Dark/Light Mode

Percepat Balikin Dua Pesawat

Kinerja Garuda Nyungsep Efek Kontrak Ugal-ugalan

Sabtu, 12 Juni 2021 05:20 WIB
Pesawat Garuda Indonesia (Foto : ANTARA/MUHAMMAD DEFFA).
Pesawat Garuda Indonesia (Foto : ANTARA/MUHAMMAD DEFFA).

 Sebelumnya 
“Karena kepercayaan lessor bisa saja berkurang,” warning Gatot saat dihubungi Rakyat Merdeka.

Lebih jauh, ia khawatir, dengan pengurangan kapasitas penerbangan yang hampir 50 persen, Garuda kekurangan ar­mada pada saat kondisi ekonomi dan pandemi Covid-19 berangsurpulih. Ini sangat riskan, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Untuk menghubungkan satu wilayah ke wilayah lainnya diperlukan penerbangan.

“Jangan sampai, orang sudah mau bepergian, wisata, nggak ada pesawatnya. Karena ketika pandemi Covid-19 selesai, se­luruh maskapai dunia banyak yang mencari pesawat, harga sewa pasti sudah mahal, tidak semurah seperti sekarang,” bebernya.

Baca juga : Peringati Waisak, Menag Pesan Eratkan Persaudaraan Antar Sesama

Ia berharap, Garuda Indonesia sudah menghitung dengan cer­mat berapa banyak kebutuhan armadanya, frekuensi dan rute penerbangannya. Termasuk pasca pandemi.

“Harus dihitung, berapa kebutuhannya. Jangan hanya untuk tekan biaya, lalu di-cut 50 persen. Harus ada hitungan bisnisnya. Pemerintah nanti bisa kalang kabut, ketika nggak ada pesawat,” cemasnya.

Sementara itu, Wakil Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Kartika Wirjoatmodjo mengaku, salah satu faktor uta­ma kerugian Garuda Indonesiakarena banyak membuka rute-rute penerbangan ke luar negeri meski tingkat okupansi penum­pang rendah. Sehingga emiten berkode saham GIAA ini harus memiliki armada pesawat ber­badan besar seperti Boeing 777 dan Airbus 330, yang justru membebani arus kas perusahaan.

Baca juga : BUMDes Bisa Kelola Program Kerja Sama Dan Kemitraan

“Sayangnya, rute-rute yang diterbangi tidak profitable. Se­belum Covid-19 sih untung, tapi (rute) ke luar negerinya rugi. Nah ini memang penyakit lama,” kata Kartika dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Ka­mis (10/6).

Terpisah, Staf Khusus Men­teri BUMN, Arya Sinulingga menekankan, penyebab berda­rahnya kondisi keuangan Garuda saat ini, adalah karena pem­borosan dalam hal penyewaan pesawat yang ugal-ugalan pada masa lalu.

“Jadi penaltinya sampai habis, baik itu dihentikan (kontraknya) atau tidak dihentikan (Garuda) harus membayar sampai full. Sampai seperti itu kondisi kontrak sewa pesawatnya,” ujar Arya sambil geleng-geleng kepala. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.