Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bayar Ngopi Pakai Sampah

Selasa, 11 Desember 2018 08:46 WIB
Ngopi - Bayar Ngopi Pakai Sampah
Catatan :
DAUD FADILLAH

RM.id  Rakyat Merdeka - Ditemani kue basah dan gorengan, pada sore yang hujan itu, kami rapat redaksi. Salah satu poinnya, bos meminta kami mengisi rubrik ini bergiliran. Rubrik yang kemudian diberi nama “Ngopi”. Lantas, saya mau menulis soal apa? Soal sampah plastik saja, ah. Tapi, tidak seberat apa yang menjadi perhatian Ibu Susi, Menteri Kelautan dan Perikanan, tentang sampah plastik ton-tonan di lautan yang amat sulit terurai, merusak alam, meracuni ikan. Ikan yang kita konsumsi sehari-hari.

Tapi, saya cuma menulis soal sampah plastik di sekitar tempat tinggal saya yang bikin sepet mata. Meski sejatinya, sampah plastik bukan hanya bikin sepet mata, tapi bisa terbawa air, masuk got, mengalir ke kali, akhirnya ke laut dan mungkin bikin Bu Susi pusing tujuh keliling. Boleh jadi, di antara ton-tonan sampah plastik di lautan itu, ada yang berasal dari got di depan rumah saya. Lalu, remah-remah plastiknya dimakan ikan. Ikan yang kemudian mungkin masuk ke perut saya. Padahal, ikan yang telah memakan plastik, berbahaya bagi kesehatan kita. Begitu kata para ahli.

Baca juga : Perankan Tokoh Suzzanna

Bukan kata saya. Persoalan tak cukup sampai di situ, sampah plastik kerap masuk ke got secara sengaja atau tidak disengaja, seperti tertendang atau terseret air hujan. Akibatnya, bikin mampet got di depan rumah saya. Jika hujan besar, airnya meluber ke jalan. Jalan yang cuma bisa dilalui orang, motor dan gerobak ini, jadi seperti kubangan.

Lantaran itu, sekira lima tahun lalu hingga sekarang, jika sedang tak ada urusan kantor, kadang saya memunguti sampah plastik di sekitar lingkungan saya. Misalnya, ember pecah, botol dan gelas plastik serta kantong kresek. Berdasarkan sedikit pengetahuan dari teman-teman saya yang tukang sampah dan tukang rongsokan, saya kemudian mengumpulkan dan menjual sampah plastik itu ke lapak rongsokan dekat rumah. “Disortir dulu, Mas, biar harganya naik,” saran kawan saya yang tukang sampah, Pak Untung.

Baca juga : Si Parkit Siap Tempur

Menurut bos lapak, sampah plastik itu akan dijual ke pabrik untuk dilebur menjadi bijih plastik, lalu diolah kembali menjadi barang plastik yang baru, seperti mainan anak-anak, ember dan sebagainya. “Kira-kira begitu proses daur ulangnya secara sederhana, Mas,” ujar bos rongsokan dekat rumah saya, Pak Trisno.

Saya jadi semangat. Soalnya, memunguti sampah plastik sama dengan memunguti duit jika saya mau mengumpulkan, menyortir dan menjualnya. Jadi, saat memunguti sampah plastik, saya tidak merasa sok peduli lingkungan. Dalam skala kecil, setidaknya duit hasil jualan sampah bisa buat ngopi-ngopi, atau ngajak anak-anak saya jajan bakso. Lumayan, ketimbang sampah plastik itu masuk got, kali, akhirnya bergabung dengan sampah lain yang beratnya sudah ton-tonan di lautan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :