Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

MPR Dorong Penceramah Gaungkan Nasionalisme Di Mimbar Digital

Sabtu, 19 Maret 2022 13:42 WIB
Wakil Ketua MPR Arsul Sani (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua MPR Arsul Sani (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penceramah harus mengembangkan ajaran dan nilai yang bisa merawat persaudaraan keagamaan dan semangat kebangsaan. Bukan hanya di mimbar, tapi  juga dunia digital. Sebagaimana konsep hubbul wathan minal iman dalam Islam, nasionalisme bukanlah suatu hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Hal ini penting digelorakan agar negara tetap utuh dan aman sebagai tempat nyaman untuk aktivitas kehidupan seluruh umat beragama.

Menurut Wakil Ketua MPR Arsul Sani, dalam mimbar digital, penceramah yang berdakwah dengan menggelorakan nasionalisme sangat sedikit. Beda dengan penceramah yang antipati terhadap nasionalisme dan kebangsaan yang jumlahnya sangat banyak.

“Kalau dibandingkan, yang nasionalis memang masih kalah massif. Ini harus kita tingkatkan dan gaungkan lagi kepada penceramah tentang keharusan mereka berdakwah dengan semangat nasionalisme, terutama di mimbar digital. Faktanya saat ini juga banyak penceramah ataupun mubalig yang dalam ceramahnya justru malah anti-nasionalisme dan memanfaatkan platform media sosial,” ujar Arsul, di Jakarta, Jumat (18/3).

Ia melanjutkan, pemanfaatan platform digital oleh penceramah masih menjadi kendala kurang massifnya diseminasi dakwah terkait konsep hubhul wathon minal iman atau nasionalisme. Ia menilai, sebenarnya banyak penceramah maupun ustad-ustad yang mengangkat syiar dakwah nasionalisme. Sayangnya, kurang familiar dengan teknologi.

Baca juga : Terlacak! Dalang Penipuan Binomo Ngumpet Di Karibia

“Masih banyak yang belum familiar dengan teknologi dan platform informasi. Sehingga dakwah yang isinya moderat dan mengangkat semangat nasionalisme itu menjadi tidak tersebarkan. Karena tidak tersebarkan, maka dinilai kurang tergelorakan,” jelas anggota Komisi III DPR ini.

Politisi PPP ini menilai, permasalahan tersebut bisa diatasi melalui memberikan fasilitas dalam hal diseminasi, dengan mendorong penyebaran konten dakwah positif di ruang-ruang digital sebagaimana urgensi dalam hal penyebaran dakwah tentang nasionalisme dan persaudaraan kebangsaan.

“Karena itu, perlu difasilitasi, termasuk juga oleh pemerintah dalam hal ini BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Potongan ceramah-ceramah pendek atau film yang berisi konsep tentang bahwa nasionalisme itu kompatibel dengan ajaran Islam. Itu harus disebarkan,” tutur Arsul.

Arsul menjelaskan, betapa pentingnya untuk memasifkan persebaran konten dakwah terkait nasionalisme dan persaudaraan. Ditambah lagi seharusnya sudah tidak ada keraguan, karena antara nasionalisme dan agama itu bukanlah hal yang kontradiktif.

Baca juga : PUPR Jamin Kondisi Jalan Nasional Dan Tol Mulus Saat Lebaran

“Dalam Islam ada konsep hubhul wathon minal iman, yang artinya cinta tanah air itu sebagian dari iman. Kemudian juga di dalam berbagai kitab tentang, hukum tata negara itu juga ada ajaran ketaatan terhadap pemerintahan,” jelasnya.

Bahkan, dalam Al-Qur'an tertulis, ati’ullah wa ati’urrasul wa ulil amri minkum. Salah satu bentuk nasionalisme itu adalah dengan tidak mengembangkan ketidaktaatan kepada pemerintah. Sehingga nasionalisme menjadi kompatibel dengan ajaran agama khusunya Islam.

“Salah satu bentuk nasionalisme itu tertuang dalam Al-Qur'an adalah taat kepada pemerintah. Namun, jika dalam pemerintahan itu ada hal yang perlu dikritisi dan perlu dikoreksi, maka itu tetap harus dilakukan, tapi tidak dalam kerangka merusak nasionalisme,” ujar Arsul.

Arsul lalu menegaskan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan penceramah maupun ustad-ustad di berbagai daerah dalam rangka menyebarkan konten syiar tentang nasionalisme dan persaudaraan kebangsaan. “Karena kita tidak boleh hanya mengandalkan salah satu pihak saja. Karena masyarakat itu juga belum sampai bisa memikirkan atau paham ke arah sana (konten dakwah radikal atau bukan). Dan ini sudah menjadi kewajiban kita semua untuk terus-menerus mengingatkan masyarakat itu,” jelas Arsul.

Baca juga : Murah Tapi Langka, Melimpah Tapi Mahal

Kemudian, perlu ditingkatkan komunikasi dan silaturahmi antara pemerintah untuk berdialog baik dalam kegiatan formal maupun non-formal dalam rangka berbagi ide dan pemikiran. “Menurut saya, jajaran pemerintahan perlu meningkatkan silaturahminya, berdiskusi dan berbagi ide. Di samping itu juga termasuk memanfaatkan platform media sosial untuk kemudian menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin dan semangat nasionalisme,” papar Arsul.

Peraih gelar doktor dari Glasgow Caledonian University ini berpesan kepada masyarakat untuk waspada dan cermat memilih penceramah. Jangan hanya melihat penceramah itu melalui ketenarannya semata di media sosial.

“Memilih penceramah yang kritis yang berkata agak keras itu sebenarnya tidak masalah, tapi jangan hanya melihat popularitas. Dan masyarakat juga harus berani katakan ‘tidak’ jika isi dakwah dari penceramah itu mempersoalkan empat konsensus bernegara yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” tandas Asrul. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.