Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Puji Kebijakan Pemerintah, Komisi IV DPR Sebut Harga TBS Membaik

Jumat, 19 Agustus 2022 23:16 WIB
Anggota Komisi IV DPR Hanan A Rozak. (Foto: Istimewa)
Anggota Komisi IV DPR Hanan A Rozak. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perkembangan komoditas kelapa sawit Indonesia saat ini cukup menggembirakan. Bahkan Indonesia telah menjadi produsen kelapa sawit terbesar dunia. Pertumbuhan kelapa sawit nasional dari tahun ke tahun cukup menarik.

Selama tahun 2017 hingga 2022, terjadi penambahan luas areal perkebunan kelapa sawit hingga lebih dari 1 juta hektare. Saat ini, area perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 15 juta hektare.

"Sebagai negara pengekspor utama komoditas Crude Palm Oil (CPO) terbesat dunia, seharusnya Indonesia bisa mengontrol harga sawit dunia. Kita berkepentingan tehadap harga sawit dunia yang stabil," kata Anggota Komisi IV DPR Hanan A Rozak, Jumat (19/8).

Baca juga : Otonomi Daerah Beri Ruang Pemda Kelola PAD Secara Mandiri

Di tingkat petani, beberapa waktu lalu telah terjadi penurunan harga Tanda Buah Segar (TBS) yang signifkan. Hal itu ditengarai kebijakan yang harus diambil Pemerintah setelah terjadi kelangkaan migor alias minyak goreng dalam negeri, sebagai akibat dari membaiknya harga minyak sawit dunia.

Pada saat itu, perhatian Pemerintah terhadap konsumsi CPO dalam negeri agak sedikit terabaikan, sehingga menimbulkan kelangkaan migor di tingkat masyarakat.

Namun, Pemeritah sigap dan tepat mengambil kebijakan. Salah satunya dengan melakukan penghentian sementara ekspor CPO dan produk turunanya.

Baca juga : Rakyat Diminta Siap-siap Kalau Harga BBM Naik

"Saat ini, dengan adanya kebijakan pembukaan lagi keran ekspor CPO, penghapusan pajak-pajak ekspor dan secara bertahap mengurangi kebijakan DMO (Domestic Market Obligation), dampaknya sudah mulai dirasakan oleh petani berupa kenaikan harga tandan buah segar atau TBS," ungkap Hanan.

Info yang ia dapat, di sejumlah provinsi tertentu, harga TBS sudah di atas Rp 2 ribu per kilogram (kg). Ada juga yang melaporkan harga TBS sudah di atas Rp 1.500 per kg.

"Saya kira, kebijakan yang diambil pemerintah sudah tepat dan sekarang bagaimana mempertahankanya. Bagi petani, asal tidak di bawah Rp 2 ribu per kilo, mereka sudah nyaman," katanya.

Baca juga : Puan Ingatkan Pemerintah Siapkan Rencana Cadangan Hadapi Krisis Pertalite

Politisi Golkar ini optimis, dengan tren kenaikan saat ini, harga TBS kelapa sawit akan kembali normal. Lagipula, harga migor di dalam negeri sudah membaik. Produksi migor dan kebijakan yang diambil Pemerintah, sudah bisa dikatakan berhasil sehingga saat ini sudah tidak terdengar lagi adanya kelangkaan migor.

Sebab, petani swadaya kelapa sawit sangat berkepentingan dengan harga TBS yang stabil. Mereka sangat tergantung kepada harga TBS yang baik karena kegiatan pemeliharaan kebun, memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bahkan pada saat tertentu, mereka tidak bisa menutupi biaya panen jika harga tertalu rendah.

"Strategi Pemerintah dalam menaikkan dan menjaga stabilitas harga TBS sudah tepat, hanya memerlukan waktu agar dampaknya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat," pungkas Hanan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.