Dark/Light Mode

Jadi Hansip Pemilu

Selasa, 4 Juni 2019 04:47 WIB
Ngopi - Jadi Hansip Pemilu
Catatan :
DAUD FADILLAH

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua hari dua malam kurang tidur banget lantaran ikut mengurus Pemilu Serentak 2019, saya menyesal, kenapa mau menerima ajakan tetangga untuk menjadi petugas Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Pemilu 2019 bukan melelahkan lagi, melainkan melelahkan banget, setidaknya bagi saya. Tapi, saya “selamat” dalam Pemilu ini. Pemilu dimana sekitar 500 petugas TPS dari berbagai daerah, meninggal dunia setelah menjalankan tugasnya.

Kenapa mereka sampai meninggal? Lantaran bukan pakar kesehatan, saya tidak bisa menjelaskan secara ilmiah, mengapa sekitar 500 petugas TPS itu meninggal setelah menyelenggarakan Pemilu.

Saya cuma ingin bercerita, betapa lelahnya menjadi petugas TPS dalam Pemilu Serentak. Oh iya, saya lupa cerita, saya bukan sebagai Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

Baca juga : BNI Hadirkan Hunian Bagi Kaum Milenial

Tapi, sebagai Petugas Ketertiban. Sebutannya Pamsung. Seperti Hansip atau Satpam. Tugas Pamsung, antara lain menjaga kotak dan kertas suara agar tidak diutak-atik orang brengsek.

Terutama, saat malam hingga pagi hari menjelang pencoblosan. Sebab, saat seperti itu sepi. Rawan. Hasil musyawarah bersama KPPS, akhirnya saya yang ditugasi menjaga TPS pada malam hingga pagi.

Sedangkan satu Pamsung lainnya, Pak Ngatmin yang usianya lebih tua dari saya, dipersilahkan pulang untuk istirahat. Pun KPPS, pulang untuk tidur agar keesokan harinya segar saat menyelenggarakan Pemilu.

Sedangkan saya nggak boleh pulang, karena harus menjaga TPS. “Mas, ini duit buat ngopi,” ucap Mbak Sri kepada saya sembari menyerahkan Rp 40 ribu untuk modal saya begadang menjaga kotak dan surat suara, serta berbagai peralatan lainnya di TPS.

Baca juga : Putusan KPU Rujukan Legitimate Hasil Pemilu

Mbak Sri ini bukan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tapi, tetangga saya yang menjadi Ketua KPPS. Mbak Sri mewanti-wanti, saya baru boleh pulang untuk tidur, setelah Pak Ngatmin nongol di TPS pagi hari.

Begitu semua petugas TPS hadir pada pagi hari, kami membaca sumpah petugas TPS. Selepas itu, giliran saya yang boleh pulang untuk tidur. Tapi apa daya, saya tak bisa tidur.

Pikiran saya ke TPS terus. Hingga akhirnya, saya kembali lagi ke TPS dengan badan loyo dan kepala nyut-nyutan. Saya lupa, saat itu pukul berapa. Mungkin, antara pukul 9 sampai 10 pagi.

Singkat cerita, semua berjalan lancar hingga akhirnya waktu pencoblosan selesai. Setelah istirahat sebentar untuk makan siang, kami lanjut ke penghitungan suara Pilpres.

Baca juga : Nasib Ibu Hamil

Ini pun berjalan lancar. Surat suara sah dan tidak sah, jumlahnya klop dengan jumlah surat suara yang kami terima. Begitu pula penghitungan suara pemilihan anggota DPR, tidak ada masalah.

Karena itu, saya berharap, semua penghitungan selesai tengah malam. Nyatanya, harapan saya tidak menjadi kenyataan. Mungkin karena lelah, kami jadi kurang teliti menghitung suara pemilihan anggota DPD.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :