Dark/Light Mode

Wisanggeni & Wiro Sableng

Selasa, 4 Desember 2018 08:29 WIB
Ngopi - Wisanggeni & Wiro Sableng
Catatan :
SUGIHONO

RM.id  Rakyat Merdeka - Reuni aksi 212, Mingu (2/12) jadi pembicaraan hangat. Teman saya yang ikut dalam aksi yang sering diplesetkan ke “Wiro Sableng” itu  nyebutkan pesertanya lebih banyak dari aksi Bela Islam jilid III pada 2 Desember 2016 (212) yang menjadi cikal bakalnya. Kekuatan umat Islam saat ini memang terasa menonjol, seiring tajamnya politik identitas jelang Pemilu 2019. Mengamati itu, saya jadi teringat dengan cuplikan cerita wayang.

Lakonnya Wisanggeni Lahir. Wisanggeni adalah putra Arjuna dari perkawinannya dengan dewi penghuni kayangan. Dresnala namanya. Wisanggeni lahir dalam keprihatinan. Soalnya Dewa Srani- anak Betari Durga, juga ingin menikahi Dresnala yang saat itu sudah hamil tua. Betari Durga melobi Betara Guru agar mau memisahkan Dresnala dengan Arjuna. Betara Guru termakan rayuan Durga. Dia memerintahkan pasukan dewa mengusir Arjuna dari kayangan.

Baca juga : KH Maruf Amin: "Wiro Sableng" Wassalam

Dresnala yang tak mau dipisahkan dengan Arjuna melawan. Dalam perlawanannya, Dresnala yang sedih berteriak hingga perutnya tertekan. Bersamaan dengan itu, lahirlah sang jabang bayi. Pasukan dewa buru-buru merebut bayi itu, lalu dibanting. Anehnya bukannya mati, bayi itu justru semakin besar, bahkan bisa merangkak. Lalu dipukul lagi, dibanting lagi, bayi itu malah makin besar dan bisa berjalan. Kehilangan akal pasukan dewa itu akhirnya melempar bayi itu ke candradimuka. Semar yang berdiri di samping kawah candradimuka, menyelamatkan bayi itu.

Bayi itulah sang Wisanggeni. Filosofi lakon ini dirasa mirip dengan gerakan umat Islam saat ini. Operasi pemisahan umat Islam yang terjadi saat ini mirip cuplikan upaya pemisahan Dresnala dengan Arjuna, yang dilakukan elite-elite dewa di kayangan. Makin berupaya untuk dipisahkan, gerakan umat Islam justru makin membesar.

Baca juga : Jurus Menawar

“Wisanggeni gerakan umat Islam” mulai merangkak saat aksi Bela Islam I pada 14 Oktober 2016 (1410). Saat itu mereka turun ke jalan menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diadili, lantaran diduga menistakan Islam. Dari kasus ini mulai terjadi upaya pemisahan umat Islam. Mereka yang menuntut Ahok diadili, dicap Islam radikal. Ini jelas pukulan bagi mereka. Di sisi lain aparat penegak hukum saat itu belum memeroses perkara Ahok.

Bayi “Wisanggeni gerakan umat Islam” tambah besar kala aksi Bela Islam II digelar pada 4 November 2016 (411). Tak lama berselang pada 15 November 2016 Ahok ditetapkan sebagai tersangka. Tapi tak ditahan. Kebijakan itu memicu gerakan Aksi Bela Islam III pada 2 Desember 2016 (212). Peserta aksinya makin banyak. Diprediksi mencapai 7 juta orang.

Baca juga : Soal Data Pertanian, Presiden Kembali Marah

Dan, kini reuni dari aksi-aksi itu terus berjalan. Gelombang massanya pun makin besar. Pertanyaannya, apakah “Wisanggeni gerakan umat Islam” akan mengobrak-abrik kayangan, seperti yang terjadi dilakon Wisanggeni Lahir? Di lakon itu, Semar yang melihat perilaku zolim para dewa, gregetan. Wisanggeni yang sudah besar ingin mencari tahu jati dirinya. Siapa ayah-ibunya. Oleh Semar, Wisanggeni disuruh tanya kepada para dewa. “Kalau mereka tak menjawab, gebuki saja,” kata Semar. Singkat cerita kayangan diobrak-abrik Wisanggeni lantaran mereka tak bisa menjawabnya. Inilah yang saya khawatirkan.

Untuk itu, hentikanlah penyebaran diksi-diksi yang berpotensi melakukan pemisahan terhadap umat Islam. Wahai elite kayangan, rangkullah umat, jangan hanya lima tahun sekali merangkulnya. Rawat mereka. Jangan pisahkan mereka. Jangan pukuli mereka. Sentuhlah hatinya. Percayalah, semakin dipukul, maka wisanggeni gerakan umat Islam akan makin membesar. Wallahu A’lam Bishawab.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :