Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bimo Ario Tejo PhD Bicara Varian Delta

Semua Negara Gagap

Sabtu, 14 Agustus 2021 07:25 WIB
Pakar Bioteknologi/Associate Professor Universiti Putra Malaysia, Bimo Ario Tejo PhD dalam Fokus Group Discussion (FGD) bersama Rakyat Merdeka, Kamis (12/8/2021). (Foto: Dok. RM.id)
Pakar Bioteknologi/Associate Professor Universiti Putra Malaysia, Bimo Ario Tejo PhD dalam Fokus Group Discussion (FGD) bersama Rakyat Merdeka, Kamis (12/8/2021). (Foto: Dok. RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ngamuknya Covid-19 varian Delta membuat semua negara pontang-panting. Baik negara maju atau negara berkembang, terlihat begitu gagap menanganinya. Sejumlah negara maju yang sudah melakukan vaksinasi secara masif dan sudah menyatakan diri merdeka dari Covid-19 pun, kembali melakukan lockdown.

Fakta ini dipaparkan Pakar Bioteknologi/Associate Professor Universiti Putra Malaysia, Bimo Ario Tejo PhD, dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Rakyat Merdeka, kemarin. Dalam FGD bertajuk, “Efikasi Vaksin dan Ancaman Varian Baru” dan dipandu Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara itu, Bimo menjelaskan secara gamblang maksud negara gagap menghadapi varian Delta.

Baca juga : Bamsoet Ajak PPI Malaysia Kembangkan Semangat Kebangsaan

Di awal paparannya, Bimo menjelaskan, saat ini, dunia dalam kondisi titik balik dalam memerangi Covid-19. ada tanda-tanda pemulihan. Tapi, ternyata pemulihan itu tidak semulus dengan prediksi awal. “Sebelumnya, kita memperkirakan, ketika vaksin sudah ada, maka kita akan pulih,” ucapnya.

Kondisi yang terjadi, ternyata tidak ideal. Ada banyak hambatan di lapangan. Ada kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. “Salah satu yang membuat kita terkejut adalah munculnya varian baru,” imbuhnya.

Baca juga : Awas Bahaya Varian Delta, Jangan Mudik Idul Adha

Munculnya varian baru ini, lanjut Bimo, terjadi sangat masif. Termasuk di negara-negara yang vaksinasinya sudah tinggi. Seperti di Inggris. Tetapi, mereka juga menghadapi gelombang baru yang dipicu varian baru. Kondisi ini membuat proses pemulihan di semua negara menjadi terhambat.

"Karena para saintis harus kembali lagi melihat, what's going on? Apa yang terjadi? Kenapa orang masih bisa tertular, kepada orang masih bisa kena Covid setelah divaksin?" ujarnya.

Baca juga : Varian Delta Lebih Mematikan, Benarkah?

Meski begitu, negara-negara maju itu sudah lebih siap. Apalagi dengan vaksinasi yang sudah masif. Meskipun yang tertular banyak, tapi jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit dan yang meninggal bisa ditekan.

Yang menjadi masalah adalah di negara-negara yang vaksinasinya masih rendah. Seperti di kawasan Asia Tenggara. Bimo menerangkan, hampir seluruh negara di ASEAN, kecuali Singapura, telah berstatus episentrum Covid-19. Karena cakupan vaksinasinya rendah. "Kalau negara-negara Eropa, mereka sudah agak bisa menarik napas lega, walaupun kasusnya kembali naik, tapi bisa menekan sakit parah, bahkan kematian," papar Bimo.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.