Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Tambahan Gas Dari JTB Amankan Bahan Baku Produksi Petrokimia Gresik 2023
- Borneo FC Vs Persik Kediri: Awas, Macan Putih Ngamuk Lagi!
- Minta Hakim Tolak Pleidoi, Jaksa Nilai Penjara 8 Tahun Pantas Buat Putri Candrawathi
- Kunjungi Ponpes Yatofa di NTB, Anies Disambut Ribuan Santri dan Masyarakat
- Pertamina Targetkan 300 Mobil Tangki di Tahun 2025

RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani bicara 3 krisis yang dialami Indonesia. Yakni, krisis di tahun 1998, 2008 sampai krisis yang terjadi saat pandemi (2020).
Apa perbedaan dari ketiga kriris itu? Kata Sri Mul, di dua krisis sebelumnya, masyarakat cenderung cuek. Kalau sekarang, semua orang ikut urusin utang.
Berita Terkait : Sri Mul Gendong Cucu
Saat ini, utang negara kita sudah menembus angka Rp 6.250 triliun, meningkat drastis selama beberapa tahun terakhir. Tingginya utang tersebut, membuat Sri Mul jadi sasaran tembak. Berbagai kritik pedas disuarakan kalangan oposisi terhadap eks Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.
Namun, menanggapi banjir kritik itu, ternyata Sri Mul tidak pusing. Dia justru senang, lantaran saat ini semua ikut ngurusin utang negara. Justru dengan sikap ini, ia merasa masyarakat peduli terhadap keuangan negara.
Berita Terkait : Pemerintah Tak Larang Perayaan Maulid Nabi
“Sekarang, semua orang ngurusin utang. Semua orang bicara mengenai itu. It’s good, bahwa kita punya ownership terhadap keuangan negara,” tutur Sri Mul pada peluncuran buku Melintasi 3 Krisis Multidimensi secara virtual, kemarin.
Bukan hanya senang, bendahara negara ini juga menganggap sorotan dan kritik masyarakat terhadap utang sebagai kemajuan. Kenapa? Seingat Sri Mul, sejak dua krisis yang menimpa Indonesia, baru kali ini publik getol mengomentari utang pemerintah.
Berita Terkait : Erick Senang Dan Bangga
“Kalau hari ini, banyak yang melihat pada keuangan negara yang sangat-sangat detail itu, saya sangat senang banget. Pada 1997, 1998, tidak ada yang lihat APBN. Pada 2008 pun tidak ada,” sindirnya.
Kata Sri Mul, menyadari keuangan negara merupakan instrumen yang luar biasa penting, terutama sebagai antisipasi menghadapi krisis keuangan yang mungkin terjadi saat utang membengkak. “Ini harus hadir pada saat negara menghadapi kemungkinan terjadinya krisis,” pesannya.
Selanjutnya
Tags :
Berita Lainnya