Dark/Light Mode

Caleg Pisang Dan Caleg Odong-odong

Jumat, 7 Desember 2018 07:48 WIB
Ngopi - Caleg Pisang Dan Caleg Odong-odong
Catatan :
ERWIN TAMSAL

RM.id  Rakyat Merdeka - Selain soal capres, ngomongin caleg yang tampangnya bertebaran di mana-mana, juga begitu menarik. Tak hanya di panggung-panggung resmi, di pos ronda juga persoalan yang sebenarnya “berat” itu, dianggap jadi menu ringan. Bahkan lebih lucu, lebih seru.

Di panggung resmi, debat soal caleg masih muter di urusan; ini caleg tua, ini caleg milenial. Ini caleg petahana, ini caleg baru. Ini caleg partai lama, ini caleg partai baru. Ini caleg berkantong tebal. Ini caleg berkantong tipis. Ini caleg ganteng. Ini caleg, (maaf) buruk rupa. Di pos ronda, di dekat rumah saya, di Serpong, tak lagi bicara caleg seperti itu. Ada istilah baru soal siapa saja caleg yang saat ini bertebaran jumlahnya.

Baca juga : Jika Merakyat, Caleg Muda Bisa Ngalahin Caleg Senior

Misalnya, Ada caleg odong-odong. “Gelar” ini muncul karena si calon dulunya pernah jadi juragan odong-odong. Sejak dua tahun lalu, dia meninggalkan bisnis mainan bocah pakai sepeda atau motor yang suka keliling komplek dengan lagu anak-anak itu. Lalu ada caleg parasit. Sebenarnya, istilah ini bukan rahasia umum. Sering kita dengar. Sudah jadi konsumsi publik. Biasanya, si calon pengen numpang tenar. 

Ndompleng ketenaran incumbent atau calon top. Dia sangat ketergantungan dengan calon lain. Berharap, bisa meraih kursi, tanpa harus ke luar dana gede. Ada lagi, caleg pisang. Dikisahkan, caleg ini seorang pedagang pisang yang makin sukses. Sekarang, punya kebun pisang. Si pedagang ni baik hati. Dermawan, tidak sombong pula.

Baca juga : Cuaca Papua

Ketika panen, sebagian hasil pisang dijual ke kota. Dia tak lupa, selalu bagi-bagi pisang ke tetangga, atau warga sekitar. Dia pun selalu bawa pisangketika tetangga hajatan. Kini caleg pisang ini jadi pelit. Tapi, bukan karena tak mau lagi bagi-bagi pisang, tapi dia takut kebiasaannya itu kena “semprit” Bawaslu. Terakhir, ini agak serius. Caleg “aspal” alias asli tapi palsu. 

Caleg ini hanya sekadar nampang. Tak pernah turun ke bawah menyapa konstituen, juga menyerap aspirasi selama masa kampanye. Caleg ini dipaksa jadi calon. Hanya formalitas untuk penuhi syarat saja. Wahai para caleg, anda caleg seperti apa? Semoga tak hanya pintar membual kata-kata!!!

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :