Dark/Light Mode

Konsumsi Rokok Makin Tinggi, Komnas PT Desak Revisi PP 109/2012

Rabu, 2 Juni 2021 14:56 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2021, Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) mendorong Kementerian Kesehatan segera menyelesaikan revisi Peraturan Pemerintah (PP) 109/2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan.

Ketua Umum Komnas PT Hasbullah Thabrany mengatakan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memiliki komitmen besar untuk menyelesaikan revisi tersebut. 

“Alhamdulillah sekarang Menkes komitmen akan menyelesaikan revisi PP 109," ujar Hasbullah dalam siaran persnya, Selasa (1/6).

Pihaknya bersama LSM antitembakau cukup konsisten mengawal revisi PP 109. Desakan terus dilakukan kepada regulator agar pengendalian tembakau bisa dilakukan optimal.

Menurut Hasbullah, revisi PP 109 penting dilakukan agar masyarakat mendapat kemudahan mengakses layanan program berhenti merokok, serta menjamin ketersediaan obat-obatan yang digunakan dalam program berhenti merokok.

Baca juga : Kasus Turun, Positivity Rate Tinggi, BGS: 3T Nggak Disiplin

Pasal yang akan didorong antara lain terkait larangan iklan rokok, grafik iklan rokok 90 persen minimum 70 persen, larangan pengecer dan memfasilitasi klinik berhenti merokok.

“Kami memohon kepada pemerintah lebih serius melakukan pengendalian konsumsi rokok. Hapus iklan dan sponsor rokok, buat harganya semahal mungkin, dan tutup akses rokok pada anak," tegas Hasbullah.

Komnas PT mencatat, konsumsi rokok masyarakat Indonesia selama pandemi tetap tinggi. Ditambah lagi, tahun ini produksi rokok di Indonesia diperkirakan mencapai 250 miliar hingga 350 miliar batang dengan nilai hingga Rp 500 triliun.

Selain itu, perokok anak menjadi perhatian pemerintah dan ahli kesehatan pada peringatan hari tanpa tembakau sedunia di masa pandemi tahun ini. Saat ini jumlah perokok anak di Indonesia mencapai 9,5 persen dan akan terus meningkat jadi 15,95 persen pada 2030.

Hasbullah meyakini, derajat kesehatan masyarakat Indonesia akan naik saat konsumsi rokok bisa dikendalikan, dan ketahanan nasional pun otomatis terbentuk dari sumber daya manusia yang berkualitas.

Baca juga : Dito: Ekonomi Bakal Rebound

Ketua Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin mengatakan, pemerintah perlu mengambil langkah serius terhadap kampanye marketing dari rokok elektrik kepada anak-anak dan remaja.

Menurutnya, rokok elektrik dan rokok dengan berbagai rasa menjadi daya tarik untuk kaum muda Indonesia, karena dianggap keren dan trendi. 

“Padahal kita tahu penyakit jantung dan kardiovaskular tidak lagi hanya menyerang kaum lansia, tetapi juga banyak ditemui di generasi muda," jelas Esti.

Sementara, Menteri Kesehatan (Menke) Budi Gunadi Sadikin kaget ketika diberikan data jumlah perokok muda di Indonesia. 

“Saya terkejut membaca datanya yang tinggi sekali prevalensi merokok di kalangan anak-anak muda Indonesia," katanya.

Baca juga : Harga Cabe Masih Tinggi, Kementan Tegaskan Tak Perlu Impor

Permasalahan tingginya konsumsi tembakau di Indonesia menjadi satu di antara yang tertinggi di dunia. Berdasarkan data Kemenkes, 62 persen laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok.

Hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 menunjukkan, terjadi tren peningkatan perokok di kalangan remaja. Karena itu, pemerintah harus mengantisipasi sedini mungkin agar para perokok pemula tidak menjadi perokok candu. [OSP]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.