Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar mengenakan, Parlemen Kampus dan civitas akademika di dalamnya memiliki peran penting dalam mendorong dan mengembangkan gagasan sekaligus mengawal setiap keputusan dari sebuah kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah maupun DPR. Hal tersebut disampaikan Cak Imim, sapaan akrab Muhaimin, saat menghadiri Parlemen Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur, Rabu (8/12).
“Parlemen Kampus ini sangat penting dan layak terus diperluas di berbagai kota. Saya juga alumni Parlemen Kampus, tapi parlemen jalanan. Sekarang jadi (anggota) parlemen beneran,” kata Ketua Umum PKB ini.
Menurut Imin, Parlemen Kampus bisa menjadi sarana meningkatkan konektivitas antara kampus dengan DPR dalam membaca, memutuskan dan mengembangkan cara pembangunan yang sesuai dengan tantangan dan keadaan masyarakat. Ia menaruh harapan besar bagi setiap civitas akademika untuk proaktif mengawal sekaligus menjadi penyangga setiap keputusan yang akan disahkan, baik oleh keputusan DPR maupun Pemerintah.
Baca juga : Omicron Makin Deket Aja, Sekarang Sudah Sampai Malaysia
“Parlemen Kampus ini kita harapkan bisa menyangga keputusan kebijakan yang kadang-kadang memiliki keterbatasan, sekaligus menyangga kepentingan dari kebijakan dari berbagai isu, termasuk lingkungan yang sedang dibahas hari ini,” tuturnya.
Mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini menambahkan, mekanisme kontrol bukan hanya dari DPR. Keterlibatan masyarakat, terutama kampus, yang menjadi sumber ilmu, pengetahuan dan sains, sangat penting.
Dia lalu menyoroti minimnya sikap kritis kampus terhadap berbagai kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah. Dia menilai, perlu langkah evaluasi mengapa peran kampus dalam satu dekade terakhir mengalami perbedaan cukup signifikan dibanding era sebelumnya.
Baca juga : China Mulai Rese Ke Kita
“Saya tidak tahu apakah perlu evaluasi. Dalam 10-15 tahun terakhir ini susah mencari kampus kritis. Hampir kampus negeri itu jarang yang kritis terhadap kebijakan, atau sikap kritis tidak muncul terhadap kebijakan,” tutur Imin.
Dia menyatakan, minimnya sikap kritis tersebut bisa berdampak pada keputusan dari sebuah kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah menjadi kontroversial. Juga memunculkan dugaan minim manfaat dan maslahat bagi masyarakat luas.
“Nah, Parlemen Kampus atau civitas akademika bisa menjadi bagian dari harapan untuk menjaga dan memastikan sebuah kebijakan betul-betul membawa manfaat bagi masyarakat, tentu dengan sikap kritis itu,” ungkapnya. [TIF]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya