Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kunci Agar Akses Buku Merata, Negara Harus Dukung Penulis

Selasa, 15 Juni 2021 20:11 WIB
Sharing session Perpusnas Writers Festival 2021 (Foto: Dok. Perpusnas)
Sharing session Perpusnas Writers Festival 2021 (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Antusiasme membaca masyarakat Indonesia belum diimbangi dengan jumlah buku yang bisa diakses dan distribusinya. Ketersediaan buku belum memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi yang dialami Indonesia bukan rendahnya minat baca, melainkan kekurangan buku. Menurut standar yang ditetapkan UNESCO, seharusnya ada tiga buku untuk satu orang penduduk setiap tahunnya.

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Perpustakaan Nasional yang juga bertindak sebagai anggota Dewan Redaksi Perpusnas Press Joko Santoso menyatakan, pada tahun 2020, Perpusnas melakukan kajian aktivitas membaca masyarakat Indonesia. Hasilnya, mendapatkan angka yang cukup tinggi yakni rata-rata 9 jam 52 menit per pekan.

Penulis sekaligus pegiat literasi, Maman Suherman, sepakat dengan hal ini. Berdasarkan pengalamannya berkeliling Indonesia dan bertemu dengan banyak pegiat taman bacaan masyarakat dan pemustaka, dia menilai permasalahan yang ada bukan mengenai rendahnya minat baca, melainkan akses terhadap bahan bacaan.

Dalam sharing session Perpusnas Writers Festival 2021 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (15/6), Maman berkisah pernah hampir tenggelam saat menaiki perahu Pustaka di Sulawesi Barat. Beruntung, masyarakat sekitar segera menolong. Yang diselamatkan saat itu bukan cuma dirinya, melainkan buku-buku ikut dijaring, kemudian disetrika setiap halamannya. 

Baca juga : Bamsoet Sebut Mega Dukung Amandemen UUD Sekali Lagi

Dia terenyuh dengan sikap masyarakat ini. Hal ini betapa bahan bacaan sangat dibutuhkan oleh masyarakat di daerah dan penyebarannya masih belum merata di seluruh Indonesia.

“Bagi mereka, buku adalah berlian yang tidak boleh hilang dan harus sampai ke tujuan. Begitu sulitnya akses terhadap bahan bacaan menjadikan satu buku sangat berharga,” kenang pria yang akrab disapa Kang Maman itu.

Bupati Magetan Suprawoto mengungkapkan, akses terhadap bahan bacaan harus dipermudah. Adapun upaya yang sudah dilakukan di Magetan antara lain menempatkan perpustakaan di lokasi strategis dengan fasilitas yang menarik masyarakat untuk berkunjung.

“Di Magetan, perpustakaan ditempatkan di lokasi yang sangat strategis yaitu di samping alun-alun. Dengan begitu, masyarakat tentu antusias. Kemudian, supaya menarik di sana juga dipasang Wifi kenceng,” ujar Bupati yang juga penulis ini.

Baca juga : Kanada Diserang Aksi Islamofobia, Keluarga Muslim Dibunuh

Menulis merupakan aktivitas yang dapat menembus ruang dan waktu. Dengan menulis, dia meyakini, individu akan dikenang selamanya. Melalui tulisan, Suprawoto juga berupaya melestarikan budaya. Sebagai keturunan Jawa, Suprawoto mempertahankan budayanya dengan membuat tulisan menggunakan Bahasa Jawa. “Kalau Bahasa Jawa hilang, saya berdosa,” ucapnya.

Pada umumnya, penulis dihadapkan pada masalah penerbitan buku. Sebab, beberapa penerbit menerapkan standar tinggi pada kualitas penulisan dan nilai jual tulisan. Merespons hal ini, Asma Nadia berpesan bahwa seorang penulis harus bisa menulis hal yang membahagiakan hatinya. Penulis novel “Surga yang Tak Dirindukan” ini juga menyebut, penulis harus bisa menghadirkan hal yang diperlukan. Sehingga, setiap penulis akan berjuang dengan prinsip yang mereka jalani dalam hidup.

Asma mengutip pernyataan produser Manoj Punjabi bahwa kisah yang bagus atau menarik adalah kisah yang terpaut ke banyak orang. Dia menilai, kisah seperti itulah yang mampu menarik minat pembaca. “Buku akan laku jika dibutuhkan. Jadi, buat teman-teman yang tertarik ke penulisan, kalau kamu datang mencari sebuah buku ke toko buku dan kamu tidak menemukannya, maka jadilah yang menulisnya,” pesannya.

Akademisi dan juga penulis Helitha Novianty menilai, negara harus hadir dalam memberikan dukungannya kepada penulis. Menurutnya, sudah menjadi tugas negara untuk mencerdaskan bangsa. Beberapa upaya yang bisa dilakukan di antaranya, menurunkan harga buku dan meningkatkan royalti penulis. Dengan demikian, profesi penulis dapat semakin dilirik untuk digeluti.

Baca juga : Indonesia Bukan Satu-satunya Negara Yang Batal Pergi Haji Tahun Ini

“Pembajakan sekarang sudah semakin massif. Salah satu cara untuk menanggulanginya yaitu misalnya sama seperti musisi yang mendapatkan royalti setiap kali hasil karyanya diperdengarkan. Di masa depan, penulis juga harus mendapatkan royalti ketika buku mereka dibaca,” jelasnya.

Perpusnas Writers Festival diselenggarakan pada 14-18 Juni 2021. Kegiatan yang diisi dengan sharing session dengan para penulis dan lokakarya penulisan ini digelar secara daring dan bisa diikuti masyarakat tanpa dipungut biaya. Kegiatan ini juga disiarkan secara langsung di kanal YouTube Perpusnas. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.