Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ini 10 Rekomendasi IETD 2021 Untuk Capai Target Dekarbonisasi Indonesia

Sabtu, 25 September 2021 18:07 WIB
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam penyampaian 10 rekomendasi untuk mencapai target dekarbonisasi Indonesia di IETD 2021. (Foto: Istimewa)
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam penyampaian 10 rekomendasi untuk mencapai target dekarbonisasi Indonesia di IETD 2021. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Institute for Essential Services Reform (IESR) dan Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) merangkum 10 rekomendasi kepada pemerintah dan para pemangku kepentingan, untuk mendorong pencapaian target dekarbonisasi sistem energi di Indonesia.

Mengacu pada dinamika diskusi selama lima hari penyelenggaraan the 4th Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD), yang digelar pada Senin (20/9) hingga Jumat (24/9).

Pertama, pembentukan perundangan yang kuat sebagai wujud dukungan politis Indonesia, untuk mendorong dekarbonisasi dan pengembangan teknologi rendah karbon.

"Kalau kita lihat hari ini, beberapa kebijakan yang berkorelasi dengan upaya dekarbonisasi masih belum memadai. Kalau kita lihat KEN dan RUEN pada 2050, porsi energi fosil masih cukup besar. Energi terbarukan masih rendah. Target ini perlu diubah,” ujar Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR dalam penyampaian 10 rekomendasi tersebut di IETD 2021.

Baca juga : Kemenves/BKPM: Riset Dan Inovasi Dukung Capaian Target Investasi

Fabby menjelaskan, proses dekarbonisasi energi akan memakan waktu, setidaknya hingga tiga dekade mendatang.

Oleh karena itu, dekarbonisasi perlu didukung oleh kepastian kebijakan jangka panjang yang konsisten dan tidak berubah arah.

Kedua, penetapan kebijakan yang menciptakan kesetaraan (level playing field) antara energi terbarukan dan fosil. Sebab, keekonomian energi terbarukan sudah dapat bersaing dengan energi fosil.

“Energi surya dan angin bisa bersaing dengan energi fosil. Tapi, masih ada kebijakan eksisting yang membuat energi fosil dikesankan murah atau rendah. Oleh karena itu, perlu kebijakan untuk mencabut subsidi energi fosil,” kata Fabby.

Baca juga : Jasindo Siapkan Asuransi Bagi Pekerja Migran Indonesia

Dengan mencabut subsidi pada energi fosil atau menetapkan harga karbon yang tepat untuk mendorong keekonomian energi terbarukan, akselerasi dekarbonisasi dengan pengembangan energi terbarukan dapat terjadi.

Ketiga, pembuatan rencana energi nasional dengan basis penurunan emisi karbon, dan mempertimbangkan potensi pengembangan teknologi rendah karbon yang ada.

Terkait hal tersebut, telah ada beberapa rencana pemanfaatan teknologi. Namun, rencana itu perlu memperhatikan kecepatan inovasi pada masing-masing teknologi rendah karbon di dunia.

Selain itu, perlu juga diperhatikan, bagaimana harga teknologi rendah karbon ini hingga tahun 2050. Oleh karena itu, kebijakan energi - khususnya yang berkaitan dengan harga -harus mempertimbangkan jangka panjang.

Baca juga : Sahabat Ganjar Deklarasi Di 17 Negara

"Yang hari ini murah, karena ada distorsi pasar, bisa saja nanti jadi mahal,” kata Fabby.

Keempat, penetapan rencana pensiun PLTU optimal, berdasarkan analisis data pada tiap unit PLTU.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.