Dark/Light Mode

Nekat Keluyuran Di Mall

9.855 Orang Positif Corona Benar-benar Tak Bermoral

Kamis, 7 Oktober 2021 08:57 WIB
Masyarakat meng-scan PeduliLindungi saat akan masuk mall. (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Masyarakat meng-scan PeduliLindungi saat akan masuk mall. (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebanyak 9.855 orang yang positif Corona masih bebas keluyuran di ruang publik, termasuk mall. Kondisi ini membuat warganet geram. Mereka pun mencap orang-orang tersebut tak bermoral, karena bisa menularkan virusnya ke orang lain.
 
Jumlah orang positif Corona yang masih keluyuran itu terlacak lewat aplikasi PeduliLindungi yang dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 5 Oktober 2021. Mereka terlacak ketika melintasi di tujuh sektor yang menerapkan aplikasi tersebut, yaitu perdagangan, transportasi, pariwisata, perkantoran atau pabrik, keagamaan, pendidikan, dan olahraga.
 
Sejauh ini, sudah 73.643.524 orang menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai akses masuk ke 24.668 lokasi. Pergerakan mereka terlacak setiap melakukan skrining saat memasuki ruang publik.
 
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kaget campur jengkel melihat banyaknya orang yang berkategori hitam masih nyelonong masuk mall, tempat wisata, transportasi umum, bioskop, tempat ibadah, sekolah, apartemen, perkantoran dan lainnya. "Kami kaget juga," ungkap pria yang akrab disapa BGS itu, dalam Seminar Sespim Lemdiklat Polri, kemarin.
 
Ia melanjutkan, temuan tersebut nantinya akan menjadi catatan bagi Pemerintah untuk memperbaiki sistem skrining di tempat publik. "(Dengan) temuan itu, nanti kita bisa lebih perbaiki," tegasnya.
 
Ia merinci, dari 9.855 orang positif Covid-19 itu, sebagian besar terlacak keberadaannya di pusat perbelanjaan atau mall. Yakni mencapai 6.380 orang. Sisanya, 1.068 orang terdeteksi di pabrik, 399 terdeteksi di transportasi darat, 109 terdeteksi di transportasi udara, 253 terdeteksi di bioskop, 257 terdeteksi di rumah makan, 127 terdeteksi di hotel, 38 terdeteksi di tempat wisata, dan 573 terdeteksi di perkantoran.
 
Dari tujuh sektor yang dipantau PeduliLindungi, Pemerintah menaruh kewaspadaan penuh di sektor aktivitas keagamaan. Sebab, pada hari-hari besar keagamaan, mobilitas masyarakat sangat tinggi. Sementara, disiplin protokol kesehatan sangat rendah.
 
Kondisi semacam ini, sebutnya tidak cuma terjadi di Indonesia. Tapi juga di negara-negara lain. Salah satunya India, ketika Covid meledak karena aktivitas keagamaan hari raya besar.
 
"Karena semua lonjakan kasus di kita terjadi sesudah acara keagamaan. Bukan mingguan, kita Jumat ke masjid, Minggu kita ke gereja. Bukan itu. Tapi hari besarnya," tambah dia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.