Dark/Light Mode

Pemakaian Pupuk Kimia Berkurang

Pertanian Organik Makin Diminati Nih

Sabtu, 29 Juli 2023 07:30 WIB
Anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina. (Foto: dok. DPR RI)
Anggota Komisi VI DPR Nevi Zuairina. (Foto: dok. DPR RI)

 Sebelumnya 
Terhadap warna yang diperoleh, lanjutnya, tergantung zat yang dimiliki daun dan rumput itu sendiri. Sehingga biosaka yang dihasilkan, bisa saja merah, kuning, hijau, atau warna lainnya. Dan yang jelas, biosaka ini tidak bisa diperjualbelikan. “Boleh nggak diindustrikan, kita buat banyak-banyak, baru jual? Nggak bisa,” tegasnya.

Proses penting dan tidak bisa diabaikan pembuatan biosaka ini, lanjut Syahrul, adalah proses remas dan aduk yang harus menggunakan tangan. Proses remas dan aduk ini di dalamnya melibatkan enzim dari tangan. Oleh karena itu, biosaka ini tidak bisa dibuat menggunakan mesin.

Baca juga : Ini 13 Perusahaan Pemenang Penghargaan ESG Award 2023 Dari KEHATI

“Tangan ini enzimnya ­luar ­biasa. Karena ada air-air ­keringat di (telapak dan permukaan ­tangan) yang mengandung enzim luar biasa. Dan bersama tumbuhan, itu bercampur. Cara remasnya pun (daun dan rumputnya) tidak sampai dihancurkan. Diremas sebisa-bisanya, dan diputar ke kiri. Dan diusahakan 10-15 menit diputar (diaduk) kekiri tapi jangan bergantian,” wantinya.

Satu botol biosaka ukuran 500 mililiter, ungkap Syahrul, bisa digunakan untuk menyemprot satu hektare tanaman. Hasilnya pun, sangat terasa. Perbedaan antara tanaman yang diberi biosaka dengan yang tidak, rata-rata bedanya 1 hingga 3 ton. Misal, kalau padi yang tidak menggunakan biosaka hasilnya 5 ton per hektare, maka padi yang menggunakan biosaka itu bisa menjadi 7 ton per hektare.

Baca juga : Menko PMK Percepat Program Prioritas Bidang Pembangunan Manusia Di Papua Tengah

Dan yang lebih penting, biosaka ini bisa menyuburkan tanah dan sangat signifikan dalam mengurangi penggunaan pupuk kimia. “Penggunaan pupuk kimia apalagi pupuk subsidi turun sampai 50 persen (tahun pertama, red),” sebutnya.

Begitu masuk tahun ke dua, lanjutnya, penggunaan pupuk kimia tinggal 40 persen dan biosaka 60 persen. Bahkan ada daerah yang mampu menekan penggunaan pupuk kimianya tinggal 20 persen dengan penggunaan biosaka ini.

Baca juga : Memilih Pemimpin Berpengetahuan Geopolitik Dan Geostrategi Indonesia

“Jadi penurunannya itu luar biasa. Penggunaan satu hektare untuk pupuk kimia itu sekitar 12 sampai 22 sak, itu terlalu banyak. Nah dengan biosaka ini, cukup 6 sak,” ungkap Syahrul.

Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Sabtu 29/7/2023 dengan judul Pemakaian Pupuk Kimia Berkurang, Pertanian Organik Makin Diminati Nih

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.