Dark/Light Mode

Menanti Mandok Hata

Rabu, 2 Desember 2020 04:40 WIB
Ngopi - Menanti Mandok Hata
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Desember adalah bulan yang selalu saya tunggu. Sebagai penganut Kristen, tentunya karena momen Natal, tiap tanggal 25. Tapi, sebagai orang Batak yang ditakdirkan punya darah Sunda, tentunya momen pergantian tahun juga paling saya nantikan. Dari 31 Desember, ke 1 Januari.

Momen itu cukup ‘sakral’ bagi orang Batak. Termasuk saya. Seumur hidup, saya tak pernah meraya kan pergantian tahun dengan teman. Selalu dengan keluarga. Entah kenapa, saya selalu merasa sayang sekali. Dulu dengan ayah, ibu, sepupu. Sekarang, ditambah istri dan anak.

Sebenarnya, bukan cuma saya sih. Ada banyak orang Batak yang sepemikiran atau mungkin merasakan hal yang sama dengan saya. Bahkan, sering saya dengar, orang tua di kampung, di Tapanuli sana, yang anaknya merantau, menanyakan dalam bahasa Batak, “Dang martaon baru di huta hita (Nggak Tahun Baruan di kampung kita?)”

Baca juga : El Diego, Kidalmu Menginspirasiku

Kalau sudah dengar pertanyaan itu, apalagi kalau orang tuanya sudah berusia lanjut, banyak yang langsung baper. Mulai memikirkan gimana caranya bisa pulang kampung alias pulkam. Demi menyenangkan orang tua yang kangen anaknya.

Beberapa tahun terakhir, keluarga saya juga lebih sering pulkam setelah Natal. Biasanya lewat darat. Ke Kota Pematang Siantar, ke rumah nenek dan beberapa keluarga dari ayah saya. Atau ke Desa Lumban Rau, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir, kampung ibunda. Dua hari dalam perjalanan terbayar lunas ketika sampai di kampung. Rpalagi, melihat indahnya Danau Toba, serta asrinya Pegunungan Bukit Barisan.

Tahun Baru dalam tradisi Batak Kristen yang saya dan sebagian lainnya alami, pada dasarnya bukan cuma soal kumpul. Bukan cuma soal pulkam. Bukan cuma soal makan-makan. Karena biasanya, persis di tanggal 1 Januari, pukul 00.00, akan ada ibadah keluarga. Dalam ibadah ini, biasanya diisi sesi yang dalam Bahasa Batak disebut “mandok hata”, yang berarti menyebutkan, mengatakan, atau mengungkapkan kata-kata.

Baca juga : Motor Tak Bertuan

Lebih dalam lagi, mandok hata berarti, mengungkapkan atau mencurahkan isi hati. Dari tiap anggota keluarga. Mulai dari yang paling kecil. Hingga yang paling dituakan.

Selain ucapan syukur karena bisa merasakan Tahun Baru, biasanya mandok hata juga diisi dengan ungkapan harapan di tahun yang baru. Serta permohonan maaf dari masing-masing anggota keluarga. Di momen ini juga, anak-anak diajarkan untuk berani berbicara dan mencurahkan isi hati.

Setelah mandok hata, yang kadang-kadang bisa selesai pukul tiga pagi, terutama kalau keluarga besar, ibadah akan ditutup dengan doa. Selanjutnya, anggota keluarga baru boleh ‘bebas’. Ada yang main keluar dengan teman. Atau tetap di rumah, bercengkrama dengan anggota keluarga lainnya. Sambil nyemil -nyemil atau makan lagi. Atau, ya tidur. Selamat Datang Desember. Mandok Hata, Soon.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.