Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Syarief Hasan: Kenaikan Harga BBM Hantam Telak Pelaku UMKM

Senin, 5 September 2022 23:36 WIB
Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan. (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan kembali mempertanyakan kebijakan Pemerintah yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi.

Pasalnya, kenaikan yang sangat tinggi tersebut ditetapkan di tengah kondisi masyarakat yang sedang menghadapi kenaikan harga bahan pokok dan sedang dalam pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19.

Syarief Hasan menilai, kenaikan BBM Bersubsidi akan semakin melemahkan daya beli masyarakat.

"Kenaikan BBM akan semakin memicu lagi kenaikan bahan-bahan pokok yang menjadi kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini akan semakin menyusahkan masyarakat, khususnya masyarakat kecil dan pelaku usaha UMKM," ungkap Syarief Hasan dalam keterangannya, Senin (5/9).

Baca juga : HNW Minta Pemerintah Revisi Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Presiden Jokowi baru saja mengumumkan kenaikan BBM Bersubdi. BBM Pertalite yang semula Rp 7.650 per liter naik hingga mencapai Rp 10.000 per liter. Sementara itu, harga Solar Subsidi yang semula Rp 5.150 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter dan harga BBM jenis Pertamax juga mengalami kenaikan dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Anggota Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat ini menyayangkan kebijakan Pemerintah yang terkesan tidak memperhatikan aspirasi masyarakat.

"Pemerintah tidak mendengar aspirasi masyarakat yang sedang kesulitan ekonomi. Pemerintah lebih mementingkan pembangunan proyek yang tidak bersentuhan langsung dengan hajat hidup masyarakat kecil," ungkap Syarief Hasan.

Ia melanjutkan, penyebab Pemerintah menaikkan harga BBM Bersubsidi tidak beralasan. Jika alasannya adalah BBM Bersubsidi banyak diakses oleh orang mampu, maka yang harusnya dilakukan Pemerintah adalah mengendalikan dan pembatasan penyaluran BBM Bersubsidi agar tepat sasaran.

Baca juga : Kena Dampak Kenaikan BBM, Pengusaha Pelayaran Minta Penyesuaian Tarif

"Bukan malah menaikkan harga BBM bersubsidi di tengah harga minyak dunia cenderung menurun," tegasnya.

Dalam catatan, Presiden Jokowi sudah 12 kali menaikkan harga BBM Bersubsidi dalam jangka waktu 8 tahun dan ini adalah kenaikan tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia.

Berbeda dengan Pemerintahan Presiden SBY yang hanya menaikkan harga BBM sebanyak 4 kali dalam rentang waktu 10 tahun saat harga minyak dunia naik dan menurunkannya kembali saat harga minyak dunia turun.

Syarief Hasan juga menilai bantalan sosial tidak sebanding dengan kenaikan harga BBM. Anehnya Bantalan sosial berupa BLT yang diberikan selama ini diambil bukan dari dana khusus Pemerintah Pusat, melainkan dari Dana Desa yang diambil hingga 40 persen.

Baca juga : FSBDSI Dukung Penyesuaian Harga BBM Subsidi

"Pemerintah sepertinya sedang bersiasat dan tidak transparan atas politik anggaran kepada rakyat. Di sisi lain data kemiskinan kurang ter-update dengan baik sehingga kurang tepat sasaran," nilai Syarief Hasan.

Guru Besar bidang Manajemen Koperasi dan UMKM ini juga menyebut, kebijakan ini akan menyulitkan para pelaku usaha. Pelaku UMKM akan merasakan dampak dari kenaikan BBM. Seperti, kenaikan harga bahan baku, harga distribusi logistik, dan biaya lainnya sebagai akibat dan efek domino dari kenaikan BBM bersubsidi tersebut. Padahal pelaku usaha sedang dalam masa transisi untuk bangkit.

Ia juga mendesak Pemerintah untuk melakukan revisi kebijakan. Pemerintah harus melakukan revisi kebijakan dan menurunkan kembali harga BBM tersebut.

"Pemerintah lebih baik melakukan pembatasan dan pengendalian BBM bersubsidi agar tepat sasaran, bukan menaikkan harganya. Pemerintah juga sebaiknya memprioritaskan kebutuhan masyarakat dibandingkan proyek yang memakan biaya besar," tutup Syarief Hasan. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.