Dark/Light Mode

Aparatur Negara Harus Jadi Public Speaker Bumikan Pancasila

Rabu, 22 September 2021 22:16 WIB
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP,  Romo Benny Susetyo
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Romo Benny Susetyo

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), mendorong aparatur negara menjadi public speaker untuk bumikan Pancasila.

Hal itu dikatakan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP,  Romo Benny Susetyo saat menghadiri Acara Pendidikan dan Pelatihan Teknik Publik Speaking  yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan  Kementerian Komunikasi dan Informatika Rabu (22/9)

“Di era Industri 4.0 dibutuhkan Public Speaker yang Efektif  serta senantiasa menjaga nilai nilai Pancasila, khususnya pada masa dan masyarakat yang lebih mementingkan kecepatan dan kebombastisan informasi , dibanding konten positif dan bertujuan baik," jelasnya.

Pada era digital seperti saat ini, Benny menambahkan ada perubahan paradigma  mengenai  informasi,  di mana di era digital tidak lagi mengutamakan kualitas serta kedalaman narasi yang memiliki dampak baik bagi masyarakat, tetapi informasi yang lebih mengutamakan  kecepatan.

"Masuknya wacana pada masyarakat tanpa memandang benar atau salah maupun manfaat dari informasi tersebut , tentunya menimbulkan pertanyaan sekaligus tantangan bagi Para Public Speaker, khususnya  yang merupakan aparatur negara," katanya.

Baca juga : Hanya Jadi Saksi, Elektablitas Anies Tak Akan Rontok

Budayawan ini juga menegaskan, bahwa dalam era revolusi industri 4.0 terjadi pergeseran paradigma komunikasi.

"Sekarang komunikasi  lebih menitikberatkan kepada  alat digital yang canggih dan berteknologi tinggi ,di era ini manusia  sering lupa bahwa komunikasi , tetaplah hal penyampaian informasi yang berjalan, seperti  biasa dimana ketika informasi disampaikan,maka akan mendapat reaksi pada pihak yang menerima," katanya.
 
Dalam era yang mengutamakan kecepatan dan kebombastisan informasi aksi dan reaksi ini cenderung berjalan kearah yang kasar, tidak sopan, dan tidak bertanggung jawab. 

Hal ini menurut Benny menjadi tidak disadari manusia sekarang menjadi alat dari tehnologi dan bukan sebaliknya hal ini terjadi karena masyarakat  gagal menjaga kecerdasan literasi dan nilai nilai kehidupan yang diwujudkan oleh Pancasila.

"Masyarakat terlalu dikendalikan oleh alat dan gadget sehingga tidak disadari manusia hanya menjadi manusia satu dimensi. Kita hanya pengguna dan tidak punya kebijakan literal dan kekritisan terhadap gadget yang kita miliki ,maka dengan mudah hoaks menjadi standard berpikir dan bertindak dari masyarakat," lanjutnya.

Ia mengatakan, bahwa  Indonesia sendiri  sekarang terjebak pada narasi bohong, sensasi dan hoaks. Hal ini terjadi karena konten konten tersebut yang dianggap menarik dan memiliki nilai tukar dan nilai kemenarikan yang tinggi oleh media.

Baca juga : Kelapa Sawit Harus Jadi Bagian Aset Nasional

"Lingkaran setan media dan masyarakat inilah yang membuat narasi negatif, hoaks dan berita bohong sulit ditanggulangi di Indonesia," ujarnya.

Benny berharap sungguhnya diperlukan kemampuan dari  pihak yang berwenang untuk dapat memberikan kontra narasi yang singkat, jelas,menarik dan berisi nilai nilai positif. 

Sehingga dapat meredam konten bernuasa negatif yang berpotensi merusak persatuan dan kesatuan bangsa. "Publik harus dapat dipengaruhi dengan baik hingga tidak lagi terjebak pada berita hoaks, narasi bohong dan konten yang tidak pantas di alam maya," ujarnya.

Karenanya, aparat Pemerintah sebagai publik speaker dari para pengambil kebijakan  harus mulai lagi menggali nilai nilai luhur yang telah ditanamkan Bapak bangsa pendahulu dengan menjadikan Pancasila sebagai  dasar kehidupan bangsa Indonesia ,bukan hanya sebatas jargon dan slogan saja . 

“Para publik speaker pemerintahan harus dapat menyadarkan bahwa bangsa Indonesia harus  mulai merefleksikan dan menghabituasikan Pancasila yaitu membiasakan untuk memiliki kerangka berfikir yang Berlandaskan Pada nilai nilai Pancasila Kita semua harus mulai membangun Kesadaran bahwa Nilai Pancasila merupakan Ideologi  Bangsa Indonesia," tegasnya.
 
Sebagai penutup, Benny berpesan bahwa Pancasila harus dapat menjadi Living and Walking Ideologi dari bangsa Indonesia yang hanya dapat diraih dengan benar benar melaksanakan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila., 

Baca juga : Dapat Sponsor Baru, FC Bayern Munich Sasar Pasar Asia

Karena, kata dia,  selama Pancasila belum menjadi payung sistem maka sistem hanya tergantung kalah dan menang bukan kemaslahatan bangsa

“Untuk menjadi publik speaker yang efektif kita harus memiliki logos atau ilmu berkomunikasi yang efektif, Pathos yaitu memahami apa dan siapa audience kita serta memiliki ethos yaitu memiliki nilai kerja dan profesionalisme," tutupnya. [DIR]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.