah pola mata pencaharian masyarakat yang cenderung sebagai petani di sawah.

"Masyarakat petani sawah dalam satuan politik masyarakat dunia biasanya muncul satu kekuatan besar yang menyatukan. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur kita mengenal kerajaan besar Mataram Kuno sampai Majapahit," kata Budi dalam Webinar bertajuk Politik Sunda: Relasi Kuasa dan Kepemimpinan yang digelar Pusat Studi Politik dan Demokrasi Unpad, beberapa waktu lalu.

Baca juga : Ketua KPK: Perlu Semangat Kebangkitan Nasional untuk Berantas Korupsi

Budi menuturkan, ciri masyarakat persawahan adalah mampu terkonsentrasi sehingga bisa disentralisasikan oleh satu kekuatan besar. Hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat Sunda yang cenderung sebagai peladang.

Dengan perbedaan kondisi sosial ini, kata Budi, masyarakat Sunda lebih punya kekuatan yang bersifat lokal. Kekuasaan terbagi secara lokal di beberapa wilayah. Budi memaparkan, meskipun Sunda juga memiliki kerajaan besar, pola kekuasaannya tidak menganut sistem imperium, layaknya kerajaan besar di Jawa.

Kepemimpinan kerajaan Sunda lebih terfokus pada penataan masyarakat ke dalam, bukan penaklukan keluar wilayah. "Kekuatan besar yang mampu menjatuhkan masyarakat itu tidak ada di Sunda, sehingga satuan politiknya lebih bersifat lokal," ungkap Budi.

Baca juga : Solar Dryer Dome Tingkatkan Nilai Tambah Produk Hortikultura Petani

Hingga saat ini, representasi politik Sunda masih rendah secara nasional. Padahal, kata Budi, orang Sunda kecenderungannya lebih punya visi politik yang populis. Hanya saja, orientasinya lebih lokal, tidak kosmopolitan.

"Konsekuensinya, politiknya kepemimpinan Sunda memang sulit berbicara pada tingkat nasional. Karena orientasi kepemimpinannya lebih tetap bersifat lokal, tidak luas atau kosmopolis. Populis, tetapi orang Sunda tidak bisa membangun kekuatan populis yang kosmopolis," papar Budi.

Sementara itu, Dosen Psikologi Unpad Dr. Yus Nugraha mengatakan, nilai-nilai kesundaan menjadi modal bagi orang Sunda untuk bisa menjadi pemimpin. Nilai-nilai seperti cageurbenerbageurpinter, dan singer merupakan nilai jati diri Sunda yang mampu memberikan sumbangsih bagi pembangunan karakter bangsa.

Baca juga : Jalur Laut Banyuwangi Ke NTB Tingkatkan Perdagangan Ekonomi Dan Pariwisata

Webinar tersebut juga menghadirkan dua pembicara lainnya, yaitu perwakilan Badan Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat Ani Rostiyati dan Dosen Ilmu Politik Unpad Dr. Husin Al-Banjari. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.