Dark/Light Mode

Terima Kasih Ala Mas Naryo

Rabu, 4 September 2019 07:37 WIB
Ngopi - Terima Kasih Ala Mas Naryo
Catatan :
ABDUL SHOMAD

RM.id  Rakyat Merdeka - Minggu lalu, saya ketemu Mas Naryo. Di rumahnya, Bekasi. Saya tiba sekitar pukul 13-an. Saya datang untuk keperluan yang penting. Bahkan, sangat penting.

Waktu saya tiba di rumahnya, Mas Naryo lagi tak ada di rumah. Lagi di Bintara. Bukan Bintaro. Bintara di Bekasi. Bintaro di Tangerang Selatan. Saya sudah janji bakal datang siang hari. Tapi memang tak ada kepastian soal waktunya, jam berapa. Pokoknya Sabtu siang.

Mas Naryo sendiri ke Bintara sudah sejak pagi. Jadi, tidak salah juga kalau siang itu dia sedang tidak ada di rumah.Rumah Mas Naryo dua lantai. Saya menunggu di ruang tamu. Disuguhi kopi pahit. Sesuai permintaan saya.

Ya, waktu Istri Mas Naryo tanya mau minum apa, saya jawab kopi pahit. Angin sepoi-sepoi yang masuk lewat pintu yang dibuka lebar, cukup menghibur waktu tunggu itu. Di tambah lagi cerita-cerita Bu Nar yo.

Tak terasa ‘membunuh’ waktu tunggu. Akhirnya, yang ditunggu datang juga. Sebelumnya, saya tak pernah kenal sama sekali dengan pria berusia 54 tahun ini.

Baca juga : Capim KPK, Masih Panas

Saya tahu umur Mas Naryo dari istrinya. Dia cerita banyak soal suaminya. Termasuk masa-masa susah dulu. Sekarang sudah seneng. Untuk urusan saya kelar dalam wak tu singkat. Setelah lihat-lihat, beres. Langsung ditransfer.

Tanpa banyak cingcong. Husnudzon. Saling percaya. Selesai.Yang menarik itu jalan hidup Mas Nar yo. Dari cleaning service hingga punya usaha properti sendiri.

Bahkan, bekas atasannya di kantor dulu, belajar properti dengan dia. Sekarang sudah bisa jalan sendiri. Sudah dua unit rumah yang dibikinnya laku.

Dulu, Mas Naryo cleaning service. Kemudian, naik jabatan. Tak lama setelah itu dipecat. Hidupnya morat marit. Pesangonnya yang tak seberapa di pegang erat-erat. Dia khawatir, habis raib begitu saja.

Tangan Tuhan datang melalui keponannya. Dia diajak kerja bangunan. Tak lama, dia sudah bisa menghitung biaya membangun rumah dan tetek bengek lainnya. Dia pun pamit untuk usaha sendiri.

Baca juga : Kiat Sehat Bebas Diabetes Ala Dubes Denmark

Tahun 2013 dimulai usahanya. Kini, enam tahun berlalu, kisah hidupnya yang pahit sudah berubah manis. Dalam satu tahun, Mas Naryo rata-rata bisa menjual 15 unit rumah.

Keuntungannya variatif. Tergantung tipe dan lokasi unit.“Paling cepet (laris) di Bintara. Baru pondasi (rumah) aja, sudah ada yang beli,” kata Mas Naryo.

Mas Naryo cerita, kenapa usahanya cepat tumbuh. “Banyak-banyak berterima kasih. Kita terima rezeki dari Allah, kita kasih lagi sama yang berhak.

Terima kasih jangan cuma di mulut, tapi juga di hati dan perbuatan. Hati bersyukur. Mulut berucap. Tangan memberi,” katanya.

Dalam satu bulan, Mas Naryo menghabiskan Rp 10 juta untuk zakat, infak dan sedekah. “Ini masih ada,” katanya sembari menunjukkan amplop yang diambilnya dari tas pinggangnya.

Baca juga : Berdikari Di Atas Lahan Gambut

Banyak ‘amalan’ yang dilakoni Mas Naryo. Dari ceritanya, rasanya, rata-rata banyak yang sudah tahu. Bedanya, Mas Naryo lebih banyak praktik, ketimbang berteori.

Termasuk soal terima kasih. Banyak yang tahu, memberi (sedekah) banyak mukjizatnya. The miracle of charity. The miracle of giving

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.