Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Mudik Yang Sejati

Minggu, 20 September 2020 05:58 WIB
Ngopi - Mudik Yang Sejati
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Hampir sebulan ini, keluarga besar Rakyat Merdeka tengah dirundung duka. Senior, sahabat kita semua, berpulang. Mas Kristanto.

Sejak Mas Kris mudik ke surga, rubrik Ngopi ini secara beruntun berisi testimoni dan kesaksian sahabat-sahabat almarhum. Tak ada satupun yang memberi catatan buruk.

Mas Kris pendiam, tak pernah marah, sahabat, guru dan senior yang baik. Rasanya minder, ragu dan bertanya-tanya di dalam hati, dapatkah saat nanti pergi, meninggalkan kesan baik bagi orang sekitar.

Karenanya, saya tak akan nulis testimoni panjang soal kebaikan Mas Kris. Rasanya tak berani saya yang masih bau apek dan kecut ini. Sementara wangi Mas Kris sudah Kasturi.

Baca juga : Tunda Pilkada dan Bubur Sehat

Saat tujuh hari tahlilan Mas Kris, saya, berlima, bersama sahabat dan senior, menyempatkan diri duduk agak jauh dari teras rumahnya.

Usai tahlilan dan ceramah bubar, anak paling gede almarhum, mendatangi kami. Bocah berkulit putih, berambut panjang mirip bapaknya ini, mendekat, dan ajaibnya, ngobrol bersenda gurau dengan kami.

Bocah berkacamata tebal ini kerap diajak serta ke kantor bersama Mas Kris. Biasanya hari Jumat jelang akhir pekan. Bagi yang sering ke kantor, pasti kerap ketemu bocah pendiam persis bapaknya ini.

Ia lebih banyak menghabiskan waktu berjam-jam di depan PC, main game, atau baca-baca manga. Sembari nunggu Mas Kris kelar menuntaskan kewajibannya mengedit halaman.

Baca juga : Gitar Bang Kris

Kemarin, ia bersenda gurau, merajuk, seolah tengah mencari sosok ayahnya. Saya amat yakin, kita berlima diam-diam merasakan pedih yang amat sangat.

“Kalian semua orang-orang yang sakit hati kan?” kata dia tiba-tiba. Kami bengong.

Belum mampu menangkap maksud pertanyaan sang bocah. “Sakit hati karena ditinggal sama Papa,” ucap Bocah kelas lima SD yang belum mengerti dan belum tepat menggunakan frasa sakit hati ini, kian bikin hati kami terenyuh.

Selain tahlilan, kami datang membawa barang-barang Mas Kris yang masih tertinggal di kantor. Gitar listrik, amplifier, sound system, buku-buku musik, novel, dan bacaan berat lainnya.

Baca juga : Merdeka Belajar

Niat kami bukan untuk “membuang” Mas Kris dari meja kerjanya. Melainkan, barangkali, barang yang biasa dipakai Mas Kris mengisi waktu luang selepas deadline ini, bisa jadi obat kangen untuk keluarga yang ditinggal.

“Nanti buat panjangan.” Ya anak Mas Kris berkalikali menyebut pajangan dengan frasa panjangan.

Perjalanan kami yang ditinggal, masih panjang. Itupun belum tentu lulus. Mas Kris sudah pulang kampung duluan, mudik ke kesejatian. Pasti kini lagi adem ayem, tentrem di surga keabadian.

Sesekali menoleh sembari tersenyum kepada kami, yang terus-terusan menyibukkan diri dengan berbagai kepalsuan, mati-matian mengejar dan memburu sesuatu yang tak akan dibawa mati. [Faqih Mubarok Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.